SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Senin, 11 Januari 2021 15:49
Bisnis Haram Lingkar Selatan, Tarif Kencan Rp 150 Ribu, Ada Layanan di Semak Belukar
ILUSTRASI.(RADAR SAMPIT)

Prostitusi di jalur lingkar selatan Kota Sampit sulit mati. Gencarnya penertiban tak membuat pelakunya ciut nyali. Nafsu para lelaki jadi ladang rejeki meski harus jual diri. Bisnis haram itu dijalani untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.

========

Sejumlah wanita berpakaian seksi duduk santai di kegelapan malam, pinggir jalur lingkar selatan, Kota Sampit, akhir pekan lalu. Sesekali mereka menyalakan senter dan menyorot setiap pengendara pria yang melintas di jalur itu.

Sebagian pria yang tergoda, langsung menghampiri. Setelah salam perkenalan dan berbincang, mereka menuju warung remang-remang yang tak jauh dari para wanita itu nongkrong.

Seorang wanita berpakaian seksi juga berusaha menggoda Radar Sampit. ”Ngamar mas. Cuman Rp 50 ribu,” katanya. Waktu saat itu menunjukkan pukul 00.30 WIB.

”Nanti gratis kerupuk sama kopi loh,” ujarnya lagi.

Setelah berbincang beberapa saat, wanita itu menyebutkan namanya. Dia mengaku menjalani pekerjaan itu untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Hampir setiap malam dia melayani pria hidung belang yang berkencan dengannya.

”Termasuk kamu kan mas, yang butuh belaian. Ayo buruan mas, mainnya di sana, aman kok,” ujarnya dengan nada agak memaksa.

Menurut wanita itu, selama pandemi Covid-19, tak ada petugas yang datang melakukan penertiban, apalagi berpatroli di kawasan itu. Meski ada patroli, dia yakin tak akan diamankan saat mangkal di kawasan tersebut.

”Kami kan cuman kerja. Jadi, selama kami tidak mengganggu orang, aman kok. Lagian, selama ini petugas tidak pernah mengamankan kami,” katanya lagi.

Setelah menolak ajakan wanita itu, Radar Sampit melanjutkan perjalanan ke arah barat jalan lingkar selatan. Radar Sampit lalu berhenti di pinggir jalan yang gelap dengan semak belukar lebat di sisi kiri dan kanannya.

Di lokasi itu ada dua wanita duduk di pinggir jalan. Seorang wanita tampak berbincang dengan pria lain yang menghampiri. Radar Sampit lalu menghampiri wanita yang duduk sendirian.

Berbeda dengan wanita yang ditemui sebelumnya, kali ini wanita tersebut terlihat lebih pendiam. Namun, saat ditanya soal tarif kencan, dia langsung blak-blakan.

”Rp 150 ribu, pasnya Rp 130 ribu,” tutur wanita tersebut.

Di lokasi itu tak terlihat bangunan seperti pondok atau warung remang-remang, tempat mereka melayani pria hidung belang. Dari pengakuan wanita tersebut, mereka memang tidak menyediakan kamar atau ruangan.

”Tidak ada mas (kamar, Red). Kalau mau, di sana,” ujarnya sambil mengangkat telunjuknya ke arah semak belukar.

Kepada Radar Sampit, wanita itu mengaku sebagai pendatang. Dia sudah hampir satu setengah tahun berada di Kotim sebagai pekerja seks komersial. ”Dari Jawa,” ujarnya sambil memperhatikan pengendara yang melintas.

Radar Sampit yang tak langsung memastikan menerima tawarannya, membuat wanita itu jaga jarak dan berusaha mencari mangsa lainnya. Setelah meninggalkan wanita itu, Radar Sampit lalu melanjutkan perjalanan ke arah kantor Kecamatan Mentawa Baru Ketapang.

Sebelum sampai kantor kecamatan, Radar Sampit menyinggahi sebuah warung remang-remang. Seorang wanita berpakaian seksi duduk santai di warung itu. Dia terlihat menunggu lelaki yang mau berkencan dengannya.

Saat dibincangi, wanita tersebut bersedia menyebutkan namanya, namun tak mau mengatakan usianya. Yang jelas, dari wajahnya, dia masih muda.

Warung tersebut tak diterangi cahaya lampu dari listrik. Menurutnya, kondisi demikian justru lebih menarik bagi pria hidung belang,

”Justru remang-remang begini mas yang banyak didatangi mereka,” tuturnya.

Fasilitas di warung itu terlihat cukup lengkap. Ada dua kamar khusus untuk berkencan. Posisinya berada di belakang warung. Satu kamar tertutup seperti pondok kecil dilengkapi kasur dan satu bantal. Kamar lainnya lebih terbuka, hanya beralaskan papan dan beratap terpal.

”Kalau kamar pondok itu tarifnya Rp 150 ribu. Kalau kamar satunya itu buat harga di bawah mas,” katanya.

Wanita itu mengungkapkan, sebelum pandemi Covid-19, mereka kerap dihampiri orang yang mengaku petugas. Namun, oknum petugas itu datang bukan untuk menertibkan, melainkan meminta uang kepada para PSK tersebut.

”Mereka (oknum petugas, Red) datangnya malam hari, mengenakan pakaian seragam. Paling banyak kami kasih mereka Rp 50 - Rp 100 ribu,” katanya.

Menurut wanita itu, petugas tidak akan tega melakukan penertiban, apalagi merobohkan tempat prostitusi berkedok warung remang-remang itu.

”Ini buktinya kami ada di sini. Lagian, kalau dirobohkan, toh pasti kami bangun kembali, karena kami niatnya bekerja. Sekarang di masa pandemi ini, petugas sudah jarang datang kemari. Kami merasa bersyukur sekali,” ucapnya.

Saat jarum jam menunjuk pukul 02.00 WIB, wanita muda ini mulai merapikan barang dagangannya, seakan memberikan kode bahwa dia ingin menutup warung tersebut.

Dia lalu menyarankan agar Radar Sampit mendatangi warung remang-remang lainnya yang berada dekat dengan Jalan Kapten Mulyono. Di sana ada sejumlah PSK yang biasanya bekerja sampai pagi.

Dia menolak saat Radar Sampit meminta nomor teleponnya. ”Maaf mas, saya tidak bisa kasih nomor WhatsApp saya, karena aturannya memang begitu. Kami dilarang memberikan nomor telepon kami sembarangan pada orang-orang yang datang kemari,” ujarnya.

Catatan Radar Sampit, tak terhitung sudah penertiban yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotim bersama aparat terkait untuk menghentikan praktik prostitusi di jalur lingkar selatan, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang. Bisnis berkedok warung itu terus tumbuh meski berkali-kali dibongkar petugas.

Camat Mentawa Baru Ketapang Sutimin sebelumnya mengatakan, warung remang-remang yang diduga melakukan aktivitas prostitusi terselubung di sepanjang Jalan Moh Hatta atau lingkar selatan bakal ditertibkan.

“Awal tahun 2021, akan kami tertibkan tempat prostitusi itu,” katanya, 25 Desember lalu.

Menurutnya, para PSK di kawasan itu sudah berulang kali dirazia petugas, bahkan diberikan sosialisasi. Namun, sampai sekarang lokasi tersebut masih beroperasi, terutama pada malam hari.

”Kalau siang, mereka justru tidak berada di situ. Mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Tapi, kalau sudah malam hari, mereka berada di warung remang-remang itu,” ungkapnya.

Sutimin menegaskan, awal tahun 2021 nanti, pihaknya berkoordinasi dengan petugas gabungan, berkaitan akan kembali melakukan penertiban terhadap para PSK. Kalau perlu, tempat itu disapu bersih dengan menggunakan alat berat.

”Nanti akan kami parkirkan alat berat seperti ekskavator di sana. Kalau masih bandel, tempat-tempat prostitusi itu akan kami ratakan,” ancamnya. (sir/ign)


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers