Perkebunan kelapa sawit merupakan primadona bagi masyarakat Kalimantan Tengah. Selain buahnya yang langsung menguntungkan masyarakat, beberapa limbah penyertanya juga bisa berguna bagi masyarakat.
Saat ini solid dan bungkil sebagai limbah dari pabrik kelapa sawit, bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak. Limbah lain yang bisa dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu lidi dari pelepah pohon sawit yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan sapu.
Seperti yang dilakukan oleh warga Desa Kadipi Atas, Kecamatan Pangkalan Lada. Lidi dari pohon sawit yang ditunas (dipotong)saat panen dapat diolah menjadi sapu lidi.
Dengan pendampingan dari Unit Usaha Kecil dan Menengah KUD Karya Sari, Desa Kadipi Atas, ibu-ibu rumah tangga di desa tersebut mampu mendapatkan tambahan penghasilan untuk membantu ekonomi keluarga.
Ngatiyem misalnya, ibu rumah tangga setengah baya ini setiap hari mampu mengumpulkan setidaknya 3 kilogram lidi sawit. Lidi tersebut ditampung oleh KUD dengan harga Rp 5.000/kilogram.
“Setiap pukul 14.00-17.00 WIB, saya bersama ibu-ibu yang lain, merangkai lidi menjadi sapu di halaman belakang KUD,” katanya, Selasa (9/4).
Satu sapu lidi butuh sekitar 15-20 menit sehingga dalam satu kali kegiatan rata-rata sekitar 15 buah yang dihasilkan. Upah borongan merangkai tiap satu sapu sebesar Rp 750.
Pendamping Unit Usaha Kecil dan Menengah KUD Karya Sari, Zainanto Hari Widodo mengatakan bahwa para ibu-ibu rumah tangga ini gembira karena waktu luangnya bisa lebih bermanfaat untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Upah mereka dapat dibayarkan secara tunai maupun mengambil bahan makan kebutuhan sehari-hari seperti beras, gula, telur, mi instan, dan sebagainya di Unit Waserda KUD.
“Dengan demikian, pekerjaan sampingan yang dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga itu benar-benar nyata dapat membantu perekonomian rumah tangganya,” katanya.
Selain lidi, untuk bahan baku tongkat sapu juga dikerjakan oleh para bapak-bapak sebagai usaha sampingan. Satu tongkat sapu dihargai Rp 1.000 oleh KUD. Pekerjaan inipun dilakukan pada sore hari selepas para suami iti bekerja di ladang maupun kebun mereka.
“Selain melakukan pendampingan, kita juga memasarkan sapu lidi ini langsung ke toko-toko, perusahaan yang ada maupun instansi pemerintah. Disinilah kehadiran KUD sebagai lembaga bisnis serta lembaga sosial dirasakan oleh warga dengan menggerakkan perekonomian masyarakat sekitar,” terangnya.
Meski bahan-bahan utama sapu lidi mudah didapat di sekitar desa, akan tetapi bahan pendukung seperti plastik pembungkus tongkat dan aksesoris sapu saat ini masih harus dipesan dari Pulau Jawa.
“Harapannya ketika usaha ini semakin besar, bahan pendukung tersebut dapat diproduksi di Kalimantan sehingga biaya produksi semakin murah. Pada akhirnya sapu lidi sawit dari masyarakat ini dapat dipasarkan keluar pulau Kalimantan bahkan menjadi produk ekspor,” harapnya. (sla)