PANGKALAN LADA - Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (Perindagkop UKM) Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) menggelar pendidikan dan pelatihan (diklat) kerajinan pemanfaatan limbah kayu bagi masyarakat Desa Pandu Senjaya.
Diklat itu dilakukan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pelaku IKM kerajinan limbah kayu di desa eks Transmigrasi itu. Pemberian materi diklat kepada peserta berlangsung di dua tempat berbeda, untuk teori dilaksanakan di Aula Kantor Desa Pandu Sanjaya, sedangkan praktik pembuatan kerajinan limbah kayu dan mebel di workshop IKM kerajinan kayu ulin milik Subakir.
Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (Perindagkop UKM) Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) Wahju Widiastuti mengatakan, dengan mengikuti diklat itu para peserta mendapat pengalaman baru. Pelaku IKM kerajinan limbah kayu mendapat diberikan wawasan dan keterampilan dalam mengolah limbah kayu menjadi kerajinan yang memiliki desain menarik dan mempunyai build quality (kualitas barang) yang baik dengan harapan mampu mendongkrak nilai jual produk kerajinan tersebut.
"Dengan desain menarik dan build quality yang bagus, nantinya produk kerajinan limbah kayu ini akan memiliki daya saing dan tentu saja akan berimbas pada peningkatan nilai ekonomi,” ujar Wahju.
Wahju juga menyebut bahwa industri kerajinan saat ini yang terus berkembang di Desa Pandu Senjaya diantaranya industri kerajinan dari kayu dan industri mebel. Untuk menghasilkan produk kerajinan dan mebel yang berkualitas, pelaku IKM tersebut harus memiliki kompetensi dan keahlian yang mumpuni di bidangnya.
“Selanjutnya desain dari produk kerajinan kayu dan mebel bisa lebih berkembang, dengan merangsang kreatifitas dan inovasi produk dari pengrajin," ucap Wahju.
Diklat yang berlangsung selama selama dua hari tersebut, dimulai Rabu (31/10) hingga Kamis (1/11) lalu itu diikuti oleh 20 pelaku IKM kerajinan limbah kayu dan mebel di Desa Pandu Sanjaya.
“Kita datangkan praktisi kerajinan dari Kemenperin RI, Supardi dan peneliti dari Balai Kerajinan dan Batik Kemenperin RI Yogyakarta, Edi Eskak,” terangnya. (sla)