SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Sabtu, 14 Desember 2019 20:15
Waspada!!! Bencana Hidrologi di Kotawaringin Timur
Awan hitam menggantung diatas Kota Sampit. Dalam beberapa waktu belakangan ancaman bencana hidrologi sangat rawan di daerah itu.(DOK DWI CIPTA/ .RADAR SAMPIT)

SAMPIT – Bencana hidrologi berupa banjir dan tanah longsor rawan terjadi selama musim penghujan. Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) memiliki sejarah panjang terkait bencana banjir di sejumlah wilayah dataran rendah. Kesiapan pemerintah dan warga diperlukan agar bencana tak berdampak luas, terutama menghindari munculnya korban jiwa.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim Yephi HP mengatakan, ada beberapa wilayah di daerah utara yang berpotensi mengalami banjir, di antaranya Tualan Hulu, Mentaya Hulu, dan Bukit Santuai.

”Minggu depan kami sudah mengaktifkan posko siaga banjir. Kegiatan lainnya yang akan kami lakukan pekan depan, yakni menyebarkan informasi waspada banjir melalui pemasangan spanduk dan baliho di kecamatan,” katanya, Jumat (13/12).

Catatan Radar Sampit, menukil data BPBD Kotim 2017 lalu, sedikitnya ada sepuluh kecamatan dan 36 desa di Kotim yang rawan dilanda banjir. Hasil pemetaan itu jadi acuan BPBD dalam penindakan lapangan apabila sewaktu-waktu terjadi hujan lebat, air pasang, atau lainnya yang berpotensi menyebabkan banjir.

Lokasi yang rawan banjir, antara lain tiga desa di Kecamatan Baamang, 4 desa di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, 1 desa di Kecamatan Kotabesi, 1 desa di Kecamatan Mentaya Hilir Utara, 1 desa di Kecamatan Bukit Santuai, 11 desa di Kecamatan Antang Kalang, 8 desa di Kecamatan Telaga Antang, 3 desa di Kecamatan Cempaga Hulu, 3 desa di Kecamatan Mentaya Hulu, dan 1 desa di Kecamatan Tualan Hulu.

Selain banjir, BPBD juga memetakan wilayah yang rawan terjadi bencana longsor. Berdasarkan kondisi geografis, ada tiga kecamatan yang rawan bencana itu, yakni Bukit Santuai, Antang Kalang, dan Telaga Antang. Hal itu disebabkan struktur wilayah yang merupakan perbukitan.

Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geologi (BMKG) Stasiun Haji Asan Sampit Alfa Centauri mengatakan, potensi hujan cukup tinggi terjadi di Kotim. Citra satelit cuaca memperlihatkan adanya pertumbuhan awan hujan di wilayah Timur Kotim. Terutama di Kotabesi, Baamang, Seranau, Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, Mentawa Baru Ketapang, Pulau Hanaut, dan Teluk Sampit.

Selain banjir dan longsor, potensi terjadinya angin putting beliung juga harus diwaspadai. Deputi Bidang Metrologi BMKG Mulyono R Prabowo mengatakan, puting beliung terjadi secara random. Biasanya akan muncul di daerah yang baru masuk musim hujan.

”Pagi menjelang siang cuaca panas terik. Namun, mulai banyak uap air di udara, sehingga sore tumbuh awan dan hujan lebat dengan durasi singkat yang diawali embusan angin kuat. Angin bisa berupa puting beliung," katanya.

Kepala Bidang Desimminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary T Jatmiko menjelaskan, bahwa puting beliung merupakan angin kencang yang berputar menyerupai belalai yang keluar dari awan cumolonimbus. Namun, tidak semua awan jenis tersebut menyebabkan puting beliung.

Ada berbagai macam kondisi yang menyebabkan tumbuhnya puting beliung. Salah satunya adalah kondisi labilitas atmosfer yang melebihi ambang batas tertentu.  "Fenomena puting beliung merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi," tuturnya.

"Tanda akan terjadinya puting beliung adalah satu hari sebelumnya, udara pada malah hari hingga pagi terasa panas dan gerah," tambahnya. Kemudian, pada pukul 10.00 pagi terlihat awan cumulus atau awan putih yang berlapis. Di antara awan tersebut ada satu awan yang batas tepinya sangat jelas berwara abu-abu dan menjulang tinggi seperti bunga kol.

”Tahap berikutnya, awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam. Nah, itu awan cumolonimbus," imbuhnya.

Perlu diperhatikan juga pohon di sekitar. Menurut Hary, biasanya ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat karena embusan angin. "Di tempat kita berdiri terasa angin yang dingin," tuturnya. Jika hujan yang terjadi merupakan hujan lebat, perlu diwaspadai akan ada puting beliung. Namun, jika gerimis, angin kencang biasanya tidak terjadi. 

Puting beliung ini biasanya berdurasi singkat. "Sangat lokal. Luasan yang terdampak berkisar 5-10 km saja," ujar Hary. Nah, karena kelokalan ini maka sulit untuk diprediksi. Kejadiannya paling sering pada siang atau sore. Kemungkinan kecil untuk terjadi di tempat yang sama. (dia/ign)

 

 


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers