SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN
Minggu, 25 Maret 2018 01:17
Rakyat Cerdas, Pilih Pemimpin Berkualitas
Ilustrasi. (net)

Oleh: Indah Rahmawati )*

Mencari pemimpin berkwalitas memang tidaklah mudah. Apalagi untuk sebuah wilayah yang mencakup daerah luas. Pasalnya, menjadi seorang pemimpin harus memahami harapan rakyat yang berbeda-beda.

Terdiri dari berbagai macam keyakinan maupun budaya. Oleh karena itu, perlu adanya tujuan bersama yang selaras. Mencari pemimpin yang memiliki kualifikasi tersendiri. Terdapat syarat-syarat tertentu. Kualitas memimpin, akhlak, dan kecerdasannya. Terutama yang dapat menyatukan perbedaan dan membawa kemajuan.

Pilkada atau pemilihan kepala daerah yang berlangsung setiap tahun memiliki ciri khas masing-masing. Baik persiapan hingga pelaksanaannya. Persiapan yang dilakukan oleh petugas maupun pihak yang terlibat kerap menemui kasus. Seperti permasalahan peserta pemilu.

Ada peserta yang tidak terdaftar tetapi turut mencoblos, atau sebaliknya terdaftar tapi tidak mencoblos alias golput. Hal ini menyebabkan petugas sulit melakukan perhitungan. Nyatanya KTP yang digunakan oleh peserta dalam mendaftar sebagai pencoblos tidak sesuai dengan catatan sipil sehingga tertolak. Maka pengecekan peserta sebelum hari H harus benar sesuai data. Ada baiknya petugas melakukan sosialisasi ke lingkungan warga seperti tingkat RT.

Permasalahan lain seperti Pilkada yang berbau sara juga menjadi problem tersendiri dan ikut menjadi perbincangan di dunia maya. Sayangnya, perbincangan tersebut seringkali dikemas dengan opini sehingga menciptakan informasi yang bias. Selain itu,  Politik uang pun masih menjadi problem yang belum tuntas.

Walaupun jumlah dana untuk kampanye partai sudah dibatasi karena lebih banyak dialihkan ke media sosial. Bukan berarti politik uang reda, khususnya untuk daerah yang tidak tersentuh internet masih sering dijumpai. Entah itu berupa bantuan sembako, sokongan dana pembangunan sarana prasarana dan lain-lain. Belum lagi keterlibatan oknum-oknum petugas pengawas, polisi dan lainnya yang mungkin cenderung berpihak ke sebuah partai. Hingga permasalahan-permasalahan lainnya yang sering mewarnai.

Masyarakat juga harus cerdas dalam memilih calon kepala daerah dengan menimbang berbagai program yang akan diusungnya. Kredibilitas Kepala Daerah yang berintegritas, jujur, dan tidak pernah tersangkut korupsi juga patut menjadi pertimbangan. Hal ini dilakukan agar kita sebagai masyarakat tidak terjebak pada tipu muslihat calon pemimpin yang menghalalkan segala cara dalam meraih kemenangan.

Pemimpin yang berkualitas mampu membuktikan kata-katanya melalui sikap dan fakta. Dilakukan baik sebelum menjadi pemimpin maupun sesudahnya. Rakyat banyak berharap calon yang mereka pilih mampu membawa perubahan ke arah lebih baik. Bukan hanya sekedar janji-janji manis dan omong kosong. Rakyat sudah kenyang dengan berbagai tipuan. Obral janji penguasa yang tidak kunjung membawa perubahan.

Seperti yang kita tahu, sejak awal pilkada masing-masing calon kepala daerah adu kebolehan dengan berbagai visi dan misi. Terpampang di setiap baliho, media elektronik atau cetak lainnya. Saat mendekati hari H, para calon makin gencar mempromosikan diri beserta partai-partai yang menyokong. Bahkan tidak jarang acara TV mengadakan debat secara live yang bisa ditonton jutaan orang. Apakah hal tersebut menjamin siapa yang lebih pantas menjadi pemimpin?

Tidak. Karena itu hanya dinilai berdasarkan argumen-argumen yang dilontarkan saja. Hal seperti ini menguji kemampuan kritis seseorang dalam menyikapi masalah. Lalu bagaimana agar kita tidak salah pilih? Adakah kiat khususnya?

Dalam pandangan penulis, lebih baik merujuk pada sifat-sifat Nabi Muhammad SAW. Pertama adalah amanah atau dapat dipercaya. Jika calon tersebut diberi tugas atau wewenang, apakah ia akan sungguh-sungguh mengerjakan tugasnya dan menyelesaikan dengan baik.

Kedua, benar dan jujur. Baik dari segi perkataan maupun perbuatan harus selaras. Benar disini adalah berbicara dan bertidak sesuai kebenaran. Walau sulit memang berada pada zaman akhir seperti ini. Banyak calon pemimpin yang menghalalkan segala cara demi terwujudnya visi misi mereka tanpa peduli itu benar atau salah. Tapi, kita harus tetap yakin dan berikhtiar.

Ketiga adalah menyampaikan apa yang menjadi amanatnya. Jika dia seorang pemimpin tentu akan menyampaikan segala aspirasi dan juga sumbangan berupa harta, fikiran serta waktunya untuk rakyat. Memegang amanah sebaik mungkin, tanpa berhianat.

Keempat adalah cerdas. Cerdas disini maksudnya kemampuan menganalisa dan mengatasi setiap perkara yang ada. Butuh tenaga dan fikiran serta loyalitas yang tinggi untuk rakyat. Apalagi untuk menyatukan pikiran ratusan bahkan jutaan orang.

Dalam pepatah Jawa juga dikenal Istilah Bibit, Bebet, dan Bobot. Bibit adalah darimana ia berasal dan dilahirkan, serta dibesarkan dengan cara bagaimana. Bukan harus berdarah biru, yang penting asal usulnya jelas.

Bagaimanapun seseorang terbentuk dari lingkungannya. Seperti dalam perspektif teori behavior di dalam psikologi menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh stimulan-stimulan yang ada di lingkungan, kemudian menimbulkan sebuah respon sikap yang membentuk pribadinya.

Bebet, cara berpenampilan pun mencerminkan karakter seorang pemimpin. Contohnya Soekarno yang kemana-mana selalu memakai peci, menunjukkan dirinya sosok yang cinta Indonesia. Atau seperti Jokowi selalu tampil sederhana, menggembarkan dirinya sosok yang merakyat. Serta pemimpin-pemimpin lain yang memiliki ciri tertentu.

Bobot, atau kwalitas lahir dan batin. Seperti kecakapan, pendidikan, dan keyakinan (iman). Tentu hal ini menjadi pertimbangan yang teramat penting. Sebab dalam memimpin diperlukan kecakapan khusus untuk mengorganisir banyak orang baik secara langsung maupun tidak langsung. Pendidikan menentukan seberapa besar ilmu yang dipelajarinya, berharap mampu diterapkan dalam kinerjanya menjadi seorang pemimpin. Kekuatan iman tentunya yang paling vital. Karena keyakinan yang dipegang akan senantiasa menjadi patokan dalam menjalankan amanah. Sehingga akan menjadi pemimpin yang jauh dari sifat dzolim kepada rakyat.

Maka pemimpin harus bekerja untuk rakyat dengan kualitas terbaik, akhlak maupun kepandaiannya. Demi memajukan daerah yang dipimpin. Hal ini selaras yang diungkapkan oleh seorang ulama terkenal. Buya Hamka menuturkan, “Kalau hidup sekedar hidup babi di hutan juga hidup.

Kalau bekerja sekedar bekerja kera juga bekerja”. Maksud pernyataan ini ialah janganlah kita hidup dengan sekedarnya saja tanpa tujuan dan manfaat bagi umat. Janganlah kita bekerja dengan sekedar tanpa ada dampak positif dan kualitasnya bagi banyak orang.

Diharapkan pilkada tahun ini benar-benar memilih pemimpin amanah, jujur, cerdas dan memajukan wilayah yang dipimpin. Menjadi pemimpin bukanlah hal mudah, butuh tanggungjawab yang besar baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, mereka dituntut adil dan tidak berat sebelah. Selain pemimpin, rakyat pun diharapkan pro terhadap kebijakan yang tidak merugikan. Jika keberatan ada baiknya menempuh jalan damai seperti musyawarah atau mufakat. )* Penulis adalah mahasiswi IAIN Kendari


BACA JUGA


Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers