SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN
Rabu, 09 September 2015 01:14
Saus Tomat yang Dominan
Azrul Ananda

Orang suka traveling biasanya suka kuliner. Datang ke kota/tempat baru, langsung bertanya: Makanan yang enak apa?

Padahal, yang ditanya belum tentu tahu tempat paling enak. Dan mungkin hanya akan menunjukkan tempat yang dia suka, bukan yang sebenarnya banyak disuka.

Kadang pula, yang ditanya justru menunjukkan tempat yang dia tahu populer bagi pendatang/pengunjung. Padahal, tempat itu bukan yang populer bagi masyarakat setempat.

Sebagai orang Surabaya, lucu juga kadang kalau sedang di Jakarta, tiba-tiba ada orang yang heboh ngomongin tempat makan di Surabaya. Padahal, orang Surabaya tidak banyak makan di sana!

Dan saya yakin ini juga terjadi sebaliknya. Orang Jakarta heran kok orang Surabaya (atau kota lain) suka makan itu di Jakarta.

Terus terang, saya bukan tipe suka kuliner. Saya suka makan, dan makan saya tergolong banyak, tapi saya termasuk golongan praktis.

Kalau ada restoran superpopuler tapi super-ramai, maka saya akan menghindarinya. Saya lebih nyaman makan di tempat yang rasanya ‘biasa-biasa saja’, tapi bisa duduk tenang. Tidak berdesakan, tidak antre lama, tidak gaduh.

Dan terus terang, saya ini penggemar ‘good food quickly’. Saya tak suka memakai istilah ‘fast food’, yang sekarang punya konotasi kurang baik di mata orang. Padahal, sebenarnya banyak ‘slow food’ yang gizinya kalah jika dibandingkan dengan beberapa fast food, wkwkwkwk.

Alasan lain saya tidak suka memakai istilah ‘fast food’ karena entah mengapa di negara ini banyak restoran yang katanya cepat saji, tapi pelayanannya masih slow motion.

Sebagai orang yang pernah bekerja di restoran sebagai pelayan, saya punya hak untuk mengomel. Hehehe…

Soal pelayanan yang lambat itu, ada kenalan saya yang pernah meminta tolong kepada seorang waitress agar melayani dengan lebih cepat. Tidak perlu membentak, tidak perlu mengancam kasar. Dia cukup bilang, ”Ingat ya Mbak, semua kerusuhan dimulai dengan perut lapar.”

Wkwkwkwk…

***

Walau sering traveling, sekali lagi, saya bukan orang yang doyan kuliner. Datang di tempat baru, yang paling penting bagi saya adalah secepatnya merasa nyaman.

Bagian utama yang diutamakan untuk nyaman adalah perut. Dan itu menuntut makanan yang sudah ‘dikenal baik’ oleh perut.

Makanya, biasanya begitu sampai di suatu tempat, saya mencari makanan/camilan yang familier. Walau akhirnya kebanyakan adalah good food quickly.

Kecuali kalau sudah pernah ke kota tersebut, dan sudah menemukan tempat makan favorit. Maka, saya akan langsung ke situ untuk lokasi makan pertama. Bahkan, sering saya terus-menerus makan di situ saat siang, malam, dan keesokan harinya sampai mau pulang!

Soal makanan, saya memang bukan tipe gambling. Saya susah suka tempat baru. Dan kalau merasa gak pas, saya biasanya konsisten tidak mau kembali.

Mungkin karena hidup ini penuh ketidakpastian, sehingga urusan perut harus benar-benar pasti. Sebab, sekali lagi, segalanya dimulai dari perut!

Lalu, apa makanan favorit saya? Walau tidak suka kuliner, setelah saya listing, ternyata masih banyak!

Yang ‘asing-asing’; Big Mac-nya McDonald’s tanpa pickle; Whopper Jr.-nya Burger King tanpa onion, pickle, dan tomato; semua burger In-Out; ayam KFC original; cumi goreng Yuet Lee San Francisco; Pizza Hut cuman pake ground beef dan green pepper; sup Pho; Burrito; rib eye steak; teppanyaki; sashimi; dll.

Kalau tidak familier, silakan menggunakan jasa Mbah Google untuk informasi lebih lengkap.

Yang lokal: Ayam goreng President Surabaya, Rawon Nguling, Soto Ambengan, ikan dan kerang bakar Subak di Bali, Ayam Tangkap Aceh, soto banjar buatan ibu sendiri, Pecel 99 di Madiun (favorit ayah sendiri), Sate Samirono di Jogjakarta (karena depan gedung yang sering dipakai event basket), Ayam Taliwang di Lombok, coto Makassar, ikan goropa di Manado, dan ada pula ikan mujair pedas di sebuah depot di Jayapura.

Soal yang terakhir itu, terus terang saya bukan tipe suka pedas. Tapi, kalau harus pedas, maka favorit saya adalah sego sambel Ho-Ha di Surabaya.

Setelah melihat list di atas, jelas kan bahwa saya bukan tipe kuliner. Banyak orang yang punya daftar jauh lebih eksotis, dan mereka bisa membuktikannya lewat foto di smartphone mereka. Karena sepertinya memang itu hobi bersama masyarakat Indonesia, memotret makanan!

Dan kalau saya melihat lagi list di atas, sebenarnya sudah banyak yang tidak lagi saya makan. Khususnya sejak belakangan rajin olahraga dan adu ‘kurus kuat’ dengan beberapa teman.

Makan nasi sudah belum tentu sekali sehari. Berusaha stop makan sebelum pukul 8 malam. Perbanyak minum jus, makan sayur. Minimalisasi gorengan. Belakangan, saya nge-fans makan Beetroot Salad (salad buah beet).

Sayang, saya ini suka ngemil snack model ‘chiki’, apa pun rasa dan tipenya. Paling susah melawan godaan pengin ngemil!

Kalau makanan yang paling dihindari? Saya punya kesamaan dengan adik sendiri: Say No to Durian! Kena baunya saja sudah mabuk, wkwkwk.

Kata ayah saya, waktu kecil dulu saya pernah pingsan ketika jalan dekat penjual durian!

Satu lagi, saya paling minim pakai saus tomat. Saus tomat (atau chili) hanya saya pakai untuk french fries, chicken nugget, atau gorengan-gorengan yang belakangan sudah sangat saya kurangi.

Dan saya agak geleng-geleng kepala melihat ‘love affair’ masyarakat Indonesia dengan saus tomat ini.

Makan kentang? Pakai saus tomat. Makan ayam? Pakai saus tomat. Makan steak daging lokal? Pakai saus tomat. Makan steak tenderloin impor? Pakai saus tomat. Makan steak wagyu? Pakai saus tomat!

Yap, makan kentang harga belasan ribu pakai banyak saus tomat, sehingga rasa yang dominan saus tomatnya. Lalu, makan steak yang harganya ratusan ribu per potong juga pakai banyak saus tomat, sehingga tidak terasa rasa ‘mahal’ asli steak-nya.

Bagi yang cinta mati pada saus tomat, coba deh sekali-sekali menikmati daging atau makanan itu sesuai dengan ‘keasliannya’ tanpa saus tomat. Tanpa make-up merah menor yang bisa menutupi keluarbiasaan atau keburukannya.

Anyway, sekian edisi super-enteng Happy Wednesday pekan ini. Karena hidup sekali-sekali perlu selingan dari yang berat-berat. Sampai jumpa di edisi berikutnya! (*/jpg)

loading...

BACA JUGA

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers