Banjir yang melanda sejumlah kawasan di Kota Palangka Raya belum surut total. Ratusan warga terdampak banjir masih mengungsi di posko yang disediakan pemerintah. Lamanya bencana juga membuat sejumlah warga terserang berbagai penyakit.
Pantauan Radar Sampit di posko kawasan Pasar Kahayan, Selasa (23/11), sekitar 50 Kepala Keluarga atau 100 orang masih mendiami tenda pengungsian tersebut. ”Kami belum berani kembali ke rumah lantaran masih tergenang air dan masih berantakan karena banjir. Jadi, untuk sementara sepakat berada di posko pengungsian,” ujar Simpun, warga setempat.
Selain air yang masih merendam rumah, Simpun melanjutkan, sejumlah warga lebih mengutamakan keselamatan, karena kondisi air masih bisa dikategorikan rawan.
”Memang sudah banyak yang mendiami kembali rumah masing-masing. Tetapi, ada juga masih terendam. Daripada terjadi hal-hal tak diinginkan, terpaksa masih berada di posko,” ungkapnya.
Simpun menambahkan, masyarakat terdampak banjir masih perlu bantuan, terutama bahan pangan. Mereka berharap jika nantinya ada bantuan, agar bisa diberikan per kepala keluarga, sehingga bisa dibawa pulang.
”Selama di posko mungkin sudah aman, apalagi setiap hari mendapatkan jatah makanan tiga kali sehari. Namun, khusus untuk di rumah kami perlu juga dibantu,” harapnya.
Kondisi serupa juga dirasakan pengungsi lainnya, Linda Saputri. Dia telah mendiami posko pengungsian sepekan bersama bayinya yang baru berusia dua bulan, Riska Aqila Saputri. Dia belum berani pulang karena kondisi masih rawan dan memiliki anak kecil.
”Jika nanti benar-benar pulih dan aman, kami keluarga akan kembali ke rumah. Di posko lebih aman dan kebutuhan masih tercukupi,” ujarnya.
Informasi dihimpun dari Bhabinkamtibmas di beberapa lokasi, seperti di Kelurahan Langkai di Pelabuhan Flamboyan bawah, debit air semakin menurun. Namun, di posko GOR KONI masih ada sejumlah warga yang bertahan. Di Kelurahan Tanjung Pinang, petugas juga melakukan pemantauan debit air. Seperti di Jalan Bakung Merang, Bangaris 5, hingga Bukit Pinang, air sudah semakin surut, namun masih ada sebagian kompleks permukiman warga yang masih tergenang.
Sejumlah rumah warga sudah bisa ditempati, hanya tinggal beberapa titik lokasi yang masih terendam, seperti di Gang Waluh Jalan Bakung Merang, Jalan Talio, dan Jalan Bangaris 5. Di Kelurahan Pahandut, sejumlah titik belum bisa dilalui kendaraan. Kemudian, di Jalan Kalimantan, air sebagian masih merendam jalan.
Terserang Penyakit
Sementara itu, dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Palangka Raya, warga terdampak banjir tercatat sebanyak 33.013 jiwa atau 8.876 KK. Warga terdampak tersebar di 5 kecamatan dan 21 kelurahan. Bencana yang belum berlalu membuat sejumlah warga terserang penyakit.
”Keluhan para pengungsi berupa gatal-gatal, ISPA (infeksi saluran pernapasan akut, Red), dan diare. Keluhan tersebut sudah ditangani petugas kesehatan di posko pengungsian,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya Andjar Hari Purnomo.
Bagi pengungsi balita, lansia, dan penderita penyakit kronis yang memerlukan penanganan lanjutan, kata Andjar, diminta segera dirujuk ke RSUD Kota Palangka Raya. Pihaknya telah menurunkan tim tenaga kesehatan dari seluruh puskesmas secara maksimal.
Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) RSUD Kota Palangka Raya Hendra Panguntaun mengatakan, pihaknya merawat sejumlah pasien yang merupakan warga terdampak banjir.
”Sejauh hanya beberapa pasien rawat jalan kurang dari 20 orang. Rata-rata keluhannya demam ringan, flu, dan kelelahan,” katanya.
Hendra melanjutkan, RSUD Kota mempersiapkan diri menghadapi dua bencana, yakni banjir dan Covid-19, dengan selalu menyiagakan pelayanan IGD dan Poli Covid-19 selama 24 jam.
”Tim medis dan paramedis selalu siap. Ruang isolasi 2 yang dulu digunakan sebagai fasilitas isolasi untuk pasien Covid-19, untuk sementara dialihkan menjadi ruang rawat biasa,” katanya. Menurutnya, hal tersebut dilakukan untuk menyiagakan diri terhadap peningkatan kunjungan rawat inap akibat banjir. (daq/rm-107/ign)