SAMPIT – Potensi kabar bohong atau hoax diprediksi meningkat menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 mendatang. Perang urat syaraf di media sosial jadi salah satu penyebabnnya.
Kepala Dinas Kominfo Multazam mengatakan, hingga saat ini sudah terdapat sedikitnya ribuan status dalam sehari pada skala nasional yang bisa jadi mengarah pada ujaran kebencian akibat kritikan yang disampaikan dengan sarkasme (kasar).
”Penggunaan medsos dalam menyebarkan informasi tidak kali ini saja. Penggunaan medsos sangat strategis karena serba terbuka. Di mana saja dan kapan saja. Data terakhir yang saya terima, sudah ribuan sehari kritikan pedas. Saya prediksi bisa naik nanti mendekati pemilihan presiden (pilpres),” ujarnya, Selasa (9/10).
Medsos, kata Multazam, dapat diakses di mana-mana. Medsos dikuasai personal, bahkan dapat berkomunikasi dua arah. Dipastikan suhu politik di jejaring maya itu kian panas pada Pemilu 2019, lantaran semua yang akan berlaga di pilpres dan pemilu legislatif (pileg) pasti menggunakan medsos untuk aksi serupa.
Metode kampanye konvensional sudah mulai ditinggalkan. Keramaian hanya di arena dengan beragam atribut dan jargon-jargon. Namun, kata dia, diprediksi tidak akan mendongkrak suara.
”Medsos adalah sarana komunikasi ketika setiap individu saling memengaruhi. Kini, tim kampanye pasti juga didukung tim medsos yang andal,” tambahnya.
Karena sifatnya yang privat, Multazam melanjutkan, medsos tidak tepat melakukan mobilisasi. Kerja medsos memerlukan ketekunan dan kolektif segenap tim di belakang layar.
”Pemilu yang damai berawal dari keinginan semua pihak menciptakan suasana yang santun, mulai dari cara berkomunikasi yang santun melalui medsos. Sebab, teknologi itu memilili Artificial Intelligence yang cerdas, namun tak dapat memutuskan kehendak. Makanya harus hati-hati,” ungkap salah satu sarjana IT yang bekerja sebagai petugas engineering di salah satu hotel di Sampit, Yanuar.
Selain santun dan bijak, bermedsos juga perlu regulasi yang komprehensif. Akun medsos anonim atau digerakkan robot kian mencemaskan, karena justru melontarkan informasi yang meresahkan masyarakat. (ron/ign)