SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Rabu, 24 Februari 2021 14:23
Melihat Usaha Kerajinan Seni Ukir Mandau di Masa Pandemi Covid-19

Pemesan Semakin Bertambah, Dijual sampai Luar Negeri

UKIR: Nofri Harap Minart (38) sedang mengukir sarung dan gagang mandau di rumahnya, Jalan Jenderal Sudirman, Kota Kuala Kurun, Rabu (17/2) malam.(ARHAM SAID/RADAR SAMPIT)

Pandemi Covid-19 berdampak hebat pada berbagai sektor usaha. Banyak yang terpaksa gulung tikar. Namun, ada juga usaha yang mampu bertahan. Salah satunya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), berupa kerajinan seni ukir sarung dan gagang mandau yang digeluti Nofri Harap Minart.

ARHAM SAID, Kuala Kurun 

Di usianya masih muda, 38 tahun, pria yang juga honorer di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Gunung Mas (Gumas) ini mampu mempertahankan usaha yang digelutinya di tengah pandemi Covid-19. Usaha kerajinan seni ukir pada sarung dan gagang mandau yang digelutinya banyak diminati masyarakat dan kalangan pejabat.

”Pandemi Covid-19 tidak berdampak pada usaha kerajinan seni ukir mandau, karena terus mendapatkan banyak pesanan. Memang, sebelum pandemi, yang memesan adalah masyarakat biasa dan pejabat, namun saat pandemi sekarang ini justru tidak menurunkan minat pemesan,” ucap Nofri Harap Minart, Selasa (23/2).

Usaha kerajinan seni ukir mandau mulai serius dirintis sejak 2016 lalu. Nofri bermodalkan hobi menggambar dan aksi nekat. Pada awalnya, usaha yang dirintisnya dilakukan secara otodidak, karena tertarik dengan gambar ukiran.

”Bakat dan jiwa seni yang saya miliki ini telah diwariskan secara turun-temurun, mulai dari kakek dan orang tua. Sambil belajar, saya juga bertanya dengan orang tua, karena ada gambar tertentu dalam seni ukir,” tuturnya.

Bak gayung bersambut, ternyata bakatnya di bidang seni ukir dilirik Kabid Perindustrian, atasannya di tempatnya bekerja saat itu, yakni Yantrio Aulia, yang kini menjabat Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian Pengembangan (Bappedalitbang) Gumas.

”Untuk mengasah kemampuan, saya diikutkan dalam berbagai pelatihan seni ukir, baik itu ke Provinsi Bali dan Kota Palangka Raya. Dari situlah, kemampuan dalam mengukir mandau mulai terasah sampai dengan sekarang ini,” ujar dia.

Awalnya, kerajinan seni ukir pada sarung dan gagang mandau yang dibuat masih kasar, karena dia masih pemula. Namun, dengan ketekunan, kerja keras, dan kesabaran, lambat laun seni ukirnya mampu terus berkembang serta diminati masyarakat luas.

”Seni ukir pada sarung dan gagang mandau yang saya buat memiliki ciri khas, yakni motif ukiran yang timbul, dan itu ternyata banyak disukai masyarakat,” tuturnya.

Dia mengatakan, dalam membuat ukiran pada sarung dan gagang mandau, ada berbagai proses yang dilakukan. Diawali dengan mengukir gagang mandau terlebih dahulu menggunakan pisau kecil (langgei). Gagang tersebut harus disesuaikan ukuran, baik panjang dan lebar dari mandau.

”Bahan gagang mandau yang akan diukir juga beragam. Ada yang dari kayu ulin dan tanduk hewan. Namun, kebanyakan pemesan menggunakan gagang yang terbuat dari kayu ulin karena awet,” katanya.

Setelah mengukir gagang, proses selanjutnya, mengukir sarung mandau serta memasang tali yang sudah dianyam dan terbuat dari rotan. Lalu dipasang pengikat pinggang pada sarung mandau (balawit), memasang kancing pengikat pinggang di tali mandau (kalaputan). Selanjutnya finishing dengan memasang aksesoris lain, sepertinya penyang.

