SAMPIT— Upacara ritual mampakanan sahur dan mamapas lewu yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), merupakan adat istiadat warga Dayak yang menjadi warisan leluhur, memiliki makna multi dimensi. Sehingga dikemas dengan menarik dan memiliki nilai budaya yang dapat dijadikan destinasi wisata.
Sekda Kotim Halikinnor menjelaskan, nilai - nilai luhur penuh makna tersebut akan semakin memberi makna mendalam bagi segenap warga di bumi habaring hurung ini. Sehingga ritual adat yang merupakan warisan leluhur ini harus bisa terus dilestarikan dan dijaga sebagai warisan budaya Kotim.
“Generasi muda harus bisa dapat turut serta, sehingga mereka mengetahui rangkaian demi rangkaiannya, sehingga dapat dikemas sedemikian rupa menjadi budaya yang memiliki nilai jual bagi pariwisata,” jelas Halikin saat membuka kegiatan di Taman Miniatur Budaya Sampit, Selasa (12/11).
Disamping mengandung nilai - nilai religius upacara mampakanan sahur dan mamapas lewu juga mengandung nilai - nilai budaya yang menarik. Sebagai daya tarik wisata Pemkab Kotim sangat menaruh perhatian besar terhadap acara semacam ini.
Oleh sebab itu sejak tahun 2003 kegiatan ini merupakan agenda rutin yang dijadikan kegiatan resmi pariwisata di Kotim yang dilaksanakan setiap tahunnya. Pemkab Kotim mendukung dan memfasilitasi pelaksanaan kegiatan ini.
“Kami mendukung bahkan memfasilitasi event tahunan ini sebagai salah satu event pariwisata,” terangnya.
Hal tersebut dilakukan agar acara serupa tetap dapat digelar setiap tahunnya, tentunya dengan pelaksanaan yang semakin baik setiap tahunnya, dengan jumlah kunjungan wisatawan jauh lebih banyak lagi. (yn/dc)