SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Selasa, 09 Januari 2018 14:51
TERNYATA!!! Begini Cerita di Balik Berita Kritikan Tajam ke RSUD Murjani Sampit
RSUD dr Murjani Sampit

Oleh: Gunawan

Awan mendung menggantung di langit Kota Sampit sore itu, Rabu (3/1). Saya yang masih leyeh-leyeh di rumah, bergegas mandi. Siap-siap ke kantor sebelum butiran hujan menghujam seisi kota.

”Waduh! Harus cepat-cepat ke kantor nih, sebelum direpotkan hujan,” begitu pikir saya dalam hati.

Maklum, jika hujan turun, agak merepotkan. Saya harus membongkar jas hujan yang pemakaiannya tak praktis. Model pakaian. Baju dan celana. Bukan jubah yang langsung pasang. Belum lagi di perjalanan harus merasakan tumbukan air dari langit. Juga harus hati-hati. Repot bukan?

Hari masih mau berkompromi, meski wajahnya kian legam. Saya tiba di kantor sebelum langit menumpahkan jutaan liter airnya ke bumi. ”Selamatlah hari ini,” kata saya lagi dalam hati. Seingat saya, saat itu jarum jam masih menunjukkan sekitar pukul 16.30. Jam setengah lima.

Di kantor, kawan-kawan sudah sibuk di depan layarnya masing-masing. Jari-jari mereka lincah menari di atas papan ketikan komputer. Suara ketukan keyboard itu silih berganti memecah keheningan ruangan yang dingin oleh AC. Sesekali mereka bercanda atau membahas isu aktual terkini.

Saya sendiri melanjutkan rutinitas harian biasa. Editing berita. Satu per satu berita di layar komputer saya cek. Terutama yang akan dimuat di halaman utama. Baru ada satu berita, lanjutan isu yang menyoroti soal pelayanan rumah sakit.

”Aman,” batin saya.

Isu aktual yang kami soroti sejak membuka lembaran baru 2018 saat itu masih berlanjut. Soal pelayanan rumah sakit yang dikeluhkan masyarakat menjelang tahun baru. Gara-garanya, sejumlah dokter yang cuti bersamaan hampir sepekan. Akibatnya, pelayanan agak terganggu. Terutama untuk penyakit tertentu.

Sekitar setengah jam setelah saya di kantor, satu wartawan baru datang. Fahry Ilhami Samosir. Dia baru menekuni dunia jurnalistik. Masih menjalani masa magang yang berjalan sekitar sebulan lebih.

Kawan-kawan wartawan yang sudah menyelesaikan beberapa ketikan, kian silih berganti bicara. Temanya masih sama, membahas berita. Termasuk Fahry yang saat itu baru tiba. Dia ditanya kawan-kawan lainnya terkait isu yang dia peroleh hari itu.

Saya yang awalnya masih berkutat dengan kalimat-kalimat berita yang disetor, ikut tertarik terlibat ketika mereka membahas isu soal rumah sakit. Fahry saat itu mendapat informasi, ada orangtua pasien di rumah sakit. Mereka tak bisa membawa pulang jenazah bayinya yang meninggal saat dilahirkan karena belum membayar biaya administrasi sebesar Rp 5 juta.

Saya langsung mencecar Fahry terkait informasi itu untuk memastikan kebenarannya. Termasuk klarifikasinya ke pihak rumah sakit. Fahry pun memastikan informasi itu akurat. Dia sudah wawancara dengan pasien bersangkutan. Bukti rekamannya pun ada. Soal klarifikasi, dia sebelumnya juga sudah berusaha ke petugas medis saat itu, namun dibantah.

”Benar pak, saya bahkan sampai saling ngotot-ngototan dengan petugas kesehatan di sana. Tapi mereka membantah," kata Fahry.

Tentu saja itu belum cukup. Saya minta Fahry untuk memverifikasinya lagi ke pihak rumah sakit. Alternatifnya saat itu ada dua. Pertama, Direktur Rumah Sakit dr Murjani Sampit Denny Muda Perdana dan bagian humas.

