SUASANA panas dan sengit rapat dengar pendapat (RDP) yang membahas masalah distribusi BBM subsidi di Kabupaten Kotawaringin Timur, berubah menjadi keprihatinan dan duka. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kotim Jakatan, meninggal dunia secara mendadak. Serangan jantung merenggut nyawa pria berusia 58 tahun itu.

Tak ada tanda apa pun yang diperlihatkan Jakatan sejak dia mengikuti RDP yang dimulai sejak pukul 14.30 tersebut. Dia terlihat bersemangat mengikuti rapat tersebut. Pria yang selama ini dikenal dekat dengan para petani itu, berniat menyampaikan keluhan para petani yang kesulitan mendapatkan BBM subsidi. Dia mencoba ikut mencari solusinya.

Jakatan mendapat giliran terakhir memberi paparan. Saat itu dia mengatakan, ada terobosan baru dengan memanfaatkan BBM subsidi untuk petani yang dijatah pemerintah melalui Pertamina.

Dia mengajak DPRD Kotim belajar langsung ke Pertamina di Balikpapan, Kalimantan  Timur. Studi banding itu untuk mencari cara agar jatah BBM subsidi jenis solar untuk petani di Kotim bertambah. Di tengah semangatnya itu, Jakatan mendadak terdiam.

Hanya terdengar embusan napasnya melalui mikrofon. Tangan kanannya bergetar. Perlahan dia melepas mikrofon yang digenggamnya. Kepalanya kemudian pelan-pelan tertunduk di atas meja.

Peserta rapat panik melihat gelagat aneh Jakatan. ”Pak! Pak! Kenapa pak?” kata salah seorang anggota dewan.

Sejumlah peserta RDP langsung mengerumuni Jakatan. Kepala pria itu lalu disandarkan ke kursi. ”Beliau ini sepertinya kelelahan,” seseorang di tengah kerumunan itu.

”Coba berikan saja air minum,” sahut yang lainnya.

”Jangan diberi air putih di saat seperti ini,” kata seorang lagi.

Ketua Komisi III  Rimbun dan  Alexius Esliter, sempat berupaya memompa jantung Jakatan. ”Saya sudah berupaya memberikan pertolongan pertama dengan menekan dadanya. Sempat bernapas,” kata Alex.

Kondisi Jakatan ternyata terus memburuk. Wajahnya terlihat membiru dan pucat. Pria yang tercatat sudah mengabdi pada negara selama 30,8 tahun ini kemudian dibawa ke RSUD dr Murjani Sampit. Tubuh Jakatan yang gempal digendong Rimbun.

Saat di rumah sakit, dokter menyatakan Jakatan telah meninggal dunia. Pria yang akrab dengan kalangan wartawan ini mengalami serangan jantung sekitar pukul 16.43 WIB.

”Dia  kena serangan jantung. Meninggalnya saat dibawa menuju RSUD,” kata Akhya, dokter  yang menangani Jakatan.

Akhya menuturkan, pihaknya sudah berupaya  maksimal memberi pertolongan secara medis. Namun, yang bersangkutan tidak bisa ditolong lagi.

”Ini serangan jantung. Pembuluh darah terhenti dan ini sering terjadi. Ada banyak faktor penyebab. Bisa saja karena kelelahan. Apalagi yang bersangkutan tadi tengah bekerja. Saat paparan juga secara emosional memang bisa saja terjadi," ujarnya.

Kabar berpulangnya Jakatan langsung menyebar. Suasana RSUD dr Murjani Sampit dikerumuni pejabat yang datang silih berganti. Mulai dari Kapolres Kotim AKBP M Rommel bersama jajaran Polres Kotim. Hadir juga Ketua DPRD Kotim Jhon Krisli dan anggota, serta sejumlah pejabat eksekutif.

Istri almarhum yang juga ASN di Kesbangpol Kotim, Hosiana, sempat histeris melihat kondisi suaminya yang saat itu mendapat pertolongan dengan alat pemacu jantung. Jhon Krisli  langsung berusaha menenangkannya.

”Ibu tenang saja.  Kita berdoa semoga tidak ada apa-apa. Ibu pulang saja dulu,” kata Jhon sambil membujuknya hingga akhirnya bersedia pulang.

Saat itu dia tidak mengetahui suaminya telah berpulang. Rencananya, jenazah pejabat senior di lingkungan Pemkab Kotim itu akan dibawa ke Palangka Raya untuk dimakamkan. Jakatan meninggalkan seorang istri dan tiga anak. (ang/hgn/dc/ign)