SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

METROPOLIS

Sabtu, 15 Juli 2017 16:00
Dituding Bisniskan Les, Begini Reaksi Guru
ILUSTRASI.(NET)

SAMPIT Sejumlah guru di Kotim merespons keluhan orangtua murid terkait les yang disinyalir dijadikan ajang bisnis oleh tenaga pendidik. Mereka menegaskan, praktik itu kemungkinan besar hanya dilakukan segelintir oknum guru. Guru yang berpegang teguh pada tugasnya, tetap memprioritaskan kecerdasan peserta didik.

”Kami nggak pernah mematok dengan harga. Misalnya, dalam sepuluh kali pertemuan, satu orang siswa wajib bayar Rp 200 -250 ribu.  Namun, kami menyesuaikan dengan kemampuan dan seikhlas  mereka saja,” kata Dewi, seorang guru di Kota Sampit, Jumat (14/7).

Dia menegaskan, tudingan yang muncul akibat keluhan orangtua murid itu, tak semuanya dilakukan guru, hanya ada oknum tertentu. ”Saya yakin guru itu nggak semuanya seperti yang dikatakan, menjadikan les itu bisnis,” katanya.

Dewi mengungkapkan, pihaknya tidak mematok harga karena khawatir hal itu akan jadi masalah oleh Tim Saber Pungli Kotim. ”Sekarang mana berani macam-macam. Kalau berani mematok harga sampai Rp 200 ribu tanpa dasar aturan, bisa ditangkap saber pungli,” katanya.

Trisna, guru honorer di Kota Sampit menjelaskan, pelajaran tambahan melalui les terpaksa diberlakukan karena jam belajar normal di sekolah tak cukup bagi anak didik untuk menguasai materi pelajaran. Apalagi para guru sudah mempunyai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

”Jadi, anak dituntut harus cepat menguasai materi pelajaran. Kalau tidak, akan ketinggalan dari rencana pembelajaran. Makanya muncul  kegiatan les,” ujarnya.

Tarif yang dipatok, lanjutnya, nilainya variatif. Untuk kegiatan les memang menjadi tambahan penghasilan bagi mereka yang berstatus guru honorer. ”Bayangkan saja, dalam sebulan gaji yang diterima dari sekolah untuk honorer sekolah itu Rp 600 – Rp 800 ribu. Memang kami akui, les ini juga menjadi solusi kami untuk membiayai kebutuhan hidup,” katanya.

Seperti diberitakan, pendidikan menjadi lahan basah bagi sejumlah oknum. Berbagai modus dilakukan untuk mengeruk keuntungan, salah satunya dengan menjadikan les sebagai bisnis. Modusnya, pelajar dikenakan tarif tertentu yang besarannya mencapai ratusan ribu. Hal tersebut kini mulai dikeluhkan orangtua peserta didik.

Orangtua murid yang meminta namanya tak disebutkan, mengungkap, anaknya mengikuti les dengan biaya cukup besar, yakni mencapai Rp 200 ribu per bulan. Meski tak diwajibkan ikut, anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar ini terpaksa mengikuti untuk menghindari konsekuensi yang mungkin muncul nantinya.

Menurutnya, setiap ulangan umum semester atau tengah semester, soal yang dikeluarkan guru berkutat pada materi yang diberikan saat les. Hal itu dinilai tidak adil bagi siswa yang tidak memilkiki kemampuan finansial untuk ikut les tersebut. Kebanyakan murid tidak ikut karena terkendala biaya.  (ang/ign)

 


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 00:45

Uji Kebohongan, Tim Hukum Ujang Dukung Uji Forensik

<p>&nbsp;PALANGKA RAYA - Tim Kuasa Hukum Ujang-Jawawi menyatakan penetapan hasil musyawarah…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers