SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN
Selasa, 17 April 2018 08:58
Jadikan Abon Haruan Makanan Khas Asam Baru
Kades Asam Baru Rubianto dan Humas Musirawas Group Anwaryono sedang berbincang tentang pengembangan Abon Haruan.(RADAR SAMPIT)

SAMPIT – Banyaknya ikan haruan di perairan rawa Desa Asam Baru, Kecamatan Danau Seluluk, mulai dimanfaatkan warga sekitar. Masyarakat tidak hanya mengonsumsi ikan haruan untuk lauk pauk, tapi juga menjadikannya makanan olahan dengan nilai ekonomi tinggi. Abon haruan, namanya.   

Pembuatan abon haruan ini dipelopori oleh Tim Penggerak PKK Desa Asam Baru. Awalnya mereka mendapat pelatihan dari PT Musirawas Citraharpindo, sebuah perusahaan perkebunaan kelapa sawit di Kecamatan Danau Seluluk, Kabupaten Seruyan. Hasil pelatihan pun diterapkan oleh ibu-ibu.

Bukan perkara mudah untuk membuat abon haruan. Sebab, mereka harus membersihkan duri, kulit, dan menyingkirkan kepalanya. Butuh waktu dari pagi sampai sore untuk bisa menghasilkan abon sebanyak 10 kilogram.  

Untuk membuat 10 kilogram abon, dibutuhkan bahan baku ikan haruan 50 kilogram dan bumbu 10 kilogram. Harga ikan haruan dari nelayan tradisional dihargai Rp 25 ribu per kilogram. Setelah menjadi abon, harganya Rp 350 ribu per kilogram. Abon dikemas dengan ukuran 0,1 kg, 0,2 kg, dan 0,5 kg.

”Harganya mahal karena 1 kilogram abon butuh 5 kilogram haruan. Belum lagi bumbunya dan upah pegawai,” katanya Lesnawati, bagian produksi ikan haruan.   

Kepala Desa Asam Baru Rubianto menyampaikan terima kasih kepada PT Musirawas yang telah berkontribusi besar terhadap masyarakat Desa Asam Baru. Dirinya juga merasa bangga terhadap kreativitas Tim Penggerak PKK yang berhasil mengimplementasikan hasil pelatihan yang diberikan oleh PT Musirawas dalam pembuatan abon haruan. Apalagi hasil produksi ini telah menjadi oleh-oleh khas Desa Asam Baru.    

”Mayoritas penduduk di Asam Baru dan sekitarnya ini adalah pendatang. Mereka pekerja perkebunan sawit. Ketika pulang kampung, banyak yang beli abon haruan sebagai oleh-oleh,” ucap Rubianto.

Adanya abon haruan berdampak terhadap ekonomi masyarakat. Tim Penggerak PKK mempekerjakan warga dengan upah Rp 100 ribu per hari. Selain itu, keberadaan perajin abon haruan juga berdampak terhadap nelayan. Masyarakat yang menggantungkan hidup dari mencari ikan tidak bingung lagi menjual tangkapannya. Berapa pun hasilnya, pasti ditampung oleh perajin abon.   

”Sebelum ada perajin abon, ikan haruan hanya dihargai Rp 15 ribu per kilogram. Sekarang harganya Rp 25 ribu. Dampaknya tidak hanya kepada perajin abon, tapi juga pencari ikan,” ujarnya.   

Untuk memenuhi pasokan abon, Rubianto berharap kepada Pemerintah Kabupaten Seruyan memberikan pelatihan budidaya ikan haruan kepada warga Asam Baru. Budidaya ini penting dilakukan demi menjaga ketersediaan bahan baku abon, sekaligus meningkatkan produksi abon.    

Demi melindungi kelestarian ikan haruan, Pemerintah Desa Asam Baru juga akan membuat regulasi. Misalnya, melarang mencari ikan dengan racun dan setrum. ”Kalau mancing, silakan saja. Tapi kalau setrum atau racun, itu membunuh semua ikan. Besar kecil mati semua,” ujarnya. 

Sementara itu Kepala Seksi Kemitraan Masyarakat PT Musirawas Citraharpindo Yoga Prasetyo mengatakan, abon haruan lahir dari program CSR di bidang pemberdayaan perempuan. Masyarakat diajak memanfaatkan potensi alam yang melimpah berupa ikan haruan untuk dijadikan makanan olahan dengan nilai ekonomi tinggi.    

”Perusahaan memberikan pelatihan produksi abon, pelatihan pengemasan, hingga membantu pemasarannya. Meski harga jualnya tergolong mahal, kenyataannya abon haruan tetap laku,” ujar Yoga.   

Pemasaran abon haruan tidak sebatas di Asam Baru, tapi telah merambah Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, dan Palangka Raya. Bahkan, ada warga Indonesia yang tinggal di Jerman iku memesan abon haruan ke Asam Baru.

Mengingat respon pasar bagus, pihaknya membantu TP PKK untuk mengurus izin produk industri rumah tangga (PIRT). Saat ini, Dinas Kesehatan Seruyan telah melakukan visitasi ke tempat produksi untuk melakukan pemeriksaan sarana dan lingkungan, pengambilan sampel untuk dilakukan uji laboratorium.

”Kami tinggal menunggu rekomendasi dan Nomor PIRT yang akan diterbitkan oleh dinas kesehatan. Setelah semua Sertifikat PIRT terbit, abon haruan bisa masuk ke pertokoan modern,” ujar Yoga.

Dalam membuat abon, terdapat bagian-bagian ikan haruan yang terbuang. Misalnya kepala, duri, dan kulit. Limbah ini bakal dimanfaatkan sebagai bahan baku krupuk. ”Kami sedang mempelajari pemanfaatan sisa bahan abon ini untuk dijadikan krupuk. Jika memang layak, nanti akan ditindaklanjuti dengan melaksanakan pelatihan,” kata Yoga. (yit)

 


BACA JUGA

Jumat, 04 September 2015 23:26

Banyak Pengacara Munculkan Tanda Tanya

<p><strong>SAMPIT &ndash; </strong>Menyiapkan lima pengacara untuk meladeni pihak…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers