SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Minggu, 03 Desember 2017 00:10
Ketika Wartawan Punya Hajatan, Bupati pun Disuruh-suruh
ANTI-MAINSTREAM: Bupati Kotim Supian Hadi (depan) dan sejumlah wartawan dalam sesi foto yang dipandu fotografer senior Jawa Pos Yuyung Abdi di depan kantor Bupati Kotim, Jumat (1/12). (FOTO: USAY NOR RAHMAD/RADAR SAMPIT)

Wartawan tak melulu meliput acara orang. Para pemburu berita juga terkadang punya hajatan. Suasananya seru dan penuh kelucuan.

GUNAWAN, Sampit

Jarum jam sudah menunjuk angka 08.30, Jumat (1/12). Dari gerbang masuk kantor Pemkab Kotim, sejumlah orang berkaos putih, terlihat berdiri menyebar di pelataran depan ruang kerja Bupati Kotim Supian Hadi. Jaraknya sekitar 100 meter dari gerbang.

Sebagian orang tengah berbincang. Sebagian sibuk dengan gawainya. Mereka adalah jurnalis yang akan mengikuti acara pelepasan peserta kemah jurnalistik yang digelar PWI Cabang Kotim.

Para pemburu berita itu tengah menunggu kedatangan Bupati. Sejumlah pejabat terlihat di antaranya. Ada Wakil Bupati Kotim Taufiq Mukri, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Multazam, termasuk Ketua PWI Kalteng Sutransyah dan fotografer senior, Yuyung Abdi.

Pagi itu, Bupati didaulat untuk melepas peserta kemah. Hajatan itu digelar PWI Kotim pada 2 dan 3 Desember di Pantai Ujung Pandaran. Event kedua kalinya dalam dua tahun terakhir. Hanya saja, tahun ini skalanya lebih besar dan bergengsi, tingkat Provinsi Kalteng.

Satu jam lebih acara pelepasan itu molor. Sedianya, sudah mulai sejak pukul 07.30. Para wartawan yang hampir setiap hari meliput kegiatan atau peristiwa, paham betul kondisi demikian. Makanya, nyaris tak ada yang sewot, emosi, atau murka, meski sang Bupati belum juga tiba. Mereka sudah terbiasa menunggu lama.

Sekitar pukul 08.45,  sebuah mobil Fortuner hitam keluaran terbaru, meluncur masuk dari arah gerbang. Diikuti mobil Innova hitam di belakangnya. Pejabat dan jurnalis yang sedari tadi menunggu, tanpa dikomando langsung berjejer. Menyambut sang Bupati.

Supian didampingi Plt Sekda Halikinnor dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Fajrurrahman. Mengenakan setelan hem merah muda, dipadu celana panjang hitam, wajahnya terlihat segar. Setelah turun dari mobil, Supian langsung menyalami satu per satu pejabat dan wartawan yang lama menantinya.

Acara dimulai beberapa menit setelahnya di lantai dua kantor Bupati Kotim. Ada 20 lebih wartawan yang tergabung dalam PWI Kotim dan pengurus PWI Kalteng, jadi peserta kegiatan itu. Seperti layaknya kegiatan seremonial pemerintahan, acara dimulai dengan doa.

Bagian ini lucu (tak etis sebenarnya menyebut sebuah doa lucu. Tapi, memang begitu). Musababnya, doa yang dibawakan wartawan senior Salapudin Noor, menyelipkan harapan agar Bupati dan Wakil Bupati Kotim mendapatkan jodoh. Doa itu di luar skenario. Jauh dari perkiraan. Tak ada kaitannya dengan tema acara.

Supian yang masih berusia 41 tahun, memang sudah lama tak memiliki pendamping sejak cerai dengan istrinya, Iswanti, pada 2015 lalu. Sementara Taufiq Mukri yang pada 21 Desember nanti genap berusia 65 tahun, ditinggal istrinya, Fatmawati. Sang istri tutup usia karena sakit pada 2015 lalu. Otomatis, keduanya jadi pasangan pemimpin yang sama-sama tak memiliki pendamping.

Doa Salapudin membuat sejumlah peserta senyum-senyum dan menahan tawa di tengah kekhusyukan menghadap sang pencipta. Selesai doa, suasana langsung heboh. Sebagian peserta tertawa lepas.

Berbagai celetukan samar-samar terdengar dari kursi peserta. Mengomentari doa Salapudin. Ketua PWI Kotim Andri Rizky, sampai  terbawa suasana ketika memberikan sambutan di podium.

”Karena doa tadi, bonusnya bisa besar dari bupati dan wakil bupati,” kata Andri yang akrab disapa Ari ini.

Acara berjalan seperti biasa. Penuh sambutan. Setelah Ketua PWI Kotim, disambung Ketua PWI Kalteng. Pamungkasnya, tentu saja Supian Hadi. Dia memaparkan garis besar program Pemkab Kotim yang tengah gencar-gencarnya menuju kota wisata.

”Awalnya saya banyak ditentang saat memprogramkan pembangunan Kotim sebagai daerah tujuan wisata. Namun, sekarang perlahan mulai mendukung. Kotim tak bisa selamanya bergantung pada sumber daya alam, perkebunan, atau tambang. Pasti ada masanya,” katanya.

Supian melanjutkan, ide Sampit sebagai kota wisata muncul sejak 2012 lalu. Wacana itu didasari dari pemikirannya, bahwa Kotim perlu sumber lain yang potensial untuk digarap selain mengharapkan sumber daya alam yang ada masanya dan pasti akan berlalu.

