Kabupaten Lamandau banjir buah-buahan lokal. Agar panen buah melimpah setiap tahun, masyarakat Dayak Tomun melakukan ritual manggara' buah. Buah dilempar ke semua rumah warga yang dilewati.
RIA M. ANGGRAENI, Nanga Bulik
Di sepanjang Jalan Batu Batanggui Nanga Bulik, berjajar pedagang buah. Ada durian, terontungan, pempa'an, kusi, kembayau, cempedak, manggis, mentawa, sedawak, kapul, rambutan, asam putar, rambai, dan ramania.
Di tahun-tahun sebelumnya, buah lokal ini jarang berbuah. Bahkan durian dan cempedak pun didatangkan dari Kalimantan Barat.
Mardi, pedagang buah lokal, mengatakan bahwa beberapa jenis buah sudah mulai langka dan sulit ditemukan lagi. Bagi warga pendatang, kehadiran buah-buahan lokal yang unik dan khas ini begitu menggoda untuk dicoba.
Agar banjir buah lokal seperti ini bisa terjadi setiap tahun, masyarakat Dayak Tomun melakukan ritual manggara' buah atau dalam bahasa Indonesia berarti melempar buah.
Pekan lalu, masyarakat Desa Nyalang, Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau, melaksanakan kegiatan manggara' buah. Di malam hari, puluhan warga tampak menggendong ranjung (keranjang dari rotan yang digendong) berisi berbagai jenis buah-buahan. Selanjutnya mereka menuju ke rumah adat dan melemparkan sebagian buah ke rumah adat.
"Tradisi ini biasa dilakukan setiap akhir musim buah- buahan (buah durian). Ritual manggara' buah atau mengantar buah bertujuan untuk menghilangkan sakit penyakit yang ditimbulkan oleh musim buah-buahan, dan juga bertujuan untuk berbagi dengan warga masyarakat yang tidak menyambut buah (mengumpulkan buah durian di Bukit)," beber Plt Kepala Dinas Pariwisata kabupaten Lamandau Frans Ependi.
Kegiatan manggara' ini dilakukan di malam hari. Zaman dahulu warga yang baru turun dari kebun atau hutan mencari buah durian, melemparkan buah-buahan yang dibawanya ke rumah rumah-rumah warga. Sehingga semua warga desa ikut merasakan makan buah-buahan.
"Kegiatan manggara' buah di Desa Nyalang dipusatkan di balai adat Desa Nyalang. Ritual adat yang dilaksanakan adalah manggara' melempar buah ke rumah adat yang dilakukan oleh sekelompok warga yang ceritanya baru pulang dari kegiatan mengumpulkan durian di hutan," tuturnya.
Warga yang melempar buah tersebut disambut oleh mantir adat dengan bakato adat (kata-kata adat). Dia menanyakan maksud kedatangan mereka. Baru kemudian rombongan yang membawa buah dipersilahkan masuk ke rumah adat, dilanjutkan dengan menyerahkan buah buahan yang dibawa tersebut untuk dimakan bersama atau dibagikan kepada warga. Lalu diakhiri dengan makan adat bersama.
Kegiatan ini sebenarnya sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan karena buah-buahan melimpah. Selain itu juga untuk menumbuhkan kembali semangat kebersamaan antar warga. Mereja juga percaya ritual ini dapat menghindarkan warga masyarakat dari bala atau penyakit akibat buah-buahan. Warga juga berharap tahun berikutnya kembali panen buah berlimpah.
Frans menilai, ritual manggara' buah di Desa Nyalang ini bisa dijadikan salah satu agenda wisata tahunan. Dia mengapresiasi Kades Nyalang yang mencoba mengangkat kembali tradisi manggara' buah yang sudah lama ditinggal. (mex/yit)