SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Kamis, 18 Mei 2017 17:22
Dikira Panas Dalam, Sekarang Tak Bisa Makan dan Bicara

Kanker Nasopharing Membuat Khairunisa Diabaikan Suami

TAK BERDAYA: Khairunisa terbaring di ranjang RSUD dr Murjani Sampit.(DEVITA/RADAR SAMPIT)

Habis manis, sepah dibuang. Begitulah nasib perempuan muda bernama Khairunisa. Suaminya tak lagi peduli setelah mengetahui dirinya terserang kanker nasopharing.

DEVITA MAULINA, Sampit

Seminggu sudah Khairunisa (22) hanya bisa terbaring lemah di ranjang RSUD Murjani Sampit tanpa bisa berbuat apa-apa. Tubuhnya yang dulu berisi sekarang bagaikan tulang berbalut kulit akibat penyakit yang menggerogotinya sejak lima bulan terakhir.

Kondisi itu  tentu Khairunisa sangat membutuhkan perhatian dan motivasi dari orang-orang terdekat, terlebih pasangan yang dicintainya. Namun, bukan perhatian yang didapat, justru punggung dingin suami yang diterimanya.

Beruntung, kedua orangtuanya, Ahmad Gapur dan Yani Rahmawati, bersedia merawatnya dan berjuang demi kesembuhannya. Meskipun, perilaku menantu mereka sempat membuat geram.

”Namanya juga anak, tentu kami akan merawatnya semampu kami. Kalau suaminya sudah tidak bisa diharap lagi, sudah tidak peduli. Sebelumnya, suaminya sempat menjenguk tapi enggak mau menghampiri istrinya, berdirinya jauh dan cuma melihati saja. Padahal dulu ketika anak saya sehat disayang-sayang, sudah begini tidak dipedulikan,” kata Gapur, dengan raut antara sedih dan kesal.

Meskipun kesal, Gapur mengaku tidak mau terlalu memikirkan menantunya yang bersikap tidak bertanggungjawab. Yang menjadi fokus utama mereka sekarang bagaimana agar Khairunisa bisa sembuh dan mendapatkan kembali kehidupan normal. Kendala utama adalah ketidakmampuan ekonomi yang membuat kesembuhan tersebut terasa sangat sulit dicapai.

Gapur menceritakan awal mula kondisi yang menimpa putri pertamanya tersebut. Sekitar lima bulan lalu, Khairunisa mengadu kepada kedua orangtuanya bahwa mengalami sakit tenggorokan yang membuatnya sulit menelan makanan.

Oleh Gapur, anaknya tersebut dibawa berobat ke puskesmas terdekat dari tempat tinggal mereka yang berada di Jalan Juanda 36 nomor 40 Sampit. Oleh pihak puskesmas, Khairunisa dinyatakan terkena penyakit panas dalam biasa, sehingga diberikan pengobatan sekadarnya. Namun, beberapa pekan kemudian muncul benjolan sebesar kelereng di bawah dagu kirinya.

”Ketika muncul benjolan itu, kami bawa lagi dia ke puskesmas tapi pihak puskesmas sudah angkat tangan, katanya penyakit panas dalamnya sudah terlalu parah. Lalu dirujuk ke RSUD Murjani. Baru kami tahu kalau penyakitnya itu bukan sekadar panas dalam, melainkan kanker yang semakin lama semakin membesar,” katanya.

RSUD dr Murjani tak mampu menangani masalah itu. Khairunisa disarankan melanjutkan pengobatan ke rumah sakit di Palangka Raya. Namun, mereka yang awalnya berobat menggunkan kartu Jamkesda mendapat pemberitahuan dari pihak rumah sakit bahwa biaya pengobatan sebagian akan dibebankan kepada pihak keluarga. Sebab, Jamkesda yang mereka miliki tidak bisa digunakan di daerah lain.

Padahal, mereka sempat berpikir bahwa dengan menggunakan Jamkesda maka tidak perlu lagi memusingkan biaya rumah sakit. Hal ini pun sempat membuat semangat mereka untuk mengobati anaknya menciut. Terang saja, Gapur yang berprofesi sebagai tukang tersebut mempunyai penghasilan yang tidak menentu. Sementara istrinya hanya ibu rumah tangga yang sesekali membantu suaminya mencari nafkah dengan menjadi buruh cuci. Penghasilan mereka untuk makan sehari-hari saja pas-pasan, tidak bisa menabung, apalagi untuk membayar biaya rumah sakit yang mencapai puluhan juta rupiah.

Mereka pun memutuskan untuk membawa Khairunisa pulang. Pengobatan pun terhenti sementara waktu. Selama itu, penyakit Khairunisa semakin bertambah parah. Benjolan di bawah dagunya semakin membesar. Tidak hanya satu, tapi tiga.

Khairunisa tidak bisa lagi bicara ataupun makan karena benjolan tersebut juga ada  di dalam mulutnya, yang membuat lidahnya sedikit terjulur keluar. Untuk berkomunikasi hanya mengandalkan handphone. Ketika ia membutuhkan sesuatu, maka ia akan mengetikan pesan di telepon genggamnya dan menunjukannya kepada orangtuanya.

”Untungnya, ada orang dari Dinas Sosial dan komunitas sosial yang mau membantu kami. Mereka yang menguruskan Kartu JKN-KIS makanya Khairun bisa kami bawa kerumah sakit kembali untuk berobat, tapi tetap saja untuk rujuk ke Palangka Raya kami belum bisa. Dana untuk transportasi dan menginap di sana itu tidak ada,” ungkap Gapur.

Lanjutnya, sedangkan selama tiga pekan terakhir ia tidak bisa bekerja lantaran menemani anaknya tersebut di rumah sakit. Untuk ongkos selama itu mereka terpaksa menjual barang-barang berharga, seperti televisi dan lain-lain. Mereka juga bergantung pada penghasilan anak kedua mereka yang menjadi karyawan di salah satu pusat perbelanjaan yang ada di Sampit. Di samping itu, masih ada tiga anak lainnya yang perlu dibiayai.

Karena itulah, ia sangat berharap ada pihak dermawan yang bersedia memberikan bantuan agar anaknya bisa melanjutkan pengobatan seperti yang dianjurkan dokter. Karena pengobatan ini telah cukup lama tertunda, jika dibiarkan lebih lama maka dikhawatirkan akan semakin parah. Pihak Dinsos dan komunitas sosial yang sebelumnya menemui mereka memang berjanji akan membantu mencarikan dana, tapi tidak tahu kapan akan terealisasi. Sedangkan, Khairunisa sudah cukup menderita dengan kondisinya sekarang.

”Ini seperti mimpi buruk bagi kami, karena tidak pernah kami menduga kalau anak kami akan terkena penyakit yang parah seperti ini. Padahal di silsilah keluarga kami tidak ada yang pernah mengalami penyakit begini,” tandasnya. (***/dwi)

loading...

BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers