PANGKALAN BUN - Keterbatasan jumlah personil membuat Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) keteteran saat menjalankan tugasnya. Banyaknya lokasi Karhutla juga memecah konsentrasi serta pembagian tim pemadam di lapangan. Akibatnya, terjadi kekacauan dalam penataan koordinasi antar tim itu sendiri dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan.
Menurut Kepala Seksi Logistik BPBD Kobar, Martogi Siahalan secara keseluruhan jumlah Satgas Karhutla yang terdiri dari unsur BPBD Kobar, Satpol PP dan Damkar, Manggala Agni, TNI - Polri, dan Tagana tidak kurang dari 350 personil.
“Jumlah personil kita terbatas, tentu mengakibatkan kurang maksimalnya penanganan karhutla. Apalagi kebakaran dalam skala yang besar membuat tim yang berada di lapangan tidak bisa maksimal melakukan pemadaman. Belum lagi dengan kendala - kendala yang lain seperti sulitnya akses menuju titik api, hingga masalah ketiadaan sumber air,” kata Martogi.
Hal itu juga diperparah dengan kurangnya koordinasi antar tim dari masing - masing unsur. Misalnya, saat ada laporan kebakaran yang masuk, tim siapa yang akan melakukan penanganan tidak terpantau. Seharusnya dari masing - masing unsur berkoordinasi dengan BPBD untuk menentukan tim satgas dari unsur mana yang melakukan penanganan di titik tersebut, dan siapa yang bertanggung jawab di lapangan.
Persoalan koordinasi inilah yang kedepannya harus dievaluasi. Jngan sampai setiap ada laporan masuk, masing - masing unsur tanpa komando menuju sasaran. Dengan manajemen kerja yang terukur maka penanganan karhutla diharapkan bisa lebih maksimal.
“Seharusnya petugas lapangan kumpul di posko BPBD sebagai penanggung jawab di lapangan, dan setiap tim yang menerima laporan darurat karhutla harus dikoordinasikan ke kantor BPBD supaya ada pembagian tugas di lapangan,” tandasnya.
Karena masalah inilah anggota Satgas Karhutla yang sudah berada di lokasi tidak mengenal waktu, mereka terus berjibaku dengan api hingga mempengaruhi stamina dan kondisi psikologisnya.
Dihubungi terpisah, Kepala Seksi Penyelamatan dan Evakuasi Satpol PP dan Damkar Kobar, Agus Suhartono mengatakan, merujuk pada keterbatasan jumlah personil dan peralatan yang dimiliki oleh bidang Damkar dalam penanganan kebakaran mengakui bahwa mereka tidak mengenal shift kerja walaupun sejatinya hal itu ada.
Namun lantaran besarnya tanggungjawab untuk menanggulangi kebakaran lahan maupun kebakaran permukiman, mereka tetap terus melakukan penanganan hingga batas kemampuan yang ada.
“Untuk di Damkar sendiri shift kerja di bagi dua, untuk pagi dari pukul 07.00 WIB sampai 19.00 WIB, kemudian yang malam dari 19.00 WIB sampai 07.00 WIB. Tapi karena kurangnya personil dan keterbatasan peralatan yang dimiliki, sehingga sistematika shift tidak berlaku dalam kondisi siaga bencana karhutla seperti sekarang ini,” terangnya.
Ia menjelaskan bahwa saat ini jumlah personil Damkar, seluruhnya berjumlah 31 personil, terdiri dari 4 jajaran pejabat dan 27 personil.
Sementara itu Kepala Daops Manggala Agni Pangkalan Bun, Binsar Togatorop menegaskan bahwa sejauh ini koordinasi yang dilakukan oleh Manggala Agni dengan unsur lainnya berjalan dengan baik.
Walaupun, dengan keterbasan jumlah personil yang dimiliki oleh Manggala Agni untuk Kabupaten Kobar sebanyak 35 orang. Sistem aplusan (shift) tetap dijalankan, sehingga ada jeda waktu istirahat buat personil yang sudah menjalankan piketnya.
Meski begitu jika dibanding personil dengan lokasi kebakaran tidak bisa dibilang seimbang, karena jumlah lokasi kebakaran dengan jumlah personil tidak sebanding.
“Makanya kalau sekarang berasap karena jumlah personil kita masih kurang dengan banyaknya lokasi kebakaran, karena kita bagi personil tadi ke beberapa lokasi,” terangnya.
Ia juga menegaskan di tengah keterbasatan yang ada, Manggala Agni juga harus memperhatikan areal lain, seperti Tatas, Sebuai, Karang Anyar, Kumpai Batu Bawah, Kumpai Batu Atas, Tanjung Terantang, Tempenek, dan areal lainnya.
Untuk itu selain harus membagi personil menjadi beberapa tim, ia juga harus memikirkan waktu istirahat bagi personil, sehingga pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan sebagai salah satu wujud perhatian kepada personil di lapangan.
“Kadang semangat teman - teman yang besar, sehingga tidak memikirkan kalau mereka sendiri sudah lelah,” tutupnya. (tyo/sla).