SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Rabu, 11 Oktober 2017 16:21
GILAAAAA!!! Ternyata Kasus Penembakan Berkaitan dengan Jatah Tambang Ilegal

Korban Penembakan Membantah Sering Minta Jatah

ILUSTRASI.(NET)

KUALA PEMBUANG – Dua pria berebut pengaruh di lokasi tambang. Dibumbui jual beli tantangan. Dipanaskan dengan permintaan jatah preman, persaingan itu berakhir dengan penembakan. Ironisnya, arena adu kuat itu adalah tambang emas tanpa izin alias ilegal.

Begitulah. Agustian Rafik harus dilarikan ke RSUD dr Murjani Sampit setelah peluru menembus kaki kanannya, Minggu (8/10) lalu. Timah panas itu meluncur dari moncong senjata api Kristianto. Pria 44 tahun beralias Concong itu mengaku melakukan aksi koboi tersebut lantaran Agus kerap meminta jatah preman kepada para penambang di daerah Penyombaan, Seruyan.

Concong merasa bertanggung jawab di areal tambang emas itu. Kepada Radar Sampit di Polres Seruyan kemarin, dia mengaku diberikan kepercayaan mengatur sejumlah penambang di sana. ”Saya dapat amanah untuk mengkoordinir sejumlah penambang, jadi jika ada yang mengganggu saya ikut bertanggungjawab,” ujarnya.

Concong mengaku kerap mendapat keluhan dari penambang bahwa Agus kerap meminta jatah. Agus juga disebut kerap mengancam jika permintaannya tak dipenuhi. Mendapat informasi tersebut, Concong memperingati Agus agar tidak memaksa sejumlah penambang. Namun, ulah Agus terus berulang. Bahkan, Agus disebut kerap mengaku menantang Concong yang notabene dipercaya bertanggung jawab di lokasi itu.

”Saya langsung mendatangi Agus dan langsung saya ajak berkelahi karena dia sering menantang saya,” ujarnya.

Dia mengakui mereka bekerja di lokasi tambang tersebut masih berkisar selama lima bulan. Dan tambang itu memang tidak berizin. Kegiatan tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat di sana. ”Kami tahu aksi kami ilegal, namun ini untuk bertahan hidup,” ujar Concong.

Menurutnya, meski Agus kerap meminta jatah kepada penambang, dia tak terlalu memikirkan. Asalkan tak meminta jatah di luar kemampuan para penambang. ”Di lokasi tambang itu ada sekitar 90 orang yang bekerja, namun yang aktif bekerja hanya sekitar 50 orang,” ujarnya.

Sementara itu, Kapolres Seruyan AKBP Nandang Mu’min Wijaya melalui Kasatreskrim Seruyan Iptu Wahyu Satyo Budiharjo mengatakan bahwa kejadian tersebut bermula saat keduanya saling berselisih paham. Concong, berdasarkan informasi di lapangan, memang disepakati penambang untuk mengatur semuanya. Namun, Agus dan Concong kerap saling memberikan pengaruh. Sehingga Concong merasa tidak kuat dan nekat menembak Agus.

Senpi yang digunakan Concong yakni senpi SNW caliber 3 atau senpi revolver laras pendek. Concong tak mengantongi izin kepemilikan senjata itu. Polisi mengaku masih terus melakukan pemeriksaan terhadap Concong untuk memperjelas kasus ini. ”Saat ini pelaku sudah doamankan dan masih proses pemeriksaan,” ujarnya.

Ya, aksi koboi Concong itu berakhir di tangan polisi. Pria 44 tahun beralias Concong itu dicokok aparat setelah dilaporkan menembak Rafik hingga kaki kanannya terluka parah. Polres Seruyan menangkap sang koboi di kediamannya di Km 28 Desa Ayawan, Seruyan Tengah, tanpa perlawanan, Senin (9/10).

Penjelasan polisi, Concong menantang Agus berkelahi pada Minggu (8/10) sekitar pukul 13.30 WIB. Namun, Agus tak meladeninya. Kendati demikian, Concong tetap marah, dan mengambil senjata api laras pendek dan langsung mengarahkannya ke arah Agus.

Melihat itu, teman Agus di TKP, menangkap tangan Concong dan mengarahkannya ke bawah. Concong tetap menembakkan senpi tersebut dan mengenai kaki kanan Agus. Kaki kanan Agus terluka parah.

Polisi belum memastikan modus penembakan brutal tersebut. Concong masih dibawa ke Polres Seruyan untuk dimintai keterangan. Saat penangkapan, polisi mengamankan satu pucuk senpi laras pendek beserta selongsong peluru sebagai barang bukti.

Terpisah, korban penembakan, Agus, yang dihubungi via telefon membantah semua tuduhan Concong. Ia beranggapan bahwa yang dikatakan Concong itu tidak sesuai dengan kenyataan.

”Bohong semua itu, apa yang dia (pelaku) katakan enggak ada yang benar. Saya tidak pernah sekalipun malak (meminta jatah) atau apapun itu yang dituduhkannya," ujar Agus, Selasa malam.

Dia menambahkan bahwa banyak masyarakat yang tahu tabiat buruk Concong di kampung. Pasalnya, pelaku memang sudah terkenal sebagai preman di daerah itu, bahkan warga sendiri yang menjadi saksi.

Selain itu, lanjut Agus, pelaku kerap menantangnya duel. Namun ia menolaknya untuk menghindari kekerasan lantaran dirinya masih belum genap setahun bekerja di tempat itu.

”Memang, yang ada di tambang emas itu keluarga dia (pelaku) semua. Makanya saya diusirnya agar tidak bekerja lagi di sana. Kerap saya ditantang duel, tapi saya berkali-kali bilang sudah enggak ada gunanya," tambahnya.

Sementara itu, peluru yang bersarang di kaki Agus telah diangkat dokter. Pembedahan dilakukan kemarin, Selasa (10/10) pukul 09:00 dan peluru telah diamankan oleh pihak kepolisian untuk dilakukan proses pemeriksaan lebih lanjut.

Hingga tadi malam korban masih dalam perawatan di RSUD dr Murjani Sampit. ”Habis diangkat pelurunya, ngilu kaki saya. Kalau pulang ke kampung (Seruyan) sih belum tahu kapan, soalnya nunggu sembuh aja," ujarnya. (hen/ron/dwi)


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers