SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Jumat, 25 Mei 2018 16:58
Awalnya karena Menikah, Dapat Cobaan Sana-sini, Akhirnya Mengimani dengan Hati

Kisah Mereka yang Memilih Jadi Mualaf

PAKAI HATI: Bagi Eddy Nata, menjadi muslim bukan hanya ucapan, tapi harus dengan hati.(JOKO HARDYONO/RADAR SAMPIT)

NIATNYA masuk Islam awalnya hanya karena ingin menikah dengan sang istri yang beragama Islam. Namun, Eddy Nata akhirnya benar-benar menjadi Islam sejati.

JOKO HARDYONO, Pangkalan Bun

 Matahari tepat berada berada di atas ubun-ubun. Panasnya luar biasa. Eddy Nata melangkahkan kakinya ke Masjid Ar-Raudah. Dalam keadaan setengah sadar, hatinya tergerak menuju sumber air di samping masjid. 

Ketika membuka keran, air segar keluar dengan derasnya. Tangannya langsung mengadah dan membasuh muka. Tanpa aba-aba dan mengenal gerakan langkah-langkah wudhu, hati Eddy saat itu ingin suci. Membasuh semua kotoran dalam jiwa.

Usai berwudhu, selangkah demi selangkah kakinya masuk ke dalam masjid. Barisan saf pertama, tangan bersama jamaah yang lain dan tubuhnya mengikuti takbir dari imam masjid. Setelah salat, dia baru menyadari bahwa dirinya di dalam rumah Allah SWT.

”Akhirnya saya berucap kepada Allah dengan lafaz (nasrani, Red), bahwa saya ikhlas masuk Islam. Dari situ hati saya menjadi tenang. Setelah keluar dari Masjid, seakan-akan kaki saya tidak menginjak tanah. Sepertj terbang, saking bahagianya,” ujar Eddy Nata, saat dijumpai di kediamannya, Jalan A Yani, Pangkalan Bun.

Eddy menceritakan awal mula dia masuk Islam seutuhnya. Eddy Nata memiliki nama Islam Abdul Hadi. Pria kelahiran Banjarmasin 48 tahun silam itu merupakan keturunan Tionghoa. Dia putra  dari pasangan Ong Tian Shu dan Ong Sho Sim (Agnes Nata). 

Eddy duduk di bangku SD Bruder Banjarmasin sekitar tahun 1980-an. Saat itu dia masih menganut Konghucu. ”Setelah Khonghucu, kami masuk agama Kristen Pentakosta. Di satu sisi kami bersekolah di SD Bruder Katolik, akhirnya pindah ke agama Katolik hingga SMP,” ujar Eddy.

Saat menganut Khatolik, Eddy memiliki nama Baptis Kornedius. Di bangku SMA, dia bersekolah di SMA Katolik Bethany kemudian hijrah ke Kota Pangkalan Bun. Dia menikahi istrinya dan masuk Islam. Saat di KUA, Eddy mengucapkan dua kalimat syahadat untuk masuk Islam, namun hatinya menolak.

”Saya menikahi istri. Saya masuk agama Islam, tetapi saya tetap (pada kepercayaan) agama Katolik dan sudah ada komitmen dengan dengan istri,” tuturnya.

Sekitar Mei 2013, setelah menikah hampir delapan tahun, saat siang hari ia melangkahkan kakinya tanpa sadar menuju Masjid Ar-Raudah, Kelurahan Baru, Pangkalan Bun. Setelah mengambil air wudhu, tanpa mengetahui tata cara wudhu, usai wudhu masuk ke dalam Masjid tersebut.

”Saya tidak tahu bacaannya. Saya ikut salat berjamaah. Di pertengahan salat, saya terkejut. Waktu itu belum (benar-benar) masuk Islam. Saat itulah saya menyerahkan diri kepada Allah. Jadi, masuk Islam itu apa yang kita ucapkan dari lidah, kita imani, kita amini benarkan dengan hati kita,” ujarnya.

