KUMAI - Kebakaran lahan gambut di Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah semakin meluas. Kebakaran yang te;ah berlangsung selama dua hari itu kini mendekati permukiman serta sejumlah fasilitas umum. Kekhawatiran mulai muncul, asap akibat kebakaran lahan gambut juga dikhawatirkan dapat menggangu penerbangan karena dekat dengan landasan pacu Bandara Iskandar Pangkalan Bun.
Kebakaran yang semula hanya terjadi di Kelurahan Candi, saat ini sudah merembet hingga ke Sungai Tendang dan Desa Sungai Kapitan. Sehingga praktis asap tebal hasil kebakaran mulai masif menyebar. Asap kebakaran lahan itu juga dikhawatirkan menganggu lalulintas kendaraan akibat terbatasnya jarak pandang, terutama di kawasan Jalan Pelabuhan Panglima Utar, Kumai hingga ruas jalan di Desa Sungai Tendang.
Menurut warga sekitar, kebakaran lahan gambut yang belum berhasil dipadamkan Satgas Karhutla ini sudah mendekati Sekolah Dasar Islam Terpadu, dan Sekolah Menengah Kejuruan Maritim di Jalan DPR Desa Sungai Tendang, bahkan di ruas jalan DPR hingga saat ini sebagian ruas jalannya masih diselimuti kabut asap.
“Asap dari dampak kebakaran saat ini sudah mengganggu pandangan masyarakat saat berkendara, semoga api cepat padam dan kondisi kembali normal,” kata Suparman, salah seorang warga Kumai, yang melintas di Jalan DPR, Jumat (16/8/2019).
Sementara itu, Kepala Manggala Agni Daerah Operasi (Daops) III Pangkalan Bun, Binsar Oktavianus Togatorop mengatakan bahwa hingga saat ini di Desa Sungai Tendang masih ada beberapa titik nyala api, namun Satgas Karhutla khususnya dari Manggala Agni akan terus melakukan monitoring dan melakukan pemadaman.
Dalam kebakaran tersebut, Manggala Agni belum bisa memprediksi berapa luasan lahan yang telah terbakar. Nantinya pasca pemadaman kebakaran, Manggala Agni akan menurunkan tim ahli sendiri yang akan mengukur dan memetakan lokasi yang telah terbakar.
“Belum ada penghitungan areal, karena Satgas yang terdiri dari BPBD Kobar, Manggala Agni, TNI-Polri, Satpol PP dan Damkar Kobar, serta Tagana masih fokus pemadaman,” terangnya.
Dihubungi terpisah, Komandan Lanud Iskandar Pangkalan Bun, Letkol Pnb Didik Setyo Nugroho menyampaikan bahwa ia sudah melaksanakan patroli udara setiap dua hari sekali. Namun sejauh ini asap yang ditimbulkan oleh kebakaran lahan gambut belum mengganggu penerbangan.
Hal ini karena jarak lokasi kebakaran dari landasan pacu masih jauh sekitar 6 kilometer, dan saat ini api yang menuju lahan TNI AU sudah berhasil dipadamkan.
“Saya sudah melaksanakan patroli udara setiap dua hari sekali untuk cek wilayah Kobar, Sukamara, dan Lamandau, dan masih aman belum ada mengganggu aktivitas penerbangan,” kata Didik.
Kepala Puskesmas Kecamatan Kumai, Abimayu mengungkapkan bahwa jika melihat kondisi asap akibat kebakaran lahan gambut beberapa hari ini, maka status asap sudah masuk pada tahap waspada.
Untuk itu anak usia sekolah dasar, lansia, dan penderita Asma serta Jantung, dan juga ibu hamil diharapkan sudah mulai membatasi aktivitas di luar rumah. Kalau pun terpaksa harus menggunakan masker.
“Sudah banyak permintaan masker dari masyarakat, namun saya belum menghitung stok masker yang dimiliki oleh Puskesmas Kumai, rencananya besok kami akan mengajukan penambahan stok masker ke Dinkes Kobar,” tandasnya.
Berdasarkan informasi dari Petugas Operasional BMKG Stamet Iskandar Pangkalan Bun bahwa saat ini berdasarkan pantauan satelit ada dua hotspot yang terpantau di wilayah Kecamatan Kumai, dengan tingkat kepercayaan hanya 48 persen dan 61 persen.
Artinya, tingkat kepercayaan tersebut menunjukkan, hotspot yang dipantau oleh satelit benar - benar terjadi kebakaran di lapangan. Semakin tinggi tingkat kepercayaannya, potensi hotspot itu benar-benar kebakaran hutan dan lahan juga semakin tinggi.
“Asap memang sudah pernah terpantau di area bandara dengan jarak pandang yang cukup rendah (2 KM), tapi cuma sebentar dan terpantau bukan pada saat jam take off - landing,” ungkapnya
Untuk diketahui bahwa Satgas Karhutla selama dua hari ini masih terus melakukan upaya pemadaman, minimnya sumber air, dan kawasan yang terbakar merupakan semak belukar dan lahan gambut kering mengakibatkan sulitnya proses pemadaman. (tyo/sla)