SAMPIT – Sejumlah desa di Kecamatan Telaga Antang yang menjadi langganan banjir setiap musim hujan, rata-rata selalu dilanda banjir dengan ketinggian sekitar setengah meter. Hal tersebut dinilai tak terlalu mengkhawatirkan.
Rata-rata banjir yang pernah terjadi terutama pada awal 2017 lalu, ketinggiannya hanya di bawah lutut orang dewasa atau sekitar setengah meter. Banjir paling lama dua hari sudah surut kembali,” ujar Camat Telaga Antang, Siyono saat berada di Sampit, Senin (5/3).
Siyono menjelaskan, ada beberapa desa yang dianggap langganan banjir, misalnya, Tumbang Boloi, Bajening, Tumbang Mangkup, Rantau Katang, Tukang Langit, Luwuk Koan, Tumbang Sangai. Akan tetapi, sejak awal 2018, yang dianggap langganan banjir tidak terjadi.
”Alhamdulillah, kalau awal 2017 mulai dari Tumbang Boloi sampai Tumbang Sangai terjadi banjir. Untuk tahun ini, sepertinya tidak terjadi banjir. Mudah-mudahan saja selama 2018 tidak terjadi lagi banjir,” kata mantan Lurah Parenggean ini.
Siyono menuturkan, rata-rata profesi penduduk desa di Kecamatan Telaga Antang berkebun dan nelayan. Lokasi rumah penduduk sebagian besar di pinggir Sungai Mentaya. Mereka tidak mau direlokasi karena desa berada di pinggir sungai.
”Kebanyakan di Kecamatan Telaga Antang itu datarannya rendah, sehingga rawan banjir. Tapi, banjir paling lama dua hari dan air sudah surut kembali. Mengenai bantuan, biasanya kami bermohon kepada perusahaan yang beroperasi di wilayah kecamatan, misalnya bantuan beras maupun keperluan lainnya,” pungkasnya. (fin/ign)