SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Rabu, 27 Februari 2019 15:50
Berjuang Keras Belajar Bahasa Mandarin, Akhirnya Sering Tampil di Televisi

Pengalaman Warga Kotim Menimba Ilmu di Negeri Tirai Bambu

PEJUANG: Irul yang kini sukses setelah berhasil beradaptasi di China untuk menempuh pendidikan.(IST/RADAR SAMPIT)

Adagium lama tuntutlah ilmu sampai ke China, tak hanya jadi pepatah semata. Setidaknya hal itu berlaku bagi Irul, warga Kecamatan Parenggean, Kabupaten Kotawaringin Timur yang kini menempuh pendidikan di Negeri Tirai Bambu itu.

HENY, Sampit

Mengejar pendidikan di negeri orang menjadi tantangan tersendiri. Selain harus mengusai bahasa asing, belajar bertahan hidup, juga harus menyesuaikan diri dengan budaya negara tersebut.

Dengan modal nekat dan beasiswa gratis yang diperolehnya dari Yayasan Indonesia Tionghoa Culture Center (ITCC) yang didirikan Dahlan Iskan sejak tahun 2001, Irul dengan mantap merantau ke China.

Pemuda itu bukan dari golongan orang kaya. Orang tuanya bekerja sebagai pedagang kain. Namun, dia memiliki tekad kuat dan semangat yang tinggi untuk mengejar pendidikan.

Warga asal Kecamatan Parenggean, Kabupaten Kotawaringin Timur itu merupakan lulusan SMA Pondok Darul Hijrah Martapura  tahun 2012. Pada 2015, dia berangkat menuju China.

Selama mengenyam pendidikan di negeri itu, dia menjalani pahit manisnya hidup dengan ikhlas untuk menuntut ilmu. Meskipun awalnya kesusahan menyesuaikan diri dengan budaya China, dia juga masih kesulitan memahami bahasa karena banyak kosokata yang belum dipahami.

”Awalnya di negeri orang saya merasa kesusahan dengan bahasa yang belum pernah didengar atau diucapkan sebelumnya. Tetapi, dengan keyakinan kuat dan motivasi, akhirnya sedikit demi sedikit bahasa itu mulai mengalir,” tutur Irul.

Masih terngiang dalam ingatannya bagaimana dia berusaha dan belajar ekstra dengan cara yang disebutnya”tidak ada kata istirahat”. Bahkan, mungkin banyak yang menyangka dia termasuk ”anak gila”. Akan tetapi, demi  sebuah impian yang harus  dicapai, Irul tak pernah lelah belajar. Saat ini, kurang dari 180 hari lagi dia genap tiga tahun menimba ilmu di Nanjing, China.

Irul berusaha disiplin untuk bisa menguasai bahasa di tempatnya menempuh pendidikan. Meskipun kelas baru dimulai pukul 08.00, setengah jam sebelum kelas dimulai, dia sudah siap belajar. Hingga waktu pulang istirahat, dia belum beranjak pulang. Menurutnya, waktu istirahat harus dimaksimalkan sebaik-baiknya untuk belajar dan menghafal kosakata.

Irul sudah mempersiapkan diri dengan bekal makanan. Sampai matahari terbenam, Irul belajar sendiri. Usai membersihkan diri, salat, dan makan. Dia lalu lanjut belajar menuju bersama kakak kelasnya sampai tengah malam.

”Dengan penuh perjuangan, begitulah keseharian saya selama satu tahun di tahun 2016 sampai 2017. Kadang saya mengetes kelihaian bahasa di kelas dengan banyak ngomong ke teman-teman dan guru. Kadang dimarahi karena sering salah grammar,” ujar Irul sambil terkekeh.

Meskipun salah grammar, tak membuatnya putus asa. Justru itulah yang membuatnya mengetahui letak kesalahan dan bertekad tak mengulangi lagi.

Upayanya tak hanya sampai di situ. Irul mendesain kamarnya menjadi area bahasa Cina. Mulai dari lagu hingga menonton film, semua berbahasa Cina. Dia juga terus melatih bahasanya berbincang dengan orang Cina di kelasnya, di kereta, hingga di pasar.

Kerja kerasnya menuai hasil memuaskan. Dia menuai banyak prestasi hingga ditawari syuting di televisi.

Tahun kedua tinggal di China merupakan awal pembuktian Irul. Dia dipilih menjadi pengajar anak SD, menmgikuti lomba dengan peserta sekitar 20 mahasiswa dari berbagai negara hingga akhirnya menjadi peserta tergiat. Dia juga kerap tampil di layar kaca, seperti Nanjing TV, Jiangsu TV, hingga Jiangning TV dengan berbagai macam tema.

”Perjuangan belajar dengan tekun benar-benar membuahkan hasil. Saat tampil di layar kaca, senangnya bukan kepalang. Perjuangan akan tiba saatnya melahirkan sebuah kesenangan,” ujarnya dengan penuh kebanggaan.

Di tahun ketiga, Irul mulai dikenal sebagai seniman oleh teman-temannya, karena karya puisi dan lagu-lagu bahasa Mandarin. ”Pada tahun ketiga, saya menjadi seorang translator di Kota Yiwu untuk menemani importir sekitar 20 orang untuk membeli barang di sana,” ujarnya. Irul pun memanfaatkan kesempatan itu untuk menjembatani impor barang ke Indonesia.

”Saya bisa walau sebenarnya masih banyak yang lebih bisa. Perjuangan masih panjang dan semoga saya menjadi orang yang berguna bagi keluarga, bangsa, dan negara. Semoga pengalaman saya bisa menjadi inspirasi bagi semua. Buatlah perjuanganmu menjadi kebahagiaanmu di masa datang,” tandasnya. (***/ign)


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers