PANGKALAN BUN - Suara protes dari masyarakat terkait truk fuso dan peti kemas terus menyeruak. Tidak saja menghambat lalulintas jalan umum tetapi juga menerobos dalam kota untuk menuju gudang-gudang milik juragan mereka. Padahal tonase jalan tidak memenuhi syarat untuk kendaraan berukuran jumbo tersebut.
Beberapa lokasi yang sering ditemui antara lain di Jalan Mat Noor, kemudian kawasan Bamban dan yang paling banyak adalah di Gang Rambutan atau Jalan Padat Karya, Pangkalan Bun.
Ketua Gusmat Masko (Gusti, Utin, Said Syarifah, Mas, Antung dan Tengku Masyarakat Kotawaringin Barat ) Gusti Rosyidin mengatakan jika tidak segera mendapat respon maka pihaknya bersama para tokoh lainnya akan menghadap ke pihak terkait untuk mendorong penertiban ini. Ia menegaskan desakan untuk menertibkan truk fuso dan peti kemas bukan karena ada kepentingan atau tendensi terhadap pengusaha, tetapi lebih kepada menyampaikan suara masyarakat.
”Riak-riak kecil sudah ada dikalangan masyarakat, bahkan sudah ada yang mau memportal dan bertindak sendiri karena kesal dengan kejadian-kejadian yang hubungan dengan truk raksana tersebut,” jelasnya, JUmat (15/3).
Menurutnya desakan itu juga bukan untuk melarang tetapi untuk menertibkan saja supaya lalulintas tetap lancar dan masyarakat tidak dibuat kesal.
Gusti Kadran, cucu Sultan ke -13 Kesultanan Kutaringin menambahkan selama ini ia juga ikut memperhatikan lalulintas kendaraan besar itu sangat menghambat masyarakat, apalagi pada saat jam sibuk, dari yang mengantar anaknya sekolah, orang yang akan masuk kantor sering dibuat kesal dengan ulah pengemudi truk besar tersebut. Sudah banyak contoh kejadian akibat ulah truk Fuso dan truk kontainer atau peti kemas.
”Jangan sampai menunggu ada korban baru ditertibkan,” pinta tokoh masyarakat Kobar ini.
Ia juga heran kenapa truk jumbo itu bisa dengan bebas masuk ke dalam kota dengan bahkan tanpa ada pengawalan dari kepolisian atau dinas perhubungan. Mereka sering terlihat masuk ke masing-masing pangkalan atau gudang yang lokasinya di dalam kota. Alangkah baiknya jika truk besar ditempatkan dilokasi khusus sehingga tidak masuk ke dalam kota.
Sementara dari data media ini, pembahasan terkait masalah ini sudah sejak dimasa kepemimpinan Bupati Ujang Iskandar, tetapi hingga beberapa tahun dan berganti bupati belum terlihat ada progres untuk rencana pengaturannya. Bahkan dulu desakan masyarakat Kumai pasca tewasnya pengawas sekolah suami istri bertabrakan dengan fuso cukup menguat dan sempat truk fuso dilarang melintas di Jalan Pangkalan Bun-Kumai. Tetapi seiring waktu lalulintas truk fuso kembali seperti biasa.
Sementara itu dimasa Kepala Dinas Perhubungan dijabat Petrus Rinda, pernah mengatakan bahwa lokasi pembangunan terminal bongkar muat berada di Jalan Pasir Panjang atau tepatnya di samping lokasi Pabrik Jagung. Lokasi ini dipilih berdasarkan studi kelayakan.
”Ini merupakan studi lanjutan mengenai Detail Engineering Design (DED) atau gambaran perencanaan secara menyeluruh terkait apa yang akan dilakukan serta fasilitas apa yang harus tersedia di terminal bongkar muat yang rencananya dibangun di lahan seluas 5 hektare ini,” jelasnya kala itu.
Untuk membangun terminal bongkar muat dengan fasilitas lengkap diperlukan dana sekitar Rp 160 miliar. Fasilitas lengkap tersebut diantaranya terminal bongkar muat, gudang, pos jaga, jalan masuk, alat timbang, dan lainnya. Tahun ini jika masih sesuai rencana idealnya akan dilakukan studi analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) terkait pembangunan terminal bongkar muat. (sam/sla)
