PRESTASI membanggakan kembali ditorehkan oleh jurnalis Radar Sampit, Slamet Harmoko. Wartawan yang bertugas di Kota Pangkalan Bun mendapat itu berhasil meraih juara harapan dalam lomba jurnalistik pendidikan keluarga 2018 kategori feature yang diselenggarakan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
=======
Penghargaan diserahkan dalam malam puncak Apresiasi Pendidikan Keluarga 2018 di Plaza Insan Berprestasi Kantor Kemendikbud, Jakarta, Kamis (25/10) malam. Artikel berjudul 'Mendidik Dengan Hati Tanpa Paksaan' meraih Juara Harapan setelah bersaing dengan 1.105 naskah yang berasal dari 26 provinsi.
Karya tersebut berisi tentang sekolah Alam Bina Insan Pangkalan Bun yang telah berhasil menerapkan pendidikan keluarga di sekolah dan melibatkan orangtua murid untuk bersama membangun pendidikan berkualitas bagi anak-anak mereka.
Selain penyerahan penghargaan untuk pemenang lomba jurnalistik, blog, dan film pendidikan keluarga, Kemdikbud juga menyerahkan penghargaan bagi sepuluh orang tua hebat. Mereka adalah orang tua yang dengan keterbatasannya, mampu mengantar anaknya menjadi sosok yang menginspirasi dan mendapatkan pendidikan tinggi. Serta penyerahan penghargaan sekolah terbaik yang telah menerapkan pendidikan keluarga. Ada sekitar 21 sekolah dari berbagai jenjang yang mendapat penghargaan bergengsi itu.
Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Sukiman menyatakan, keluarga adalah sekolah pertama. Orang tua adalah guru utama. Sekolah dan lembaga pendidikan lain hanya pembantu untuk mempercepat proses pendidikan. Orang tua diharapkan dapat bekerjasama dan mendukung agar anak mampu tumbuh serta berkembang dengan baik termasuk mendapatkan pendidikan terbaik.
"Keterlibatan keluarga di satuan pendidikan akan mendukung terwujudnya ekosistem pendidikan yang kondusif bagi tumbuh kembang anak. Banyak studi mengungkapkan bahwa anak-anak dari keluarga yang terlibat aktif dalam pendidikan mereka baik di rumah maupun sekolah, memiliki kecenderungan berperilaku positif dan mempunyai prestasi yang lebih baik," kata Sukiman di kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Kamis (25/10) malam.
Sukiman menambahkan, keberadaan Direktur Pembinaan Keluarga dalam rangka meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku dari orang tua. Khususnya dalam menjamin anak mereka untuk mendapatkan pendidikan. Baik formal maupun non formal.
Sementara itu Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan Dikmas) Kemendikbud Haris Iskandar mengungkapkan, perlu ada pengetahuan yang tepat dan benar dalam pola pendidikan anak. Bagaimana cara mendisiplinkan anak, tanpa kekerasaan.
"Dengan dalih untuk mendisiplinkan anak, masih ditemukan kekerasan, dan itu tidak baik untuk perkembangan mereka. Padahal ada cara yang tepat untuk mendisiplinkan anak. Dan itu harus terus disampaikan kepada masyarakat," ujarnya.
Sementara itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhajir Effendi mengatakan, tugas seorang ibu dalam pola asuh anak saat ini sangat berat. Kesalahan dalam pola asuh dapat menimbulkan risiko yang berat, selain itu ongkos yang akan ditanggung juga berat.
"Apalagi di tengah perkembangan teknologi informasi saat ini. Komunikasi antara anak dengan keluarga terus berkurang," ujar Mendikbud.
Ditambah lagi perhatian kepada anak makin berkurang akibat kesibukan orang tua akibat pekerjaan atau urusan lain. Ini membuat anak kehilangan figur orang tua, terutama sosok seorang ayah. Di sinilah pentingnya peran ibu karena dalam pola asuh anak.
Mendikbud menuturkan, keluarga merupakan salah satu dari tri pusat pendidikan, selain masyarakat dan sekolah. Ketiganya harus saling membantu, terhubung, dan saling mendukung serta bergandengan tangan untuk mencapai keberhasilan pendidikan anak.
Setiap keluarga memiliki cara pengasuhan yang berbeda-beda untuk membuat anak mereka berhasil. "Ini dapat kita lihat dari keberhasilan orang tua hebat. Mereka memiliki cara masing-masing agar anaknya berhasil. Tidak ada pola asuh yang sama," ungkapnya.
Saat ini Kemendikbud sedang menggerakkan literasi keluarga, dimana anak dibiasakan untuk membaca sejak dini. Dalam kesempatan tersebut juga ada testimoni dari salah satu orang tua hebat. Saweri (66) seorang tukang becak dari Cilegon Banten yang berhasil mengantarkan anaknya kuliah hingga jenjang S2 di ITB. (sla/yit)