”Memang ada motif tertentu dalam kerajinan seni ukir dan semua bisa terus dikembangkan dengan membuat motif tambahan. Itu tergantung dari keadaan bahan bakunya, baik itu sarung dan gagang mandau,” ujarnya.

Saat ini, lanjut dia, motif yang bisa diukir dalam sarung dan gagang mandau adalah parukat (akar) bajai, rambunan tambun, sangkalap bedang, dan sukiran samar. Namun, dia lebih sering memakai memakai motif parukat bajai. Motif yang paling sulit adalah rambunan tambun.

”Untuk membuat satu buah ukiran dengan motif timbul di sarung dan gagang mandau, memerlukan waktu paling lama dua minggu,” terangnya.

Dalam usaha kerajinan seni ukir mandau, dia hanya menerima pesanan untuk mengukir sarung dan gagang saja. Bilah mandau disediakan pemesan. Khusus gagang yang diinginkan terbuat dari kayu, dia yang menyediakan bahannya.

”Upahnya bervariasi, tergantung tingkat kesulitan ukiran. Selama ini, saya belum pernah menerima pesanan yang lengkap dengan menyediakan bilah mandau,” katanya.

Dia mengatakan, pejabat yang sudah memesan kerajinan seni ukir sarung dan gagang mandau yang dibuat, yakni Bupati dan Wakil Bupati Katingan, Bupati dan Wakil Bupati Murung Raya, Sekda Gumas, Kepala Bappedalitbang, serta pemesan dari Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dalam jumlah yang banyak.

”Sekarang ini saya sedang proses membuat pesanan dari Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Gumas. Dari awal sampai saat ini, pesanan belum pernah putus. Selalu ada saja yang memesan,” tuturnya.

Dia menambahkan, hasil karya seni ukir mandau yang telah berjalan lima tahun ini sudah sampai luar negeri, seperti Belanda dan Tiongkok. Biasanya, ada orang yang memesan, kemudian bertemu dengan temannya dari luar negeri. Lalu dia menjual ke temannya tersebut.

”Sama halnya dengan pemesan dari Provinsi Kaltim. Biasanya, hasil karya seni ukir sarung dan mandau yang dibuat mereka jual lagi ke orang lain. Saya juga bersyukur karena pandemi Covid-19 tidak berpengaruh pada pesanan seni ukir mandau ini,” ujarnya.

Terpisah, Kepala Disperindag Gumas Luis Eveli melalui Kasi Sarana dan Prasarana Industri Dedie mengatakan, dalam waktu dekat akan melakukan launching produk unggulan, salah satunya kerajinan seni ukir mandau. Selain itu, juga ada produk unggulan kerajinan duhung (sejenis pedang), kecapi, dan lunju (tombak).

”Kami sangat konsen terkait produk unggulan. Dengan adanya launching, maka daerah lain tidak akan mengklaim produk yang dibuat oleh masyarakat kita, serta menguatkan identitas pemilik produk dengan motif dan ciri khas dari Kabupaten Gumas,” tuturnya.

Setelah launching, lanjut dia, hasil karya dari produk kerajinan ini juga akan didaftarkan ke Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (PLUT-KUMKM) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), sehingga dapat dipromosikan serta dikemas untuk mendapatkan nilai jual yang tinggi.

”Produk unggulan yang dihasilkan oleh pengrajin ini juga merupakan salah satu upaya mendukung visi misi Bupati dan Wakil Bupati Gumas, yakni Smart Human Resources. Kami juga mendorong pelaku UMKM untuk menghasilkan produk unggulan dari daerah ini,” tegasnya.

Di tengah pandemi Covid-19, lanutnya, usaha kerajinan seperti itu masih dibutuhkan dan mampu bertahan, karena memiliki pasar tersendiri dengan peminat dari para kolektor maupun pencinta seni.

”Kami berencana akan melatih pelaku UMKM untuk meningkatkan kemampuan mereka, sehingga memiliki hasil kerajinan yang menembus level internasional,” tandasnya. (***/ign)

 


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers