PANGKALAN BUN - Pelaku pariwisata di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) pesimistis dengan sejumlah kebijakan pemberian stimulus berupa insentif dalam bentuk kartu pra kerja kepada pekerja pariwisata yang ter PHK karena perusahaanya terdampak Covid-19.
Pelaku pariwisata yang juga pemilik biro perjalanan wisata PT Borneo Hijau Persada, Ahmad Yani, mengatakan bahwa pihaknya akan sangat setuju kalau pemerintah pusat melalui kementerian terkait akan membantu, mengingat mereka mempunyai karyawan yang tidak bisa bekerja lagi karena wabah virus korona, sehingga mereka kehilangan mata pencaharian utama.
Kendati demikian ia mengaku pesimis program tersebut dapat terealisasi, karena dengan jumlah pelaku pariwisata yang sedemikian banyaknya berapa anggaran yang akan digelontorkan, sementara untuk penanganan korona saja saat ini anggaran pusat terbatas.
"Sepertinya pesimis berapa dana pemerintah pusat mau gelontorkan, sementara pekerja disektor wisata ini banyak sekali," ujarnya, Sabtu (28/3).
Menurutnya lebih baik pemerintah segera mencarikan alternatif sektor usaha lain yang bisa membuat para pelaku usaha wisata bisa bertahan dalam situasi seperti saat ini. Ia berharap pemerintah dan seluruh masyarakat saling bahu membahu mengatasi persolan ini agar pariwisata bisa kembali normal.
"Kalau memang terealisasi untuk 3 atau 4 bulan sebagai bentuk dana cuma-cuma buat pekerja wisata artinya positif saja dan kita sambut baik," tegasnya.
Sementara itu, Sekretaris Asosiasi Pariwisata (Asita) Kotawaringi Barat, Heri Rustaman menambahkan dari hasil rapat anggota dan pengurus Asita dengan melakukan koordinasi dengan kementerian terkait, pihaknya mengaku cukup optimis.
Wacana pemberian kartu pra kerja kepada pekerja pariwisata yang kehilangan pekerjaan merupakan langkah awal yang positif dan bagi pelaku pariwisata langkah tersebut bisa membantu dimana hampir semua pekerja wisata sudah terpuruk.
"Kita lihat saja yang jelas sudah ada niat untuk menjalankan langkah awal yang bagus, menginggat pasti banyak perusahan yang terpaksa merumahkan karyawannya, karena kegiatan usaha yang tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya," ujarnya.
Ia mengaku hingga saat ini pekerja wisata memang belum menemukan terobosan yang bisa dilakukan, mengingat pariwisata merupakan rangkaian sebuah produk multiplayer.
Namun mereka sudah melakukan alternatif pekerjaan yang memanfaatkan sumber alam dan jasa lain yang tersedia tanpa mengeluarkan modal usaha, misal ada berkebun, mencari ikan, memancing, berdagang, dan jasa bangunan (buruh). (tyo/sla)