Hasil bumi di Desa Rawa Sari, Kecamatan Pulau Hanaut, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) cukup berlimpah. Salah satunya komoditas buah jeruk lemon. Hal itu memberikan harapan penghasilan bagi warga setempat.
HENY, Sampit
Puluhan hektare lahan kosong ditanami ratusan pohon jeruk lemon. Namun, beberapa kebun jeruk dibiarkan tak terawat. Banyak hama ilalang dan rerumputan mengelilingi pohon jeruk. Buah jeruk yang sudah waktunya panen juga dibiarkan tak dipetik. Bahkan, ada beberapa buah yang terjatuh sia-sia.
Hasidin (30), salah seorang petani Desa Rawa Sari mengatakan, tak terawatnya kebun jeruk disebabkan lantaran sebagian besar petani menanam dengan sistem tumpang sari (pertanaman campuran yang melibatkan beberapa jenis tanaman yang berbeda dengan memanfaatkan areal lahan yang sama dalam waktu yang bersamaan).
”Petani di sini kebanyakan tidak hanya fokus menanam pohon jeruk saja, tetapi ada yang menanam padi, gumbili, jagung, kopi, dan lain-lain. Kebetulan belakangan ini lagi menggarap padi, sehingga kebun jeruk tidak sempat dibersihkan dari hama,” ucap Hasidin, Sabtu (4/7).
Untuk tanaman jeruk, Hasidin mengaku telah mulai tanam sekitar tahun 2017 dengan luas lahan seperempat hektare. Setiap hektare lahan dapat ditanami sebanyak 400 batang pohon jeruk. Sedangkan, untuk hasil panennya dapat menghasilkan 50-100 kg per dua minggu sekali.
”Panennya tidak menentu. Kadang dua minggu sekali, kadang satu bulan sekali. Kalau sudah waktunya masak, ya dipetik,” ujarnya.
Hasil panen buah jeruk, lanjut Hasidin, lalu dijual ke pengepul dengan harga Rp 10 ribu per kg. ”Penjualannya lancar tidak ada kendala, karena hasil panen setiap petani dikumpulkan oleh pengepul dan setiap hari dipasarkan ke Kota Sampit,” ujarnya.
”Terkadang Kakak saya juga bantu antarkan langsung ke Sampit kalau ada pesanan. Dengan harga Rp 15 ribu per kg,” tambahnya.
Melimpahnya hasil jeruk di Desa Rawa Sari membuat petani bekerja sama dengan ibu-ibu pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK) untuk mengolah hasil panen buah jeruk menjadi minuman kemasan.
Ernawati (45), salah satu anggota PKK mengatakan, sejak Februari lalu, anggota PKK yang berumlah enam orang mulai menjalan usaha mikro kecil menengah (UMKM) dengan memproduksi minuman sari jeruk dengan merek water lemon.
”Sudah jalan lima bulan ini mulai aktif memproduksi minuman sari jeruk dalam bentuk kemasan. Tetapi, kami belum bisa memasarkan sampai ke berbagai desa, apalagi sampai Sampit, karena minuman ini tanpa bahan pengawet dan hanya tahan satu hari di suhu normal,” ujar Ernawati.
Selain itu, dia mengaku sudah mengurus izin pangan industri rumah tangga (PIRT) ke Bupati Kotim melalui Dinas Kesehatan Kotim. Namun, hingga kini izin masih belum dikeluarkan.
”Sudah diurus, tetapi karena saat itu penyebaran Covid-19 sampai ke wilayah Kotim, sehingga tim dari Dinkes tertunda melakukan pengecekkan. Hingga kini masih proses dan belum tahu kapan selesainya (izinnya),” ujarnya.
Menurutnya, izin tersebut sangat diperlukan agar produk minuman water lemon produksi Desa Rawa Sari dapat diedarkan hingga ke Kotim dan berbagai daerah.
”Kalau izin belum dikeluarkan, tidak boleh diedarkan secara resmi. Jadi, water lemon baru tersedia kalau ada yang memesan. Kami tak berani memasarkan atau menitip, karena izinnya belum dikeluarkan,” ujarnya.
Erna berharap Pemkab Kotim dapat membantu memfasilitasi produk minuman water lemon khas Desa Rawa Sari agar semakin dikenal oleh masyarakat luas. ”Kami hanya berharap izin edar bisa dikeluarkan dan Pemkab bisa bantu promosikan. Setiap botol seberat 450 ml hanya Rp 5.000. Jeruk asli sini dan harganya juga sangat terjangkau dan bisa ditandingi dengan minuman kemasan yang beredar di pasaran lainnya,” ujarnya.
Terpisah, Kepala Desa Rawa Sari Sigit Pranata mengatakan, usaha produksi water lemon bermula dari melimpahnya hasil panen jeruk lemon. Dia tak ingin penjualan dapat lebih bernilai dengan mengolahnya kembali dalam bentuk minuman sari lemon kemasan.
”Hasil panen jeruk lemon di Desa Rawa Sari sangat berlimpah. Atas dasar itu, akhirnya kami melakukan studi kaji di Desa Pelantaran yang sudah lebih dulu mengolah water lemon,” ujar Sigit saat ditemui Radar Sampit, Sabtu (4/7).
Sigit mengatakan, jeruk lemon sudah mulai tanam dua ribuan dengan total 30 hektare lahan yang ditanami. ”Petani jeruk lemon saat ini ada sekitar 50 KK dan yang sudah pascapanen ada 10 hektare dan baru tanam 20 hektare,” ujarnya.
Setiap satu batang pohon jeruk lemon dapat menghasilkan sekitar 3-5 kg jeruk lemon dengan penjualan Rp 10 ribu per kg dikalangan petani. ”Tahun ini melakukan perluasan lahan lagi 15 hektare untuk tanaman pohon jeruk lemon. Kami harapkan dengan hasil jeruk lemon yang melimpah kami ingin mengolahnya dengan harga jual yang lebih bernilai tetapi sampai dengan saat ini kami masih menunggu proses izin dikeluarkan (Dinkes Kotim),” pungkasnya. (***/ign)