SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Selasa, 03 Oktober 2017 18:01
NAH LHO!!! Pengamat Nilai Potensi Wisata Ikon Jelawat Dinilai Rendah
Pengamat ekonomi Riduan Kesuma

SAMPIT-  Pengembangan sektor wisata di Kota Sampit dinilai kurang tepat. Termasuk rencana penambahan fasilitas akuarium dan patung raksasa di kawasan Ikon Jelawat. Potensi wisata tempat itu dianggap rendah. Lokasinya yang berada di pinggir sungai, dekat dengan pasar, perumahan dan pelabuhan, disebut membuatnya rentan terjadi konflik.

Pengamat ekonomi Riduan Kesuma bahkan menyebut kawasan Ikon Jelawat tidak memiliki garansi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). ”Pantai Ujung Pandaran kalau mau dijadikan pusat rekreasi, potensinya lebih besar,” ujar dosen di salah satu perguruan tinggi di Kotim itu, Senin (2/10).

”Banyak sektor yang bisa digarap, dan harus ada perencanaan matang. Sementara ini, dengan adanya patung jelawat, apakah pembuatan itu hanya ikon atau ada nilai tambah? Oleh karena itu ada beberapa aspek yang harus kita lihat selain rekreasi itu sendiri,” sambung Riduan.

Riduan menilai, tidak mungkin Ikon Jelawat terus dipaksakan sebagai tempat wisata. Apalagi Pemkab Kotim harus mengeluarkan dana yang besar untuk pengembangannya. Dari apa yang dilihat selama ini, kata dia, yang ada hanya masalah, minim pendapatan.

”PKL dan investor bisa mendukung pariwisata. Ini perlu dibuat regulasinya. Pandangan saya, lebih baik Ujung Pandaran dibenahi terlebih dahulu, karena jelas nanti kontribusinya untuk Kotim. Kalau kita bercermin, dulu ada rencana pembangunan dermaga tapi tidak diizinkan. Sebenarnya itu sarana, tinggal aturan dan difasilitasi saja,” ujarnya. 

Dia menggambarkan Bali sebagai jujukan wisata. Selain pedagang kuliner, aneka suvenir sebagai pendukung untuk menarik pengunjung. Bisa saja itu dilakukan di Ujung Pandaran. ”Kita bisa tumbuh seperti di Bali. Sementara yang diperjuangkan daerah Ikon Jelawat. Bisa saja dipaksakan tetapi ikon dan sungai itu saja yang dilihat. Sebab kawasan dan industri penunjang terbatas. Kecuali pelabuhan diambil alih, apalagi sampai Inhutani III itu lebih bagus. Buat ada wisata kuliner dan lainnya,” sarannya.

Dari pengalaman selama ini, kata Riduan, pantai Ujung Pandaran yang minim sarana prasarana saja sudah ramai. Apalagi nanti dibenahi. Hal tersebut yang belum dicoba Pemkab Kotim. Dia bahkan binggung seperti apa rencana pemerintah dalam memajukan pariwisata seperti yang diimpikan sejak dulu.

”Pertumbuhan akan maju dengan cara memberikan pihak swasta peluang, swakelola.  Mereka mau bangun apa di situ, matangkan perencanaan. Hiburan apa yang mau disediakan. Itu baru bagus,” imbuhnya.

Dengan ramainya wisata pantai Ujung Pandaran akan membawa keuntungan masyarkaat sekitar. Usaha kuliner, perhotelan, dan lainnya tidak akan mati. Dan peluang kerja juga semakin banyak.

”Ini kita belum coba, meski sekarang sudah mulai dari Ikon Jelawat. Di Ujung Pandaran warga bisa bikin resort. Tinggal kita maunya, apakah wisata budaya atau tambahan lainnya. Dan bisa didukung dengan kelola wisata untuk penelitian pengembangan alam. Seperti Kebun Raya Sampit, itu tujuannya bagus dan bermanfaat sekali. Itu akan jadi pusat penelitian dan mamapu memancing warga luar negeri datang berkunjung ke Kotim,” katanya. 

Selain bisa dijadikan tempat pembelajaran bagi pelajar hingga mahasiswa, Kebun Raya Sampit diyakini ada nilai tambahnya, yaitu rekreasi. Riduan yakin akan banyak investor yang mau berkontribusi.

”Coba bandingkan, Ikon jelawat nilai ekonominya tidak ada. Jadi terkesan dipaksakan. Kalau kita lihat dari berbagai sisi. Namanya pusat keramaian atau hiburan itu adalah fasilitas yang memadai,” sindirnya.

Riduan Kesuma sedikit menyampaikan kritik atas rencana Pemkab Kotim membangun akuarium dan patung jelawat raksasa setinggi 25 meter pada Maret 2018 nanti dengan menghabiskan dana sekitar Rp 43 miliar.

”Di mana lokasi pembangunan akuarium dan patung jelawat? Kebijakan itu pasti enggak musyawarah, jangan main cabut HGB (Hak Guna Bangunan) saja. Boleh-boleh saja dipaksakan, tetapi pasar, patung jelawat, hingga pelabuhan dan lainnya itu ditata betul. Sampai layak, tapi perlu perencanaan besar dan matang. Sasarannya apa, jangan hari ini begitu dan besoknya berubah,” tambahnya. 

Jika Pemkab Kotim memang serius mengembangkan pariwisata, dia menyarankan dana yang dianggarkan lebih baik digunakan untuk membenahi Pantai Ujung Pandaran agar lebih menarik perhatian banyak pendatang.

”Yang perlu dibenahi adalah Ujung Pandaran terlebih dahulu. Dana Rp 40 miliar itu bisa dipakai dan kontribusinya untuk Kotim nanti akan kelihatan. Bisa undang investor dari luar daerah. Dukungan pemerintah juga diperlukan, permudah perizinannya, jelas akan ada PAD. Daripada anggaran dihabiskan untuk renovasi ikon jelawat, lebih baik dipikirkan prioritaskan ke sana mau jadi wisata,” tandasnya. (mir/dwi)

 

 

 

 

 


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers