PANGKALAN BUN - Banjir di Kecamatan Kumai Desa Sungai Kapitan dan Kelurahan Kumai Hulu, Kecamatan Kumai dan di Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan mulai surut.
Kasi Kesiapsiagaan dan Pencegahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kobar Pahrul Laji mengatakan bahwa banjir yang terjadi di sejumlah tempat di Kabupaten Kobar telah berangsur-angsur surut.
”Saat ini ketinggian air di beberapa tempat sudah berangsur surut, namun masih ada beberapa lokasi yang tergenang dengan ketinggian kurang lebih lima hingga sepuluh sentimeter,” katanya, Jumat (14/6).
”Untuk banjir di Jalan Natai Arahan Gang Paus, Kelurahan Baru, Kecamatan Arsel, ketinggian air kurang lebih 15 hingga 30 sentimeter karena kawasan rawa-rawa,” lanjutnya.
Menurut Laporan terbaru yang mereka kumpulkan, kerusakan yang disebabkan oleh banjir tersebut terjadi peningkatan jumlah rumah yang terdampak. Awalnya BPBD Kobar menyebut 37 rumah terendam banjir, namun setelah ditelusuri lebih jauh meningkat menjadi 47 rumah. Rinciannya di Desa Sungai Kapitan, Kecamatan Kumai 37 rumah dan Kelurahan Baru, Kecamatan Arsel 10 rumah terendam banjir.
”Hal ini disebabkan beberapa hal, dia ntaranya curah hujan tinggi yang menyebabkan daerah terendam banjir bertambah. Kemudian laporan korban terdampak yang terus diperbaharui dan disinkronkan dengan kelurahan,” terangnya.
Sementara itu Kabid Linjamsos Dinas Sosial Ir. Farida Andayani mengatakan, melihat kondisi terbaru di lapangan, selama perpanjangan masa tanggap darurat ini Dinas Sosial bakal menyesuaikan perlakuan dan pemberian bantuan ke warga terdampak.
”Kami akan menjalin komunikasi dengan BPBD, terkait data terbaru korban yang terkena dampak banjir, setelah itu baru bisa ditentukan penanganan seperti apa yang akan dilakukan,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui bahwa intensitas hujan tinggi dan masalah drainase menjadi salah satu penyebab banjir di Kecamatan Kumai dan Arut Selatan.
Prakirawan BMKG Kobar Stamet Iskandar Pangkalan Bun Januar Rahmad Pratama mengatakan bahwa untuk wilayah Pangkalan Bun (termasuk Kumai dan Sungai Kapitan), dalam tiga hari terakhir curah hujan tercatat di atas 70 mm.
”Itu disebabkan aktifnya MJO serta adanya pembelokan angin dan konvergensi di wilayah Kalteng,” katanya.
Januar menjelaskan bahwa MJO (madden-julian oscilation) ini merupakan suatu gelombang atmosfer yang bersiklus bulanan (antara 30-60 harian) yang bergerak dari barat ke timur. Tanda daerah yang terdampak MJO aktif biasanya mendapati curah hujan tinggi dan kejadiannya atau frekuensi hujan yang tidak menentu waktunya. Dikenal dengan menyelisihi frekuensi normalnya.
”Dalam seminggu ke depan masyarakat tetap diimbau untuk waspada,” pungkasnya. (ard/sla)