Direktur rumah sakit saat itu masih berada di Jawa untuk urusan keluarga. Kabarnya, kerabatnya ada yang meninggal dunia. Dengan kondisi demikian, kalau diminta klarifikasi, tentu saja sang direktur tak tahu sama sekali. Kalaupun minta arahan, pasti akan memakan waktu lama. Maklum, redaksi bekerja diatur deadline ketat.

Pilihannya tinggal bagian humas. Asumsinya, humas pasti bertugas di rumah sakit. Kalau pun tak mengetahui informasi itu, bisa mengarahkan ke pejabat lain atau dokter yang mengetahui masalah itu. Begitulah fungsi humas suatu instansi. Dia jadi jembatan penghubung.

Sialnya, upaya verifikasi itu menemui jalan buntu. Fahry yang saya minta tak hanya mengirim pesan singkat, tapi juga menelepon, gagal mendapatkan klarifikasi sore itu.

Saya tak meminta dia kembali ke rumah sakit, karena hari menjelang malam dan hujan sudah mulai turun. Bagian humas juga pasti sudah tak ada di rumah sakit. Selain itu, Fahry masih harus menyelesaikan sejumlah berita lainnya di luar isu soal rumah sakit.

Apalagi sebelumnya Fahry sudah mencoba meminta klarifikasi ke petugas medis, tapi gagal dan dibantah. Alternatifnya melalui seluler. Nomor handphone bagian humas yang kami hubungi aktif. Namun, tak merespons pertanyaan Fahry.

Malamnya, saya lagi-lagi memastikan kebenaran berita Fahry. Saya minta dia kembali menghubungi bagian humas. Rasa-rasanya, tiga sampai empat kali saya mengoreksi beritanya, untuk memastikan kebenarannya, termasuk verifikasinya.

Bahkan, sampai dia pulang pun masih saya telepon dan kirim pesan singkat untuk kembali memastikan. Ini penting, karena saya memprediksi, berita dari informasi yang disampaikan Fahry, bakal heboh esok harinya. Akan fatal apabila tak ada klarifikasi.

Saya juga berpikir, agak mustahil rasanya jika rumah sakit menahan bayi karena orangtuanya tak mampu membayar biaya administrasi. Apalagi rumah sakit itu jadi sorotan sebelumnya. Tapi, Fahry tetap meyakinkan dan menegaskan ada bukti rekaman wawancaranya dengan pasutri itu.

Keyakinan Fahry menghapus keraguan saya. Apalagi kawan-kawan yang lain juga memberi informasi pelayanan yang nyaris-nyaris serupa sebelumnya. Tapi saya tak mau membahas itu. Karena tentu perlu verifikasi lebih dalam lagi, sementara waktu sudah mepet. Cukup isu aktual yang muncul saat itu yang harus diverifikasi.

Semua upaya sudah kami tempuh untuk memenuhi kode etik jurnalistik. Dalam kondisi demikian, ketika pihak yang tersudut kami beri ruang memberi klarifikasi menolak, atau mengabaikan, berita tetap sah terbit. Itu sesuai dengan kode etik jurnalistik dan UU Pers.

***

”Mudahan saja orangtua bayi itu bisa keluar rumah sakit membawa jenazah anaknya,” kata Fahry kepada saya melalui telepon.

Ya, demikianlah niat berita itu diturunkan. Tujuan terbitnya berita itu bukan untuk menjatuhkan atau memperburuk citra rumah sakit terbesar di Kotim itu. Kami hanya menjalankan prinsip jurnalistik yang mengabdi pada masyarakat. Kaum lemah dan terpinggirkan.

Keesokan harinya, ketika berita itu terbit, Kamis (4/1), perkiraan saya tak meleset. Berita itu heboh. Jadi viral. Bahan bahasan di media sosial. Banyak yang mengecam rumah sakit. Tak sedikit pula yang membela.

Sejumlah petugas medis rumah sakit juga ikut memberikan klarifikasi melalui media sosial, setelah bertanya secara rinci ke petugas yang bertugas Rabu sore, yang menangani kehamilan ibu bayi tersebut.

