SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

METROPOLIS

Sabtu, 12 September 2020 15:21
Nakhoda Hilang Akhirnya Ditemukan Mengapung

SAMPIT - Selama kurang lebih 34 jam, nakhoda tug boat (kapal tarik/tunda) Aik Gadis  yang dinyatakan hilang di jalur perairan Sungai Mentaya Sampit, akhirnya ditemukan mengapung pada Jumat (11/9) pukul 06.15WIB. Nakhoda tenggelam setelah tugboat tabrakan dengan Kapal Motor (KM) Surya Pertiwi pada pukul 20.15 WIB, Rabu (9/9).

Kepala Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) Kotim Suprapto mengatakan, proses pencarian korban dilakukan sejak Rabu (9/9) malam hingga Kamis (10/9) sore. Sebanyak 15 ABK KM Surya Pertiwi dalam keadaan selamat dan tiga ABK Kapal Tarik Aik Gadis juga dalam keadaan selamat. Sementara satu nakhoda tugboat tenggelam.

"KM Surya Pertiwi belum dibolehkan lanjut berlayar dan masih menepi di dekat PT Indo Balambit. Sedangkan, tiga ABK bernama Abdul Hamid, Sarva Hidayat dan Kusnanto juga dalam keadaan selamat," ungkapnya.

Jumat (11/9) pagi, nada dering telepon Suprapto berbunyi. Dia yang ketika itu masih sarapan di sebuah warung milik warga, mendengar kabar dari karyawan PT Sarpatim bahwa korban ditemukan dalam keadaan mengapung.

"Saya baru sarapan dua suap, langsung dapat telepon dari Pak Agus Salim (karyawan PT Sarpatim) bahwa dia menemukan benda mengapung yang berjarak kurang lebih 100 meter dari tempat kejadian," lata Suprapto.

Suprapto menceritakan komunikasi antara dirinya dengan Agus Salim.  "Merasa kurang yakin Pak Agus memeriksa menggunakan alat bantu teropong dan setelah didekati itu korban yang hilang," ujarnya.

Mengetahui informasi tersebut, Suprapto lalu memberikan informasi kepada instansi terkait dan melakukan evakuasi pada pukul 06.40 WIB dengan dibantu warga setempat.

"Tak berapa lama ambulance bersama lima relawan PMI Kotim datang dan langsung membawa korban ke ruang jenazah RSUD dr Murjani Sampit," ujarnya.

Sekitar pukul 07.50 WIB ambulance PMI yang membawa korban akhirnya tiba di Ruang Jenazah RSUD dr Murjani Sampit. Sambil menunggu dokter untuk dilakukan visum, sejumlah keluarga terlihat menunggu.

Rakhmad Mulyadi (43) anak korban Syaiful Bachri (65) mengatakan sudah mendengar kabar ayahnya ditemukan oleh karyawan PT Sarpatim.

"Saya tahu informasi dari kawan abah yang juga kerja di PT Sarpatim. Makanya, langsung datang menunggu di sini," kata Rakhmad saat ditemui di Ruang Jenazah.

Sebelum kepergian ayahnya, Rakhmad mengatakan tak ada tanda-tanda kecurigaan ataupun pesan dari ayahnya.  "Tidak ada tanda-tanda apapun. Tidak cerita apa-apa. Saat dengar informasi abah hilang semua keluarga sedih," ucap pria sulung dari empat bersaudara ini. 

Rakhmad mengatakan ayahnya sudah puluhan tahun menjadi karyawan di PT Sarpatim dan tak pernah mengalami kecelakaan air separah seperti kejadian dua hari lalu.

"Sudah 35 tahun abah kerja jadi karyawan PT Sarpatim dan menakhodai TB Aik Gadis. Kejadian tabrakan ini tidak ada yang menyangka terjadi," ucapnya.

Dia mengaku sudah lapang dada dan ikhlas atas berpulangnya ayahnya. 

"Saya sudah ikhlas dan lapang dada menerima takdir Allah. Kematian memang tidak bisa dihindari. Kejadian ini hanyalah perantara, siapapun bisa meninggal kapanpun dan dimana saja," ucapnya sambil menyeka matanya yang terlihat memerah.

Setelah visum selesai, jenazah korban dibungkus menggunakan kain batik dan dibalut lagi dengan kantung mayat berwarna hitam bertuliskan Basarnas.  Jenazah kemudian dibawa ke rumah duka pada pukul 09.15 WIB.

Sebelumnya, tubuh korban saat dievakuasi terlihat utuh. Namun, terdapat luka lecet pada bagian punggung belakang, luka di kepala bagian depan, darah yang terlihat membeku di bagian kepala, lecet pada bagian bibir dan tubuh yang mengalami pembengkakan akibat terlalu lalu terendam di air.

Pantauan Radar Sampit, setiba di rumah duka Jalan Muchran Ali Gang Atarbiyah sudah ramai tetangga dan keluarga menunggu di halaman rumah duka. Ada sekitar 50-an pria berkostum rapi duduk menunggu di halaman depan. Tepat didepan rumah duka sudah tersedia keranda yang ditutup kain putih untuk memandikan mayat.

Saat jenazah korban dibawa masuk, tangisan pecah terdengar saling bersahut-sahutan. "Kayi (kakek), kayi, kayi," sahut bocah perempuan yang diduga kuat merupakan cucu korban.

Budi Wahyudi adik korban mengatakan sosok saudaranya dikenal sangat berwibawa, supel, pengertian dan penyayang. Syaiful Bachri (korban) merupakan anak sulung dari 9 bersaudara.

"Saya sebagai adik bungsu selalu patuh dan hormat dengan beliau, begitu juga sebaliknya. Begitupula, hubungan beliau dengan tetangga dan kawan kerja beliau dikenal sangat baik," ucap Budi.

Isak tangis keluarga mulai meredam setelah satu sama lain saling menenangkan. Jenzah korban akhirnya dikebumikan selepas waktu dzuhur. (hgn/yit)


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 00:45

Uji Kebohongan, Tim Hukum Ujang Dukung Uji Forensik

<p>&nbsp;PALANGKA RAYA - Tim Kuasa Hukum Ujang-Jawawi menyatakan penetapan hasil musyawarah…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers