PANGKALAN BUN – Kebakaran lahan di wilayah Kotawaringin Barat dan sekitarnya, terus meluas dalam dua minggu terakhir. Api tidak hanya merambah ke lahan milik warga, melainkan juga merambah sampai ke kawasan Suaka Margasatwa SM Lamandau. Bahkan di awal tahun 2018, kawasan ini sudah dua kali dirambah api kebakaran lahan.
Kepala Resort SM Lamandau, Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng, Sugih Trianto H menuturkan, api pertama muncul di SM Lamandau pada tanggal 28 Januari 2018 dengan luasan yang terbakar sekitar 15 hektare. Kebakaran itu telah ditangani oleh anggota Resort SM Lamandau dan Orangutan Fundation- United Kingdom (OF UK), yang masuk wilayah Desa Natai Sedawak, Kabupaten Sukamara.
”Yang terbakar hutan dan padang ilalang di SM Lamandau, dan api berasal dari luar kawasan,” ujarnya, Minggu (18/2) kepada Radar Pangkalan Bun.
Sugih juga mengungkapkan, kebakaran lahan terbaru di areal SM Lamandau, yakni pada 16 Februari 2018. Wilayah itu juga masuk Desa Kertamulya, Kabupaten Sukamara. Dan untuk luasan yang terbakar masih dalam proses pengukuran lokasi dan telah dipadamkan oleh anggota Resort SM Lamandau serta OF UK.
”Api muncul mulai pukul 17.30 WIB yang berasal dari luar kawasan merambat ke dalam kawasan, pemadaman berlangsung hingga pukul 23.20 WIB,” tandasnya.
Sugih menambahkan, kendala di lapangan yakni api dengan mudahnya merambat karena lahan gambut tipis dan padang ilalang. Selain itu anggota juga disulitkan dengan tidak adanya sumber air dekat lokasi kebakaran, dan hanya mengandalkan jet shooter serta pemukul api tradisional.
”Dampak pertama adalah asap kebakarannya dan habitat yang berkurang sehingga perlu adanya kegiatan rehabilitasi lahan. Dan perlu waktu 10 tahun untuk bisa kembali normal,”cetusnya.
Terpisah, Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Iskandar Pangkalan Bun, Januar R Pratama mengatakan, potensi kebakaran lahan dan hutan di wilayah Kabupaten Kobar dan sekitarnya sangat tinggi. Informasi itu diperoleh dari hasil pengamatan Sinoptik BMKG.
”Dari data realtime pengamatan Sinoptik BMKG menunjukkan potensi kebakaran lahan dan hutan di Kobar dengan beberapa kabupaten di sekitarnya sangat tinggi. Terlihat di simbol warna yang muncul berwarna merah,”ungkapnya, Minggu (18/2).
Dipaparkannya, titik panas (hot spot) yang terpantau pada Minggu (18/2), sebanyak tujuh titik dengan tingkat kepercayaan cukup tinggi, antara 67 hingga 100 persen. Tujuh titik panas itu terbagi sebanyak empat titik di kecamatan Arut Selatan, dan tiga di kecamatan Kotawaringin Lama.
Terkait kondisi tersebut, menurut Januar BMKG belum berani memutuskan apakah saat ini sudah masuk musim kemarau atau belum. Karena untuk dasarian pertama di bulan Februari (1-10), curah hujan yang terpantau masih cukup tinggi.
Ditambahkannya, ketiadaan hujan yang turun dalam beberapa hari ini, bukan karena musim kemarau, namun karena massa udara yang mengandung uap air tertarik ke arah Filipina dikarenakan adanya pusat titik tekanan rendah di wilayah tersebut.
”Meski tergolong hujan ringan, potensi hujan dalam beberapa hari ke depan akan kembali lagi. Potensi terbesar di wilayah selatan Kobar,”tandas Januar. (jok/sla/gus)