YUNDI tak menyangka, keisengannya bergaya ala bartender saat menjual es blander ternyata membuatnya sukses. Aksinya mampu menarik pelanggan. Bahkan, sempat viral di media sosial sampai televisi.
AGUS FATARONI, Palangka Raya
Sukses yang diraih Yundi saat ini tak datang begitu saja. Saat memulai inovasi usahanya itu, dengan bergaya ala bartender, pemuda berusia 28 tahun tersebut banyak mendapat cibiran negatif dari masyarakat. Bahkan, ada yang menyebutnya ”takatek” (mabuk, Red) sampai orang gila.
”Saya pernah dikatain ’takatek’, bahkan dikatain seperti orang gila. Tetapi, saya menanggapi dengan positif saja, dengan memberikan teguran kepada yang bersangkutan untuk berbicara sopan,” katanya saat dibincangi Radar Palangka di kedai miliknya, Kamis (15/3).
Meski ada yang menilai negatif, Yundi tak mau menyerah. Hasilnya, aksinya viral di media sosial dan masuk televisi. Pelanggannya pun terus bertambah, karena penasaran dengan kreasinya itu. Saking terkenalnya, kedai miliknya pernah dijadikan tempat syuting video klip lagu terbaru milik salah satu musisi asal Kalimantan Selatan yang cukup terkenal.
”Beberapa waktu lalu tempat ini digunakan untuk syuting Marion (nama musisi, Red). Tentunya itu menjadi kebanggaan sendiri bagi saya, karena menurut orang, gaya berjualan dengan menampilkan gerakan ala bartender baru ada pertama kali di Kalteng,” tuturnya.
Yundi mengaku menjalankan usahanya sejak dua tahun lalu. Namun, karena ada beberapa tawaran pekerjaan lainnya, dia sempat berhenti.
”Awalnya saya sudah berdagang di Jalan Yosudarso, tetapi karena ada tawaran pekerjaan lain, akhirnya barang dagangan saya berikan kepada pelanggan secara gratis dan saya berhenti berdagang,” katanya.
Yundi juga sempat sempat menjadi nelayan lokal. ”Namun, karena resiko sebagai nelayan cukup tinggi karena adanya binatang buas seperti buaya, akhirnya saya membuka lagi jualan tersebut,” ujar ayah dari dua orang anak ini.
Yundi yang biasa disapa Maskot ini termasuk orang yang senang membuat penasaran. Bisa dilihat dari nama lapak yang dibuatnya, yaitu ”Bara Bere”. Bukan hanya nama yang membuat orang tertarik. Lapak ang terbuat dari kayu tersebut banyak dihiasi dengan lampu warna-warni bak lampu diskotik.
Selama menjalani usahanya, menurut Yundi, tak sepenuhnya mulus. Dia harus bekerja keras sepanjang hari.
”Saya pernah melayani pelanggan di hari libur, mulai dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB. Hasilnya, kaki saya pernah bengkak, karena kebanyakan pelanggan yang datang. Inginnnya saya yang melayani, sampai para pelanggan rela menunggu saya,” ujarnya. (***/ign)