KUMAI – Bekas galian tambang di Desa Sungai Kapitan, Kecamatan Kumai memakan korban. Muhammad Auval Mahrom (10), warga RT 03 ini tewas tenggelam di danau bekas galian tanah uruk itu. Bocah nahas itu ditemukan tewas oleh Abdul Adim, orang tuanya pada Kamis (7/3) sekitar pukul 09.30 WIB.
Kapolsek Kumai AKP Agus Priyo mengatakan bahwa korban tenggelam diduga akibat tak bisa berenang di danau bekas galian yang cukup dalam itu. Saat itu korban berenang bersama teman-temannya setelah bermain-main di kawasan Bundaran Monyet.
"Posisi danau itu di bawah, dan mereka berenang sambil lompat dari atas. Kemudian setelah beberapa saat teman-temannya tidak melihatnya lagi. Mereka mengira korban ini sembunyi di hutan," ungkapnya.
Namun setelah teman-temannya pulang dan menanyakan korban ke orangtuanya mereka baru menyadari bahwa bocah malang iti belum berada di rumah.
"Karena merasa anaknya belum pulang kemudian orang tua korban mendatangi TKP dan menyelaminya. Setelah beberapa saat korban ditemukan di dasar danau dalam keadaan lemas dan sudah meninggal," terangnya.
Mendapati kondisi anaknya itu, Abdul Adim membawanya ke Puskesmas Kumai.
Sementara itu Kepala Puskesmas Kumai Abimayu membenarkan korban dibawa ke Unit Gawat Darurat (UGD), namun saat itu korban sudah meninggal.
"Kemungkinan meninggal saat dalam perjalanan di bawa ke Puskesmas, atau saat di TKP korban tenggelam. Karena saat di UGD sudah tidak bernyawa lagi. Kita coba tes dan cek pupil mata juga tidak ada reaksi," ujarnya.
Kepala Desa Sungai Kapitan Mulkan mengatakan bahwa danau bekas galian C yang berada di kawasan Paring Kuning itu memang cukup dalam. Selain itu kondisi tebing juga cukup curam.
"Danau itu dipastikan cukup dalam, karena berasal dari pengerukan untuk tanah timbun," katanya.
Pihaknya tak menampik bahwa kondisi air di danau itu cukup jernih sehingga sangat menggoda untuk dijadikan tempat berenang.
"Tapi kalau tidak tahu sisi mana yang paling dalam bisa membahayakan. Dan disekitar danau memang tidak ada kawat atau pagar pengamannya," katanya.
Dengan kejadian itu pihaknya akan memasang tanda peringatan agar tidak digunakan untuk berenang.
"Kalau diuruk lagi, kemungkinannya mustahil. Karena selain sangat dalam, selama ini air danau itu juga dimanfaatkan untuk penyuplai air saat melakukan pemadamam kebakaran hutan dan lahan di kawasan Kumai," terangnya. (sla)