Media sosial panas. Sebagian menceritakan pengalaman buruknya saat mendapat pelayanan di rumah sakit. Sebagian lagi meragukan kebenaran berita. Bahkan, ada yang menyebut hoaks dan segala fitnahan pada wartawan yang menulisnya.

Tentu saja mereka tak salah. Mereka tak mengetahui betul bagaimana ribetnya proses berita itu terbit dan segala upaya yang sudah kami tempuh. Meski upaya itu sudah kami sertakan dalam berita. Tentu saja itu tak cukup bagi mereka.

Fahry yang menghadap manajemen rumah sakit, juga sempat tersudut, karena dinilai membuat berita yang berat sebelah dan tak melakukan verifikasi. Tentu saja Fahry yang masih baru di dunia jurnalistik gelagapan. Dia baru kali itu menerima protes dan dicecar narasumber. Apalagi dari orang-orang penting.

Untungnya, Fahry ditemani wartawan senior yang membelanya. ”Untung ada bang Didi (reporter TV One Sampit) yang membela," kata Fahry kepada saya sore harinya.

Saya sebagai pemimpin redaksi, saya juga sudah siap memberikan penjelasan apabila jajaran manajemen rumah sakit menghubungi atau datang langsung ke kantor untuk protes. Termasuk ketika ada dokter yang meminta nomor saya melalui rekan redaktur.

Saya mempersilakan dia untuk memberikan nomor handphone saya untuk dihubungi. Tapi, saya tunggu sampai malam, tak ada yang menghubungi untuk protes. Pun tak ada yang datang ke kantor Radar Sampit untuk memberikan penjelasan.

Berita selanjutnya untuk terbitan Jumat (5/1), kami tetap melanjutkan sorotan pada rumah sakit. Tentu saja dengan klarifikasi lengkap dari manajemen dan keterangan lainnya soal penahanan jenazah bayi, yang katanya hanya disinformasi. Salah paham.

***

Tulisan ini saya buat untuk meyakinkan pembaca, bahwa berita yang kami terbitkan sudah melalui prosedur yang benar, sekaligus membantah berbagai tudingan liar di media sosial yang bisa bikin hati panas. Saya terpaksa membuka sedikit isi dapur redaksi. Cerita di balik berita dan segala tetek bengeknya.

Saya tak mau berdebat di media sosial karena akan percuma dan menguras energi. Tulisan di koran akan lebih bisa dipertanggungjawabkan secara hukum sesuai UU Pers dan kode etik jurnalistik.

Saya juga selalu menekankan ke kawan-kawan redaksi di lapangan, betapa pentingnya verifikasi. Tak langsung percaya pada informasi yang disampaikan narasumber. Cek dan ricek penting untuk mencari kebenaran yang berlapis-lapis. Dan mereka memahami.

Hal demikian penting untuk menjaga independensi dan kami tak ikut larut dalam pusaran emosi. Menjaga logika kewarasan dalam menulis berita. Sekaligus meminimalisasi dampak hukum yang kemungkinan muncul ketika berita terbit.

Kami menyoroti rumah sakit karena instansi itu pelayanan vital. Ada ratusan ribu masyarakat Kotim yang bergantung pada RSUD Murjani untuk mencari kesembuhan atau mendapat pelayanan kesehatan. Para pegawainya digaji negara, dari uang rakyat. Saya pun tidak menutup kemungkinan akan dirawat di rumah sakit itu suatu saat nanti.

Semangat kami adalah untuk perbaikan. Bukan mencari kesalahan. Tak ingin menjatuhkan siapa pun. Demi menjaga kepercayaan publik mengenai informasi yang kami sampaikan dan kepercayaan orang pada rumah sakit yang memberi pelayanan.

Kami pun tak luput dari kesalahan. Kami juga tak segan untuk mengoreksi secara jantan. Karena kami sadar, di bawah langit, tak ada yang sempurna. (gunawan@radarsampit.com)


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers