PANGKALAN BUN - Fogging atau pengasapan dianggap belum efektif memberantas nyamuk Aedes Aigypti, penyebab penyakit mematikan demam berdarah dengue. Pasalnya pengasapan hanya akan membunuh nyamuk dewasa, sedangkan telur dna jentik nyamuk tetap akan hidup dan berkembang.
”Fogging harus disertai dengan kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan. Dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) ini penting untuk memutus siklus hidup nyamuk Aedes Aigypti. Dan juga dengan menaburkan abate di tempat penampungan air,” kata Jamin Ginting, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan Kotawaringin Barat, Jumat (22/2).
Menurutnya, jumlah kasus DBD di wilayah Kotawaringin Barat tahun 2019 ini sudah cukup banyak, dan dikhawatirkan bisa meningkat. “Berdasarkan data tahun 2019, pada awal Januari sudah ada 35 kasus DBD dan satu kematian di Kecamatan Arut Utara, dari Kelurahan Pangkut,” katanya.
Terkait hal itu Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kobar, Samsudin mengatakan bahwa sebenarnya selain upaya pengobatan atau pemberantasan setelah terjadi temuan DBD akan sangat terbantu jika masyarakat fokus pada perilaku hidup sehat. Menurutnya perilaku hidup sehat ini khususnya berbasis keluarga, faktor risiko penyakit menular maupun penyakit tidak menular itu bisa diatasi mulai dari komunitas mikro yakni keluarga. Kita harus mulai menjadikan keluarga sebagai laboratorium mini untuk merubah tatanan hidup sehat.
”Misalnya menjadikan rumah bebas jentik, semua keluarga melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari, mengkomsumsi buah dan sayur setiap hari dan melakukan cek kesehatan setiap bulan sekali. Menyediakan air minum serta sanitasi sehat, dengan demikian keluarga menjadi benteng pertahanan untuk menjaga kesehatannya,” katanya.
Kemudian dalam skala kelompok masyarakat pada setiap RT memiliki agenda GERMAS secara berkala untuk mewujudkan RT Sehat. Secara terstruktur menuju Desa/Kelurahan Sehat dan akhirnya bermuara pada Kecamatan Sehat sebagai cikal bakal Gerakan Kota/Kabupaten sehat.
”Inilah kebutuhan fundamental yang harus ditata agar pembangunan kesehatan berkelanjutan bisa bergerak dari grass root (akar rumput),” tandas Samsudin.(sla/gus)