PANGKALAN BUN - Kriang Kriut, mungkin nama ini cukup asing di telinga kebanyakan warga Kotawaringin Barat (Kobar) saat ini. Namun bagi sebagian warga dari generasi tertentu, Kriang Kriut menjadi momen kilas balik gegap gempita perayaan warga yang sudah lama tidak hadir.
Kriang Kriut adalah istilah bagi warga Kobar untuk menyebut pelita atau obor. Beberapa warga juga menyebutnya dengan lampu canting. Budaya Kriang Kriut ini dahulu dilakukan sebagian warga Kobar untuk menyambut bulan suci Ramadan dengan cara menyalakan lampu canting yang ditempatkan di halaman rumah.
Kendati demikian, seiring perkembangan zaman, budaya ini semakin menghilang. Kini, upaya membangkitkan kembali budaya yang telah lama hilang ini dilakukan oleh warga. Budaya menyalakan lampu canting kali ini dikemas menjadi sebuah festival. Di mana masyarakat di sepanjang bantaran Sungai Arut. tepatnya di RT 1 – 11 Kelurahan Mendawai menyalakan lampu kriang kriut di depan rumah masing-masing.
Festival yang dilaksanakan mulai dari tanggal 6-10 Juni 2018 ini memperebutkan piala bergilir dan hadiah berupa uang pembinaan sejumlah Rp 1 juta untuk juara pertama, Rp 750 ribu untuk juara kedua dan Rp 500 ribu untuk juara ketiga. Pembukaan Festival dilakukan oleh Bupati Kobar dan ditandai dengan menyulut lampu canting, kemudian diserahkan kepada lurah Mendawai.
Bupati Kobar, Hj Nurhidayah mengapresiasi pelaksanaan kegiatan ini yang sekaligus berperan menyemarakkan kegiatan syiar Islam di bulan suci Ramadan. “Di bulan yang penuh berkah ini, kita juga mengangkat khasanah kekayaan budaya masyarakat kita yang sudah lama kita tinggalkan untuk dibangkitkan kembali,” ujarnya saat membuka festival Kriang Kriut, Rabu (6/6) malam.
Nurhidayah juga menyampaikan akan terus mensupport kegiatan-kegiatan inovatif di dalam menjaga kebudayaan, seperti yang dilaksanakan oleh masyarakat Kelurahan Mendawai ini. “Kita berharap kegiatan ini juga akan menjadi event rutin, dengan harapan ke depan kemasannya akan semakin lebih baik lagi,” tambahnya.
Nurhidayah berharap, di tahapan awal pelaksanaan kegiatan ini mungkin masih banyak kekurangan, namun ke depan Pemkab Kobar akan terus melakukan evaluasi sebagai upaya membenahi kegiatan ini.
Ia juga meyakini, program-progam khususnya di Kelurahan Mendawai seperti Kampung Sega Warna-Warni yang dikolaborasikan dengan event-event budaya seperti Festival Kriang Kriut ini, akan membawa pembangunan semakin lebih baik lagi terutama di bidang pariwisata. Pemkab Kobar sendiri telah menyusun program pengembangan Waterfront City yang tentu saja orientasinya ialah pengembangan pariwisata daerah.
”Dengan berbagai program pengembangan yang ada kita akan terus berbenah,” tandas Nurhidayah.(jok/gus)