SAMPIT – Batik sebagai warisan budaya bangsa. Terlebih lagi sejak 2 Oktober 2009, batik telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO. Karena itu pula setiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik.
Kemarin, banyak kalangan menggunakan pakaian batik. Misalnya saja mahasiswa STKIP Muhammadiyah Sampit, pegawai Bank Kalteng, dan sejumlah karyawan di berbagai institusi.
Ketika Radar Sampit mengunjungi Bank Mandiri untuk menyampaikan selamat ulang tahun ke-20, para pegawai bank milik BUMN itu juga mengenakan batik.
Semakin banyaknya pengguna batik di Sampit juga memicu geliat bisnis pakain batik. Desain khas Kotawaringin Timur pun mulai berkembang.
Salah satu pengusaha batik yaitu Galeri Batik Sampit yang dikelola oleh Beni senjak 2015, di Jalan RA Kartini Nomor 10. pendiri usaha ini adalah Edwardo Wk, Fitriani Wk Teteng, dan Ancah. Mereka juga mencetuskan desain batik Kotawaringin Timur.
Menurut penjelasan Beni, usaha batik berawal dari kegelisan tentang minimnya desain batik Kotawaringin Timur. Galeri Batik merancang dan mengajukkannya kepada Bupati Kotim Supian Hadi dan disetujui. Motif batik hasil karyanya adalah gayung birang, anggrek tewu, kembang karamunting, dan jelawat.
Produksi kain batik harus kerjasama dengan beberapa pabrik di Jawa. Sebab, Kalimantan Tengah belum ada pabriknya. Jadi proses desain di Sampit, sedangkan mencetaknya di Jawa.
Untuk pemasaran, tidak hanya di Kota Mentaya, tapi sampai luar daerah. Dirinya juga memperkenalkan batik khas Kotim ke pemerintahan dan sekolah-sekolah. Bahkan, sebagian sudah dipakai sebagai seragam. Ini sekaligus sebagai upaya mengenal batik sebagai budaya sekaligus identitas daerah Kotim. (rm-93/yit)
