PANGKALAN BUN- Gelombang tinggi di Pantai Keraya robohkan jembatan penghubung antar desa setempat. Rusaknya jembatan kuno berkonstruksi utama kayu yang dimodifikasi dengan cor semen itu juga akibat tak tersentuh perbaikan.
Kepala Desa Keraya, Kecamatan Kumai, Suharmalik menjelaskan bahwa robohnya jembatan itu terjadi pada Rabu (12/6) sekitar pukul 03.00 WIB.
“Hujan deras dan saat itu gelombang laut cukup tinggi (pasang), pagi hari saya mendapat laporan warga kalau jembatan roboh,” katanya.
Untuk penanganan darurat, warga yang dibantu BPBD Kobar memasang jembatan darurat dari batang pohon kelapa dan batu serta menambahkan tanah uruk diatasnya.
“Sementara pakai batang kelapa dan batu, tadi (kemarin) juga ditimbun tanah uruk (latrit),” tambahnya.
Menurutnya perbaikan dan peningkatan konstruksi jembatan wajib dilakukan. Namun dari pemerintah daerah mengaku baru bisa melaksanakan itu setelah pembangunan siring atau pengaman jalan untuk mencegah abrasi.
“Katanya kalau dalam waktu cepat belum bisa, harus selesaikan dulu pembangunan pencegah abrasi. Tahun ini akan dikerjakan,” tambahnya.
Selain siring pengaman abrasi pantai, masyarakatnya juga mengharap dibangun pemecah ombak. Sehingga abrasi bisa dicegah lebih baik lagi. “Apalagi Pantai Keraya ini salah satu tempat wisata pantai, jadi kami berharap ada pembangunan pemecah ombak agar abrasi bisa dicegah,” tandasnya.
Sementara itu Kepala BPBD Kobar Petrus Rinda mengatakan bahwa pihaknya hanya melakukan penanganan sesuai kemampuan. Pasalnya untuk penanganan masalah jembatan dan jalan itu wewenang dinas lain untuk segera memperbaiki.
“Kita sudah upayakan untuk perbaikan jembatan secara darurat. Selanjutnya untuk perbaikan jembatan atau pengalihan jalan itu Dinas PUPR yang menangani,” ujarnya.
Kemudian untuk penanganan masalah abrasi pantai ini, pihaknya mengaku sudah masuk dalam anggaran Dinas PUPR Provinsi Kalteng.
“Kami juga sudah mengusulkan masalah abrasi pantai ke Badan Nasional Penggulangan Bencana (BNPB), namun belum ada respon. Meski begitu, kami juga terus mengajukan proposal agar ke depan bisa dibantu oleh pusat untuk penanganan abrasi. Karena hal ini merupakan satu bencana yang harus ditangani,” pungkasnya. (rin/sla)