Dia menceritakan pengalamannya sebagai pengusaha kayu pada masa kejayaan ”emas hijau” itu. Kini, masa itu berlalu. Berganti dengan perkebunan dan tambang. Sekarang, sektor usaha itu mulai meredup.

Dia mencontohkan daerah di Kaltim yang sebelumnya mengandalkan batu bara. Kini, pendapatannya merosot ketika kejayaan tambang juga lesu.

Memang, kata Supian, pembangunan yang fokus ke wisata tak bisa langsung terlihat hasilnya. Namun, prosesnya terus berjalan perlahan. ”Dulu, tak ada usaha yang menjual oleh-oleh, sekarang sudah mulai muncul. Meskipun jumlahnya baru sekitar tiga. Artinya, ini sudah ada kemajuan,” katanya.

Program kemah jurnalistik yang digagas PWI Kotim, dinilai tepat untuk mendukung program wisata pemkab. Wartawan diharapkan bisa menyebarkan potensi wisata di Kotim, terutama Ujung Pandaran.

”Apalagi ada Yuyung Abdi. Dengan foto-foto suasana di Pantai Ujung Pandaran, yang kemudian dipamerkan lebih luas, bisa memancing wisatawan dari luar daerah untuk datang ke Kotim,” katanya.

Supian pun menantang PWI Kotim dan Kalteng, untuk menggelar acara dengan skala lebih besar, yakni kemah jurnalistik tingkat nasional. Menurutnya, ada daya tawar lebih tinggi dan memikat dari Kotim bagi pengunjung dari luar daerah jika menggelar acara di daerah berjuluk Bumi Habaring Hurung ini.

”Kalau orang-orang di kota besar, mungkin sudah biasa dengan suasana pantai atau jalan yang mulus. Tapi, di Kotim kami nanti akan bawa ke (Kecamatan) Antang Kalang, Desa Tumbang Gagu. Di sana ada rumah betang yang berusia ratusan tahun. Tentu ini tak dimiliki daerah lain. Ada nilai lebihnya,” katanya.

Tantangan Supian disambut positif Sutransyah. Menurutnya, kegiatan itu bisa saja digelar tahun depan. Namun, perlu dukungan Pemkab Kotim sebagai tuan rumah. Tentu saja dari segi anggaran.

Usai sesi sambutan, saat pelepasan peserta yang diwakili General Manager Radar Sampit Siti Fauziah yang juga Bendahara PWI Kotim dan Norjani Aseran, wartawan Antara Kalteng, peserta heboh. Pasalnya, hampir semua orang yang sebelumnya duduk manis, langsung merangsek maju ke depan, berebut mengambil foto momen pelepasan.

Bisa dibayangkan bagaimana berisiknya. Saking banyaknya yang maju, momen pemasangan topi peserta oleh Bupati itu tak terlihat dari kursi peserta. Mereka lupa, bahwa keberadaannya di situ hanya sebagai peserta yang seharusnya duduk manis, menyaksikan dari bangku.

”Mentang-mentang acaranya wartawan, hampir semua habis ikut ambil foto. Tinggal para senior yang duduk jadi peserta,” celetuk Desi Wulandari, jurnalis Radar Sampit dari bangku peserta sambil tertawa.

Ketika acara berakhir, Yuyung Abdi beraksi. Sang master fotografer senior Jawa Pos (induk Radar Sampit) ini, meminta Bupati berpose lain dari biasanya. Dia juga meminta peserta acara membuat barisan berjejer menyamping di antara kursi, membentuk lorong. Bupati diminta berjalan di tengahnya.

Sesi pertama gagal. Supian berjalan terlalu cepat. Dia diminta kembali mengulang adegan itu. Langkahnya harus lebih lambat. Adegan kedua sukses. Fotonya keren. Bupati terlihat disambut dengan sangat meriah.

Ternyata, belum sampai di situ. Yuyung lagi-lagi meminta Bupati kembali ke depan. Dia diminta mengangkat sebelah tangannya ke atas, di depan jalan masuk di antara barisan para wartawan. Supian diminta tak bergerak. Seolah jadi patung. Demikian pula wartawan. Rupanya, Yuyung bermaksud merekam adegan itu. Seru.

Sesi foto belum berakhir. Di halaman kantor, semua peserta foto bersama. Sesi pertama hanya foto biasa. Berdiri. Mainstream. Terlalu sering. Namun, saat Yuyung memberi pengarahan, lagi-lagi anti-mainstream. Bupati diminta paling depan. Dengan cekatan, fotografer bergelar doktor sosiologi itu memberi aba-aba.

Yuyung belum puas. Dia meminta Bupati dan wartawan, melompat dan mengangkat kedua tangan. Semua bersedia. Hanya saja, setingan arah bidikan kamera berubah.

Yuyung dengan cermat memperhatikan komposisi foto yang bakal lebih jelas dalam bidikan kamera. Dia melihat ke atas langit. Membaca pencahayaan. Otaknya berpikir cepat, menentukan arah yang tepat.

Yuyung mengarahkan Bupati dan wartawan menghadap gedung DPRD Kotim, sebelah barat kantor Bupati. Dua kali Bupati dan wartawan harus melompat mengikuti instruksi Yuyung. Hasilnya luar biasa. Bupati terlihat puas melihat hasil jepretan fotografer yang meraih gelar doktor berkat disertasi mengenai bisnis prostitusi di Indonesia tersebut.

Kehadiran Yuyung ke Sampit karena didaulat mengisi acara saat kemah jurnalistik yang dimulai hari ini. Dia akan jadi pembicara, memberikan tips dan teknik menghasilkan foto berkualitas tinggi dan indah. (***/ign)


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers