PANGKALAN BUN – Bulan Agustus menjadi puncak kunjungan turis ke Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP). Dampaknya, kelotok dan pemandu wisata tidak mampu mengimbangi jumlah pelancong.
Menurut pemerhati pariwisata dan pemilik PT. Borneo Hijau Persada Tour and Travel Ahmad Yani, Agustus menjadi masa high season atau puncak liburan wisman dari benua Eropa. "Puncak arus kunjungan tahun ini terjadi pada bulan Juli dan Agustus," ujar Yani, Sabtu (19/8).
Banyak wisatawan masuk ke TNTP, baik bersama keluarga dan pasangannya, Mereka melakukan pemesanan kepada tour operator jauh-jauh hari. Mereka yang memesan tersebut bisa mendapatkan fasilitas transportasi dan pelayanan dari pemandu wisata.
"Akan tetapi wisman yang datang tiba-tiba tanpa melalui pemesanan lebih awal, risikonya tidak kebagian kelotok dan guide. Bahkan ada yang harus menunggu sampai kelotok kosong," tandasnya.
Wisman yang datang secara mendadak bisa membuat biaya tour lebih tinggi. Mereka juga bisa berbagi dengan tamu lain agar biaya lebih ringan.
"Akan tetapi risiko perjalanan mereka tidak terprogram dengan baik dan tidak satu ide," imbuhnya.
Yani menambahkan, kelotok nelayan yang dipakai untuk keadaan darurat tidak akan nyaman bagi wisman. Untuk di Kumai sendiri, ada sekitar 100 unit kelotok, akan tetapi masih saja kekurangan pada Juli dan Agustus. Untuk itu diperlukan keseimbangan antara objek dan jumlah kunjungan, artinya harus ada alternatif destinasi.
"Alternatif yang kami jual paket ke Lamandau saja, tapi belum bisa mengatasinya," pungkas Yani. (jok/yit)