NANGA BULIK –Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lamandau kembali melakukan pengecekan lokasi banjir dan mitigasi bencana.
Sebelumnya, banjir melanda Desa Mekar Mulya Kecamatan Sematu Jaya, kini giliran Desa Batu Ampar Kecamatan Menthobi Raya yang terdampak.
Kepala BPBD Lamandau Tiryan Kuderon mengatakan bahwa setidaknya ada dua titik yang terendam banjir.
"Titik pertama adalah jalan desa penghubung Desa Batu Ampar dengan Desa Melata, dan titik kedua adalah jalan dalam desa. Banjir membuat kedua titik ruas jalan ini rusak parah sehingga sulit dilalui," terangnya.
Penyebab banjir karena hujan turun hampir setiap hari sejak tanggal 3 Desember lalu, dengan intensitas sedang hingga deras.
Akibatnya muncul genangan air yang merendam jalan menuju Desa Batu Ampar, ditambah adanya luapan air dari bagian hulu (Desa Lubuk Hiju), sehingga menambah tingginya debit air.
"Jalan sempat tidak bisa dilalui karena jalan yang terendam panjangnya sekitar 500 meter, dengan kedalaman pada saat pertama air naik berkisar 100 cm," tuturnya.
Sedangkan titik yang kedua panjang yang terendam sekutar 150 meter dengan ketinggian air 100 cm. Dan, kondisi badan jalan sebagian juga tergerus air, sehingga masih belum bisa dilewati kendaraan.
"Kejadiannya sudah sejak tiga hari yang lalu, posisi air pada saat cek banjir dan mitigasi air sudah mulai berangsur surut (turun)," tuturnya.
Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, rumah penduduk dan fasilitas umum tidak ada yang terdampak (terendam) akibat banjir.
Karena jalan penghubung desa masih tergenang dan tidak dapat dilalui, masyarakat Desa Batu Ampar menggunakan jalur alternatif, akses melewati jalan perkebunan PT. Korintiga Hutani dengan waktu tempuh sekitar dua jam.
"Kami telah menyampaikan imbauan melalui Sekdes Batu Ampar terkait potensi banjir susulan, karena diprediksi hujan masih akan terus turun sehingga masyarakat diharapkan tetap waspada," imbaunya.
Sementara itu, terkait banjir di Desa Mekar Mulya, jalan yang longsor, gorong-gorong yang rusak telah dipasang tali tanda bahaya. BPBD melalui Kabid Kedaruratan dan Logistik telah menyerahkan bantuan paket sembako dan peralatan dapur kepada dua warga yang terdampak yakni Sugiono dan Saino.
Diakuinya, saat ini Kabupaten Lamandau belum memiliki peta rawan bencana yang resmi. Pada rancangan APBD 2019, menurutnya sudah diusulkan berupa kegiatan kajian risiko bencana, namun terbatasnya keuangan daerah masih ditunda.
"Kendala dalam menyusun program dan kegiatan penangangan bencana yang sesuai kebutuhan jenis bencana di kawasan desa dan kecamatan belum optimal untuk jangka menengah dan panjang. Solusinya, BPBD masih menyusun secara manual berdasarkan kejadian yang ada," ungkapnya.
Kedepan jika telah tersusun peta tersebut, maka akan menjadi dasar pemanfaatan tata ruang wilayah kabupaten dan revisi rencana tata ruang RTRWK dan diintegrasikan ke dalam perencanaan pembangunan daerah.
Sehingga, kata Tiryan Kuderon, daerah yang rawan bencana direkomendasikan (dilarang) untuk dibangun infrastruktur jalan, kesehatan, pendidikan, pemukiman, fasilitas sosial maupun fasilitas umum lainnya.
“Jadi setiap orang, masyarakat, maupun pemerintah harus taat dan tunduk pada larangan tersebut, untuk memininalisir kerugian saat terjadi bencana," tandasnya. (mex/fm)