KUALA KURUN – Kabupaten Gunung Mas (Gumas) memiliki balita usia 0-59 bulan kekurangan gizi kronis (stunting), dengan persentase sebesar 32,8 persen. Jumlah yang terbilang tinggi ini pun mendapat perhatian serius kalangan DPRD Gumas.
”Untuk mengurangi angka stunting di daerah kita, diperlukan upaya peningkatan pola hidup sehat oleh masyarakat, baik itu di perkotaan maupun desa di pelosok,” kata anggota DPRD Gumas Heri A Junas kepada Radar Sampit, Selasa (17/10).
Menurut dia, selain masalah pendidikan, peningkatan kesehatan masyarakat juga sangat diperlukan, karena itu merupakan salah satu faktor penting menuju Kabupaten Gumas yang menghasilkan generasi muda berkualitas dan mampu bersaing.
”Kesehatan itu sangat penting bagi kehidupan kita. Jangan sampai lagi ada anak kita yang mengalami stunting,” kata pria yang akrab disapa Joe ini.
Untuk mencegah itu, lanjut dia, diperlukan peran serta seluruh instansi terkait, dalam memberikan pengetahuan mengenai pentingnya asupan gizi yang seimbang dan mengampanyekan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) kepada masyarakat.
”Instansi terkait harus berperan maksimal pemberikan pengetahuan mengenai penting gizi yang seimbang, dan menggalakkan program PHBS ke setiap masyarakat,” kata politisi Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) ini.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Gumas Maria Efianti menuturkan, banyak faktor pemicu terjadinya stunting, yakni kurang gizi dalam waktu lama, kurang higinitas, pola rawat anak kurang tepat, dekatnya jarak antara kelahiran, kurangnya pemberian ASI eksklusif, perilaku BAB di ruang terbuka, serta kurangnya ketersediaan pangan rumah tangga.
”Dari stunting ini berakibat pada anak yang rentan kesakitan dan infeksi, terhambatnya pertumbuhan fisik, perkembangan intelegensi, dan pengetahuan,” katanya.
Dia mengharapkan masyarakat meningkatkan kesadaran dan perilaku mengenai pentingnya gizi seimbang pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), serta membiasakan perilaku hidup bersih sehat (PHBS). (arm/ign)