NANGA BULIK- Pengurangan jatah BBM bersubsidi di Kabupaten Lamandau berdampak pada naiknya harga BBM di tingkat eceran. Hal ini tentu membuat banyak warga cukup resah, apalagi jelang Ramadan dan Lebaran, kenaikan BBM akan berdampak pada naiknya harga kebutuhan pokok.
"Kami biasanya mengandalkan beli BBM di eceran, karena ke pompa bensin dipenuhi pelangsir," keluh Sariman, salah satu warga.
Pantauan koran ini, harga premium di eceran rata-rata naik Rp 1000 per liter, dari Rp 9.000 menjadi Rp 10.000 per liter. Namun di pinggiran kota harganya mencapai Rp 11.000 per liter.
Sedangkan harga pertamax juga bervariasi. Ada yang masih menjual dengan harga tetap Rp 10.000 per liter, namun ada juga yang menjualnya Rp 11.000 per liter. Namun anehnya harga pertalite justru lebih murah daripada premium di tingkat eceran, di kisaran harga Rp 9.000-9.500 per liter.
Akibat kenaikan harga BBM di tingkat eceran dan sulitnya memperoleh BBM di SPBU, tidak sedikit warga yang mulai berhemat dengan menggunakan kapsul penghemat BBM. Kapsul mirip obat yang dimasukkan ke dalam tangki ini diklaim mampu menghemat 30-40 persen penggunaan BBM .
Terpisah salah satu karyawan SPBU Kujan mengakui jika sebulan terakhir pasokan BBM bersubsidi dari Pertamina memang berkurang hingga 50 persen.
"Premium biasanya 10 ribu liter per hari atau 25 tangki per bulan. Tapi sekarang cuma 10 tangki per bulan. Jadi sekitar 2-3 hari sekali baru datang premium. Sedangkan solar biasanya 25 tangki per bulan, sekarang juga turun jadi 18 tangki per bulan," bebernya.
Sedangkan pertalite dan pertamax belum ada pembatasan. Kedatangannya sesuai dengan pesanan atau kebutuhan. (mex/yit)