PALANGKA RAYA – Sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kota Palangka Raya dipenuhi antrean pembeli. Antrean terjadi sejak pemerintah resmi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sejak, Rabu (10/10). Pertamax dari Rp 9.500 menjadi Rp 10.600 perliter, Dexlite dari Rp 9.200 jadi Rp 10.700 perliter dan Pertamina Dex Rp 10.750 menjadi Rp 12.100.
Pantauan di lapangan, SPBU di Imam Bonjol terlihat antrean motor roda dua dan empat memajang. Fenomena itu terjadi, lantaran di eceran harga Pertamax Rp 12.000 hingga Rp 13.000 perliter. Dengan harga yang lebih “mencekik” itu warga pun terpaksa membeli di SPBU terdekat dan mengantre walaupun terik panas matahari dan menunggu lebih lama.
Kepada Radar Palangka, salah seorang warga Palangka Raya Adi mengatakan, terpaksa ikut mengantre lantaran harga pertamax di eceran langsung melambung tinggi. Awalnya harga Rp 10.000 – 11.00 ribu perliter, kini melonjak menjadi Rp 12-13 ribu.
”Tadi baru naik, harganya Rp 13 ribu perliter, makanya mending ikut antre di SPBU dengan harga Rp 10.600 perliter. Biar lama asal agak murah,” ujarnya.
Adi menyebutkan, dengan kenaikan ini dipastikan harga sembako dan harga-harga lain akan ikut naik dan melonjak. Padahal situasi saat ini sudah sulit, baik keuangan maupun hal lainnya. ”Semoga kenaikannya tidak terlalu melonjak dan saya harap walaupun naik tidak ada antrean panjang, apalagi sampai banyak pelangsir yang ikut antre,” ucapnya.
Hal senada disampaikan Wibowo. Secara pribadi tidak mempersoalkan kenaikan BBM tersebut, asalkan jangan ada antrean panjang dan banyak motor bertangki besar ikut antre. Dia pun berharap pemerintah dan pihak terkait benar-benar bisa mengawasi distribusi BBM hingga sampai ke masyarakat, bukan kepada segelintir oknum.
”Naik itu sudah keputusan pemerintah, kita mengikuti saja. Tetapi harapnya jangan sampai ada antrean panjang. Kasihan sudah waktu tersita, anggaran juga semakin terkuras,” pungkasnya. (daq/arj)