SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Sabtu, 31 Agustus 2019 14:14
Wah Gawat..!!! Kebakaran TNTP Dekati Pemukiman

Lahan Penyuplai Makanan Orangutan Diamuk Api

KEBUN BUAH TERBAKAR : Kebun buah pisang dan tebu milik masyarakat Desa Sungai Cabang yang diperuntukan bagi suplai makanan tambahan Orangutan terbakar, Jumat (30/8).(OFI/RADAR PANGKALAN BUN)

PANGKALAN BUN - Kebakaran hutan di kawasan penyangga Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) STPN III mengarah ke permukiman warga Desa Sungai Cabang, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat. Itu terjadi lantaran kencangnya hembusan angin Barat - Utara, Jumat (30/8/). Akibatnya lahan pertanian warga menjadi korban, salah satunya adalah perkebunan.

Tim gabungan yang terdiri dari Satgas TNTP, Koramil, Polsek Kumai, BPBD, Manggala Agni saat ini fokus untuk menghalau kobaran api agar tidak menjangkau permukiman penduduk setempat.

Field Direktor Orangutan Foundation Internasional (OFI) Fajar Dewanto mengungkapkan, walaupun aksesibilitas menuju lokasi karhut begitu sulit, namun tim gabungan sedang berusaha untuk melakukan pemadaman.

“Sudah ada tim gabungan di sana, pasti prioritas pemanganan pemukiman, tim dari Balai TNTP, Polsek Kumai, Koramil, BPBD, dan Manggala Agni,” katanya.

Sejauh ini beberapa hektare lahan perkebunan buah pisang dan tebu masyarakat setempat juga ikut menjadi korban keganasan api.

“Padahal hasil kebun buah tersebut diperuntukan sebagai suplai makanan tambahan bagi primata Orangutan di TNTP,” tambahnya.

Menurutnya walau kebakaran hutan di kawasan penyangga TNTP terus meluas, namun Orangutan tidak terlalu terpengaruh, karena mereka bisa bergeser. “Justru yang dikhawatirkan adalah paska kebakaran, karena habitat dan sumber pakan satwa akan berkurang,” terangnya.

Namun saat ini, lanjutnya, yang terpenting adalah bagaimana mengamankan blok hutan di Sungai Buluh Kecil, Sekonyer, dan SPTN Wilayah I. Karena dampak bagi primata yang dilindungi ini akan terlihat paska bencana kebakaran hutan.

“Kalau api dari Sungai Cabang susah untuk sampai ke area Sekonyer, karena jauh dan ada 2 alur Sungai Buluh Besar dan Kecil, sehingga untuk Orangutan masih aman, apalagi kawasan yang terbakar tidak seluruhnya di TNTP tetapi ada areal APL masyarakat,” ungkapnya.

Selain berpotensi membawa dampak bagi berkurangnya makanan bagi satwa di TNTP, kebakaran yang terjadi di lahan gambut juga berdampak pada terjadinya kabut asap, apalagi arah angin menuju Barat - Utara.

Terpisah, Humas dan Penyaji Data Balai TNTP Evan Ekananda menyampaikan, belum ada laporan dari petugas di lapangan tentang satwa yang terdampak kebakaran. Hal itu lantaran hingga saat ini api terus membakar semak belukar kering.

Begitu pula dengan sumber pakan satwa, ia tidak begitu mengkhawatirkan habitat satwa di TNTP akan mengalami kekurangan makanan, lantaran areal yang terbakar merupakan semak belukar.

Ia menegaskan, kebakaran yang terjadi kali ini tidak bisa disamakan dengan kebakaran besar yang terjadi pada tahun 2015 lalu, dimana akibat kebakaran tersebut sumber pakan satwa menjadi berkurang.

“Kalau 2015 betul, karena luas kebakarannya besar, jadi potensi kurang pakan mungkin terjadi, tetapi untuk saat ini belum,” pungkasnya.  

Kebakaran lahan juga terjadi di Kotawaringin Timur. Sempat reda karena hujan,  api kembali berkobar, bahkan mulai merambah ke kawasan permukiman warga.