Pasalnya, lanjutnya, ada juga nonmuslim yang mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai syarat masuk Islam. Mereka mengucapkan, tetapi hatinya tidak membenarkan. Jika menjadi muslim sesungguhnya, mengucapkan kalimat tauhid dari mulutnya dan hatinya membenarkan, maka dia menjadi muslim.

”Saat itu saya ucapkan juga di KUA, karena niat saya mau menikah saja. Saya bilang sama istri, ucapkan nikah saja, setelah ijab kabul saya tetap agama Katolik dan ini kesepakatan kami yang tidak bisa diganggu gugat,” tuturnya.

Namun, akhirnya hidayah yang diperolehnya sangat luar biasa. Tanpa ada yang meminta, tanpa ada yang mengajari, dia mengikhlaskan dirinya memeluk Islam seutuhnya.

”Saya bersyukur diijabah Allah, diselamatkan Allah, karena harta didunia ini tidak sebanding dengan apa yang diberikan kepada saya, yaitu hidayah,” ucap Eddy.

Eddy terus belajar agama secara otodidak. Setiap mendengar suara adzan, dia bergegas menuju masjid, mengambil barisan paling pojok, kanan atau kiri. Sambil melirik jamaah di sebelahnya untuk belajar gerakan salat.

”Saya ikuti cara orang salat. Alhamdulillah, saya merasa senang, merasa damai,” katanya.

Setelah sepenuhnya menjadi muslim, sekitar satu minggu kemudian, Eddy mendatangi Pastor Gereja untuk memberitahu dirinya telah memeluk Islam. Keluarganya terkejut dengan keputusan itu. Apalagi adik-adiknya merupakan calon pendeta, yang kemudian mendatangkan enam pendeta, menanyakan alasannya masuk Islam.

”Setiap umat muslim, kalau tidak diuji bukan muslim, karena dunia ini sebagai ujian, bukan sebagai tempat kita berleha-leha. Dunia senda gurau, kesenangan yang menipu dan dunia penuh ujian sesuai firman Allah,” ujarnya.

Eddy mengaku banyak cobaan yang dia lalui. Salah satunya dibenturkan dengan PT Korintiga Hutani yang membuatnya dijebloskan ke penjara selama 1 tahun 6 bulan. Saat itu ia masih belum sepenuhnya Islam.

Menurutnya, umat muslim harus bergerak di dalam agama. Perbandingannya seperti ikan dalam sumur dan ikan di sungai. Sama-sama ikan, sama-sama dalam air, bentuknya pun sama. Namun, setelah dimasak dan dimakan, akan beda rasanya.

”Ikan di sumur yang tidak bergerak tadi akan lebih enak ikan di sungai karena dia bergerak. Begitu juga kita,” tuturnya.

Setelah menjalani agama Islam, dia mulai merasakan rahmatan lil alamin setelah melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Timbullah kasih sayang murni sebenarnya. Untuk itu, dia terus bergerak ke luar negeri, baik ke India, Pakistan, Brunai Darussalam dan Malaysia. Dia berkeliling berkaitan dengan agama, memberikan kesaksiannya sebagai mualaf.

”Islam ini kaya. Saya dibimbing dalam kehidupan saya dan saya menikah lagi sama istri saya agar menjadi muslim yang Kaffah sebagaimana Surat al-Baqarah: 208, ‘Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam (al-silm) secara keseluruhan (kafah), dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan’ itulah Islam yang benar tidak ada kekerasan tapi Islam tegas,” katanya.

Menurutnya, Islam merupakan harta yang tak ternilai. Apabila kita -betul meminta kepada Allah, akan dikabulkan semua, mulai rezeki, sampai menjaga anak dan istri.

”Saya mengingat dan bersyukur kepada Allah, hari demi hari, jam demi jam, detik demi detik saya mengingat Allah dan memohon supaya orang selalu mengingat Allah SWT. Saya beruntung menjadi muslim. Itu harta tak ternilai,” tandasnya. (***/ign)

 

 


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers