KUALA KURUN – Sebagai rasa syukur dalam memperingati hari kelahiran juru selamat sang raja damai Yesus Kristus, dilaksanakan parade Natal Kuala Kurun tahun 2018. Ini merupakan agenda rutin setiap tahun oleh perwakilan majelis Sinode Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) Kabupaten Gunung Mas (Gumas).
”Melalui parade Natal ini, bisa menjadi momentum bagi umat kristiani untuk terus meningkatkan iman mereka dalam menyambut kelahiran Yesus Kristus,” ucap Wakil Bupati yang juga Ketua Perwakilan Sinode wilayah Kabupaten Gumas Rony Karlos di Taman Kota Kuala Kurun, Selasa (11/12) sore.
Dalam parade Natal tersebut, kata dia, jangan hanya dijadikan sebagai acara seremonial saja, namun umat kristiani harus bisa memaknainya dengan melakukan kebaikan-kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.
”Intinya kita meminta kepada seluruh umat kristiani agar selalu berteguh dalam imannya, dan melakukan kebaikan dalam kehidupan mereka,” tuturnya.
Dia pun mengakui, masyarakat baik itu anak-anak, pemuda, remaja bahkan usia dewasa sudah jauh-jauh hari menunggu pelaksanaan kegiatan tersebut. Ini terlihat dengan antusias mereka untuk ikut ambil bagian dalam parade Natal ini.
”Sebenarnya kita berkeinginan parade Natal tersebut dilaksanakan pada awal Bulan Desember, namun karena kesibukan dan pertimbangan anak-anak sekolah yang melaksanakan ujian semester, sehingga terpaksa ditunda dan baru digelar pada hari ini,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Kaperdo mengatakan, parade Natal 2018 mengambil tema ”kebangsaan”. Hal tersebut merupakan konsep yang ingin menunjukkan bahwa Kabupaten Gumas selalu bisa bersatu tanpa memandang adanya perbedaan suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).
”Parade Natal ini kita kemas dalam bentuk karnaval, sebagai ajang unjuk kreativitas Jemaat Gereja dan mempersatukan umat kristiani dalam menyambut suka cita Natal 2018,” terangnya.
Dia mengakui, parade Natal tersebut diikuti oleh dua kategori yakni anak-anak TK dan SD, serta remaja, pemuda, dan usia dewasa dari seluruh gereja. Nantinya mereka akan dinilai oleh dewan juri dari kalangan pemerintah, aktivis gereja dan tokoh pemuda.
”Dalam proses penilaiannya nanti, akan kami tekankan sesuai dengan tema, yakni menggunakan baju adat, kreativitas, dan kerapian di dalam barisan,” pungkasnya. (arm)