SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Senin, 10 Desember 2018 10:26
Dewan Kecam Kampanye Negatif Sawit
HARGA RENDAH: Petani sedang mengecek buah kelapa sawit sebelum memanennya.(dok.RADAR SAMPIT)

SAMPIT - Anggota Komisi I DPRD Kotim Ary Dewar mengakui  lemahnya harga komoditas kelapa sawit membuat petani sengsara. Dia juga mengutuk ulah aktivis lingkungan yang membuat harga CPO rusak di pasaran dunia internasional. 

”Kalau begini yang jadi korban itu adalah ribuan hingga jutaan masyarakat yang bergantung di sektor kelapa sawit. Ini menambah kesengsaraan baru bagi  petani sawit,” kata Ary Dewar yang juga ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kotim.   

Ary menjelaskan, situasi ekonomi global yang sedang lesu, telah berdampak langsung terhadap menurunnya permintaan pasar komoditas, termasuk minyak sawit. Situasi tersebut diperparah dengan munculnya kampanye Greenpeace, yang menyerang komoditas minyak sawit.

Sebagai produsen terbesar minyak sawit global, Indonesia memiliki peran penting dalam menyuplai kebutuhan minyak sawit di pasar internasional. Terlebih suplai minyak sawit global sebanyak 60 persen berasal dari perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di Indonesia. 

Lantas tercatat lebih dari 20 juta rakyat Indonesia, bergantung hidupnya kepada minyak sawit, yang berhasil di produksi melalui budidaya terbaik dan berkelanjutan. Minyak sawit juga sebagai satu-satunya minyak nabati dunia, yang berhasil di budidaya secara berkelanjutan, sehingga menjadi produk terbarukan. 

“Ada sekitar 6.000 petani sawit di Kotim yang merasakan hal ini, bayangkan dari  6.000 ini menghidupi minimal 4 orang, jadi ada 24 ribu petani yang sakit,”  tegasnya.

Dia menyebutkan, tidak hanya petani yang memiliki ketergentungan dengan kelapa sawit, tetapi juga pengusaha dan negara.  “Sawit ini juga memberikan sumbangan besar kepada negara baik itu pendapatan pajak hingga devisa,” tegasnya.

Ary juga mengingatkan perusahaan perkebunan sawit untuk bisa menampung buah sawit milik masyarakat. Pemerintah daerah pun perlu turun tangan untuk mengintervensi pabrik sawit agar membantu petani.

“Pemerintah jangan tutup mata dengan penderitaan petani sawit. Jangan hanya mengurus proyek multiyears, lupa dengan ekonomi masyarakat yang parah,” tegasnya

Harga tandan buah sawit itu anjlok menyentuh angka Rp 400  per kilogram di tingkat petani. Ini membuat semuanya jadi korban. (ang/yit)

 


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers