PALANGKA RAYA – Mega Proyek pembangunan Pembakit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Kalteng 1 kapasitas 2x100 MW mulai dibangun. Proyek yang menelan dana 200juta US dollar tersebut merupakan bagian dari Mega Proyek 35 MW yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo.
Asisten II Setda Provinsi Kalteng, Hardy Rampay menyambut baik proyek PLTU Listrik di Desa Tumbang Kajuei Kabupaten Gunung Mas tersebut. Pasalnya, dengan adanya PLTU Kalteng 1 tersebut akan memperkuat kelistrikan di Kalteng.
"Kita pemerintah Provinsi Kalteng tentu menyambut baik proyek ini. Jika ini sudah beroperasi maka akan menambah daya listrik kita dan kita tidak lagi mengalami Byar Pet listrik. Apalagi kalau semua PLTU yang ada di Kalteng beroperasi," tegas Hardy Rampay, Selasa (17/10).
Proyek PLTU Kalteng 1 ini merupakan salah satu dari mega proyek Pemerintah Pusat untuk 35 ribu MW listrik diseluruh Indonesia. "Kita berharap dengan beroperasi ini tidak ada lagi pemadaman dan sebagainya. Apalagi proyek ini sangat dekat dengan mulut tambang, sehingga akses bahan baku sangat tersedia, " tukasnya.
Sementara itu, Direktur PT SKS Listrik Kalimantan (SLK) Lokita Prasetya selaku pihak ketiga yang mengerjakan proyek mengatakan, PLTU yang dibangun di atas lahan seluas 20 hektare di Desa Tumbang Kajuei tersebut diperkirakan rampung pada 2019 mendatang.
"Saat ini masih dalam tahap pengerjaan, baik pembuatan pondasi boiler, turbin dan lain lain. Dalam waktu dekat pekerjaan mekanikal akan segera dimulai," tegasnya.
Proyek pemerintah yang pengerjaan dan pengelolaannya diserahkan kepada pihak ketiga tersebut sebagian besar didanai oleh Bank Mandiri.
"Dana sangat besar sekali untuk ini, yakni sekitar 200juta US Dollar. Ini merupakan bagian dari Mega Proyek Pak Presiden Joko Widodo. Pembiayaan kita dari Bank Mandiri," tukasnya.
Sementara itu, Perwakilan PT PLN Pesero Eben Amadagi mengatakan, proyek tersebut akan sangat membantu pasokan listrik di wilayah Kalimantan, khususnya Kalteng. Proyek ini dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia.
"Kita ingin proyek ini segera selesai dan 2019 dapat beroperasi sehingga pasokan listrik di Kalimantan, khususnya Kalteng terpenuhi," tandasnya. (arj/vin)