“Intensitas karhutla sempat berkurang dan relatif terkendali dan cepat kami tangani karena beberapa hari terjadi hujan yang cukup membantu sehingga kondisi lahan tak begitu mengering,” kata Yephi Hartadi selaku

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kotim Yephi Hartadi mengatakan, sejak Kamis (29/8) karhutla kembali terjadi di beberapa lokasi seperti di, Mentaya Hilir Selatan dan Parenggean.

“Kedua lokasi ini sudah terjadi sejak kemarin tetapi hari ini terus dilakukan pendinginan,” ujarnya.

Karhutla juga terjadi di lokasi baru yang merambah permukiman warga, seperti Jalan Bumi Ayu, Tidar Raya III Gang Langsat 4, Tidar 4, Jalan Revolusi.

“Hari ini (Jumat) karhutla banyak terjadi di kawasan permukiman dan ada lokasi baru seperti di Jalan Bumi Ayu dan Tidar Raya III, sedangkan di Jalan Revolusi sudah berulang kali terjadi,” ujarnya.

Selama tim gabungan pemadam karhutla melakukan proses pemadaman, ada satu lokasi Jalan Jenderal Sudirman KM 14 dekat tempat pembuangan sampah akhir (TPA) yang sulit tertangani karena tidak adanya akses jalan masuk.

“Petugas pemadam sampai memutar-mutar mencari akes jalan, karena titik lokasi apinya jauh dari akses jalan,” ungkapnya.

Selain melakukan proses pemadaman karhutla, tim gabungan juga berpencar melakukan proses pendinginan di beberapa lokasi seperti di Tampulihan, Wengga Metropolitan, Gudang Naga Jalan HM Aryad KM 5, dan Jalan Pelita Barat.

“Petugas berpencar semua tim dikerahkan, upaya pendinginan juga masih terus dilakukan,” ujarnya.

Dari semua lokasi kejadian tersebut, ada sebanyak 14 titik hotspot yang terpantau oleh BPBD Kotim.

“Yang benar-benar terbaca dan menunjukkan titik merah (titik panas) itu berada di Parenggean kemarin, sedangkan yang terjadi saat ini saya meyakini karena unsur kesengajaan,” ujarnya.

Yephi mengatakan kemarau panjang yang terjadi di Kotim dan hampir di seluruh wilayah di Indonesia mengakibatkan lahan dan hutan mengalami kekeringan sehingga sangat mudah memicu terjadi kebakaran.

“Selama musim kemarau ini, kita tahu hutan dan lahan saat ini kondisinya sudah mengering. Jadi, kalau ada puntung rokok saja atau ada masyarakat yang membakar-bakaran kecil saja bisa menjadi besar apalagi lahan kita ini lahan gambut,” ujarnya.

Menurutnya, lahan gambut memang menjadi tantangan berat bagi tim gabungan pemadam karhutla, karena pemadaman harus dilakukan secara berulang-ulang.

“Lahan gambut ini cukup sulit pemadamannya, api yang di permukaan padam, belum tentu api yang berada di bawah juga padam. Karena, keesokan siangnya saat terik matahari api bisa hidup kembali dan menjalar kemana-kemana sehingga membuat petugas kewalahan bolak balik memadamkan di lokasi yang sama,” ungkapnya.

Di samping itu, sumber air yang jauh dari titik lokasi kejadian juga menjadi kendala petugas untuk melakukan proses pemadaman karhutla.

“Kalau sudah tidak ada sumber air terdekat itu yang sulit, kita harus berbolak balik membawa mobil tangki mengisi dengan jarak yang cukup jauh untuk memadamkan api yang lokasinya berada jauh dari sumber air,” ujarnya.

Yephi berharp peran serta masyarakat ditingkatkan untuk membantu petugas pemadam karhutla dan segera laporkan apabila ada terjadi kebakaran.

“Kita harapkan kesadaran dan peran serta masyarakat turut membantu pemadaman di awal kejadian agar api tidak semakin meluas dan segera laporkan apabila ada masyarakat yang melakukan pembakaran secara sengaja,” tandasnya. (sir/tyo/hgn/sla/yit)

 

 

 


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers