PANGKALAN BANTENG - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS membuat resah perajin tahu dan tempe di Pangkalan Banteng. Bahan baku kedelai impor diyakini yang mereka gunakan diprediksi akan semakin mahal. Imbasnya selain pada penurunan keuntungan juga akan berdampak pada kelanjutan usaha mereka.
Sani (49), seorang perajin tempe di desa Karang Mulya mengatakan, usaha tempe yang ditekuni keluarganya sudah dirintis sejak 1980 silam. Selama ini yang menjadi bahan baku utama menggunakan kedelai impor dari dari luar negeri.
”Kenikan sudah mulai terjadi setelah lebaran. Sebelumnya per sak kita beli Rp 350 ribu, kini harga dari pemasok sudah Rp 405 ribu,” ujarnya, Kamis (20/9)
Menurutnya ketergantuangan dengan kedelai impor sudah tidak dapat dihindari. Pasalnya pasokan kedelai lokal juga sangat terbatas, kemudian kualitas kedelai juga kalah dari kedelai produksi luar negeri.
”Semua perajin tempe termasuk saya sangat mengandalkan kedelai impor karena lebih mudah dibersihkan dan hasilnya lebih mengembang. Kedelai lokal susah didapat,” lanjutnya.
Tak hanya tempe, para produsen tahu juga terkena imbas. Bahkan mereka terpaksa haru mengurangi potensi keuntungan agar usaha mereka tetap berjalan dan tidak ditinggalkan para pelanggan.
“Sedikit mengurangi ukuran tahu, tapi harganya tetap. Keuntungan jelas menurun, tapi yang penting pelanggan tidak kabur,” kata Suparman, salah satu perajin tahu di Karang Mulya.
Ia menuturkan dengan menggunakan kedelai sebanyak 50 kilogram per sekali masak. Maka akan menghasilkan tahu sebanyak 3.300 potong dengan harga jual hanya Rp 2000 per 10 potong tahu. Dengan kondisi harga kedelai saat ini maka persekali masak keuntungannya sudah berkurang sekitar Rp 55 ribu.
“Dulu harga kedelai Rp 350 ribu keuntungannya masih lumayan lah, sekarang dengan harga Rp 405 ribu per karung, keuntungan kita berkurang sebesar kenaikan harga itu,” terangnya.
Tak jauh beda dengan Suparman, perajin tahu lainnya, Suharti mengaku juga merasakan penurunan keuntungan.
“Keuntungan menurun, dan kita masih belum tahu berapa harga kedelai terbaru yang akan dikirim. Saya masih punya sekitar empat kwintal untuk seminggu kedepan, harga setelah stok habis saya tidka berani jamin kalau akan tetap,” katanya.
Selain kenaikan harga bahan baku Suharti juga mengungkapkan bahwa bahan pendukung untuk memasarkan tahu juga ikut naik. Salah satunya plastik untuk mengemas tahu sebelum dijual ke pasar.
“Plastik kemasan untuk tahu juga sudah naik Rp 10 ribu perkilogram. Dan sama seperti kedelai, kita juga tidak tahu apakah bulan depan akan naik lagi atau turun,” pungkasnya. (sla)