SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN
Jumat, 13 Juli 2018 22:52
Harga Telur Melonjak Naik, Ada Apa Ini?
TELUR NAIK: Harga telur ayam ras di Kota Sampit mengalami kenaikan yang signifikan.(HENY/RADAR SAMPIT)

 

SAMPIT – Harga telur di pasar tradisional Kota Sampit naik. Penyebab lonjakan harga ini diduga karena harga pakan ayam mengalami kenaikan, sehingga peternak juga ikut menaikkan harga.

Sri, pedagang telur di Pasar Keramat Kota Sampit, mengatakan bahwa harga telur sudah mengalami kenaikan sejak satu pekan terakhir. Saat harga stabil, dia menjual ke konsumen dengan Rp 1.500 per butir. Sekarang, harga naik menjadi Rp 1.900 per butir.

“Saya saat ini menjual dengan harga Rp 1.900 per butir telur ukuran standar. Sedangkan per tabak (isi 30 biji) dijual Rp 54 ribu. Kalau per ikat sudah diharga Rp 300 ribu,” kata Sri, Kamis (12/7).

Mekipun harga mengalami kenaikan, namun tidak begitu berpengaruh terhadap omzet penjualan.

“Saya salut dengan warga Sampit ini. Mau telor itu naik, mau turun, tetap dibeli. Meskipun ada yang protes naik, tetap beli,” ujarnya.

Sri mengaku mengambil telur dari distributor di dua tempat berbeda, yakni telur asal Jawa dan telur asal Singkawang Kalbar. Meskipun harga telur di Singkawang lebih murah, tetapi kualitas tetap lebih bagus dari Jawa karena cangkang telurnya lebih tebal dan tidak gampang pecah.

”Kalau dari keawetannya lebih awet telur Surabaya,” ungkapnya.

Kenaikan harga telur disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya kenaikan harga bahan bakar, pakan ayam, dan stok telur dari peternak.

Sementara itu Risnawati, pedagang telur di Pasar Subuh Kota Sampit, mengatakan bahwa harga telur selama sepekan terakhir mencapai Rp 2.000 per butir. Sewaktu normal harganya Rp 1.700 per butir.

“Untuk harga per ikat (6 tabak/sak) saat ini dihargai Rp 325 ribu per ikat,” ujarnya.

Risna mengaku kenaikan harga telur sangat berpengaruh pada penjualannya. Jika pada harga stabil konsumen langgannanya membeli 20 tabak, sekarang membeli kurang dari separuhnya hanya membeli 10 tabak.

“Dikira kalau harga telur naik, untung kami juga naik? Enggak. Saya yang sakit menjualnya, karena perputaran penjualan berkurang. Biasanya orang beli 10 tabak jadi 5 tabak, mereka mengurangi pembelian,” ungkap Risna, Kamis (12/7).

Dalam satu hari dia biasa menjual 30 ikat, namun sekarang penjualan menurun hampir 50 persen. ”Biasanya 30 ikat lebih dalam sehari, ini sudah sampai lima hari ini, omzet penjualan turun, sebagian pembeli mengurangi belanjanya,” keluhnya.

Saat Radar Sampit menanyakan penyebabnya, dia menduga harga pakan ternak mengalami kenaikan. ”Yang saya tahu 1 sak harganya Rp 50 ribu, entah sekarang naik berapa lagi, dikalikan dengan jumlah ayam ternaknya. Selain itu kenaikan harga BBM juga berpengaruh pada pengiriman barang ke daerah-daerah, kalau harga bahan bakar naik, semua barang kebutuhan juga pasti mengalami kenaikan,” pungkasnya.

Mengutip pernyataan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, kenaikan harga telur disebabkan kenaikan harga pakan. Dampak dari kenaikan harga pakan tersebut membuat biaya produksi ternak tinggi sehingga para peternak telur ikut menaikkan harga. (rm-87/yit)

 


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 00:59

Kakek Cabuli Bocah TK

<p><strong>SAMPIT </strong>&ndash; Tua-tua keladi makin tua makin jadi, peribahasa…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers