SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

PALANGKA

Senin, 18 September 2017 09:29
Air Sungai Katingan Mengkhawatirkan, Coba Lihat!!!
KERUH - Kendati tak separah wilayah Utara, namun air Sungai Katingan di Kasongan masih terlihat keruh dan berlumpur. Masyarakat diimbau tidak memanfaatkan air tak layak kasumsi untuk keperluan masak dan minum, Minggu (17/9).(ANGGRA/RADAR SAMPIT)

KASONGAN -   Kualitas air Sungai Katingan dari tahun ke tahun kian memburuk. Hal itu ditenggarai akibat maraknya aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI) di bantaran sungai. 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Katingan Hap Baperdo mengatakan, selama empat tahun terakhir DLH telah melaksanakan pengujian sampel air Sungai Katingan. Hasilnya, total padatan tersuspensi atau TSS Sungai Katingan di wilayah Kasongan menunjukan hasil yang sangat mengkhawatirkan.

"Berdasarkan pengujian selama semester I tahun 2017, didapatkan fakta bahwa total kepadatan tersuspensi mencapai angka 101 mg/L. Hasil ini meningkat hampir dua kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya," ungkap Hap Baperdo, belum lama ini.

Sedangkan pada tahun 2014  semester I sebesar 82 mg/L dan semester II 60 mg/L. Lalu semester I tahun 2015 sebesar 61 mg/L dan 73 mg/L pada semester II. Tahun 2016 Semester l sebesar 66 mg/L dan kembali turun pada semester ll atau sebesar 40 mg/L. 

"Berdasarkan data itu, TSS di air Sungai Katingan cenderung melebihi baku mutu yang sesuai dengan PP Nomor 82 Tahun 2001, yaitu 50 mg/L," imbuhnya.

Berdasarkan hasil pengujian itu, dapat disimpulkan bahwa kondisi perairan Sungai Katingan di Kasongan cenderung keruh sepanjang tahun, sepanjang pergantian musim baik hujan maupun kemarau.

"Faktornya antara Iain berasal dari kegiatan penambangan emas di anak-anak sungai dan DAS Katingan, serta air hujan yang mengalir ke sungai dengan membawa partikel tanah lumpur dari lokasi tahan terbuka," bebernya.

Akibat kekeruhan sungai yang tinggi cukup tinggi tersebut, berpengaruh terhadap daya tahan ikan. Pasalnya, air keruh mengandung partikel lumpur yang bakal menempel di insang ikan dan mengganggu sistem pernafasan ikan, sehingga menyebabkan ikan mati. 

"Semakin tinggi konsentrasi partikel lumpur di perairan menyebabkan semakin tinggi tingkat kekeruhan dan berpotensi menyebabkan kematian ikan secara massal," jelasnya.

Menurut sudut pandang ilmu lingkungan, toleransi kematian ikan terhadap tingkat kekeruhan berbeda-beda tergantung jenis ikan. Contohnya ikan gabus, lele dan betok yang merupakan spesies ikan yang mampu bertahan dalam kondisi air dengan tingkat kekeruhan yang tinggi atau di atas 100 mg/L. 

"Sedangkan toleransi ikan jenis nila dan mas terhadap kekeruhan ini cukup rendah atau sebesar 60 mg/L ke bawah sehingga berpotensi menyebabkan ikan budidaya mati. Padahal banyak petani ikan yang membudidayakan jenis ikan ini di Katingan," imbuhnya. (agg/yit)


BACA JUGA

Selasa, 08 September 2015 21:50

Ratusan PNS Masih Mangkir, Laporkan Harta Kekayaan

<p>SAMPIT &ndash; Sebanyak 240 Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Aparatur Sipil Negara di lingkup…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers