PANGKALAN BUN - Rahmad Hidayat bayi yang lahir tanpa tempurung kepala akhirnya meninggal dunia, Kamis (24/1) dini hari. Selama ini bayi malang tersebut mampu bertahan hingga hari ke-16 setelah mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Sultan Imanuddin (RSSI) Pangkalan Bun.
Direktur RSSI Pangkalan Bun dr Fachrudin membenarkan meninggalnya bayi yang lahir tanpa tempurung kepala itu. Warga Jalan Gusti Abdullah, RT 3, Kelurahan Raja Seberang, Kecamatan Arut Selatan langsung dimakamkan hari itu juga.
“Betul, meninggalnya kurang lebih sekitar pukul 01.00 WIB dini hari,” kata Fachrudin.
Sejak pertama mendapat perawatan intensif di RSSI Pangkalan Bun, kondisi kesehatan bayi malang itu cukup stabil. Namun dalam beberapa hari terakhir, ada banyak gangguan kesehatan dari bayi tersebut. Pihak perawat dan dokter juga sudah berusaha untuk memberikan hal terbaik.
“Untuk penyebabnya sendiri ada komplikasi. Mulai dari lahir tidak ada tempurung kepala yang menyebabkan terjadinya risiko beberapa penyakit. Kemudian pada Rabu (23/1) malam bayi tersebut sempat kejang-kejang akibat demam dan gangguan pernapasan hingga nyawanya tidak dapat tertolong,” terangnya.
Fachrudin menjelaskan bahwa berdasarkan sejumlah kasus di Indonesia bayi dengan kelaian bawaan lahir seperti itu tidak bisa bertahan lama.
“Sebab kepala itu organ vital yang didalamnya ada otak. Jika tanpa pelindung maka akan rentan dengan masuknya bakteri atau virus. Jadi kemungkinan hidup itu sangat kecil,” bebernya.
Selanjutnya bayi yang saat ini baru berumur 18 hari tersebut langsung dibawa pulang oleh pihak keluarga dan selanjutnya dilakukan pemakaman di TPU Kelurahan Sidorejo.
Sri Wahyuni, ibu almarhum Rahmad Hidayat mengatakan bahwa anak ketiganya ini sejak lahir memang beda dengan bayi pada umumnya. Bayinya sudah dirawat di RSSI Pangkalan Bun selama 16 hari.
“Bayi kami saat lahir tanpa tempurung kepala. Maka itu harus dirawat di rumah sakit. Awalnya kondisinya stabil saja. Tapi dokter sudah memberi tahu bahwa harapan hidupnya kecil. Maka kami hanya bisa berdoa dan pasrah dengan keadaan bayi kami,” katanya.
Dirinya juga berterimakasih kepada banyak pihak yang telah membantu keluarganya. Mulai dari Pemerintah yang menjamin seluruh biaya pengobatan di rumah sakit, kemudian dari dokter dan perawat hingga para relawan yang telah membantu keluarganya.
“Kami hanya bisa berdoa, semoga semua yang membantu keluarga kami mendapat barokah. Serta dilimpahkan banyak rejekinya,” pungkasnya. (rin/sla)